YOGYAKARTA – Sepulang kerja dan merasa lelah, seseorang butuh dipahami dan didukung ketika pulang ke rumah. Memahami dan memberikan dukungan, juga berkaitan dengan aktivitas seksual bagi pasangan. Menurut profesor psikologi Gurit Birnbaum, Ph.D., seks tidak dalam ruang hampa tetapi terhubung dengan segala sesuatu yang terjadi antara Anda dan mitra atau pasangan Anda.
Jika Anda merasa pasangan Anda memahami dan mendukung, ini menciptakan fondasi keintiman yang mengarah pada hubungan seksual yang memuaskan. Di sisi lain, jika ada konflik dan kurang kedekatan emosional, dapat meredam keinginan untuk berhubungan seksual dengan pasangan.
Birnbaum menjelaskan, kalau Anda memiliki pasangan yang responsif maka seperti memiliki sahabat yang perhatian dengan hidup Anda. Mereka mendengarkan kekhawatiran Anda, kecemasan, dan memvalidasi perasaan Anda. Ini berarti Anda memiliki pasangan yang benar-benar peduli dan perhatian. Responsif atau daya tangkap bukan hanya membuat Anda merasa hangat, tetapi berdampak besar keinginan Anda untuk pasangan Anda.
Dilansir Psychology Today, Senin, 29 Mei, ketika Anda menganggap pasangan Anda responsif, itu seperti foreplay non seksual. Yang berarti bahwa merasa dipahami dan didukung menciptakan lingkungan yang membuat Anda ingin lebih dekat dengan pasangan termasuk secara seksual. Sebaliknya, jika Anda merasa pasangan Anda tidak cukup peduli dengan kebutuhan Anda, maka bisa mengurangi hasrat untuk berhubungan seksual dan lebih sulit menikmatinya.
Penelitian menunjukkan, memiliki pasangan yang responsif banyak sisi positifnya. Pertama, Anda lebih bisa terbuka mengekspresikan emosi, mudah memaafkan setelah perselisihan, dan merasa lebih terlibat dalam hubungan. Kedua, ini juga memupuk keintiman serta ikatan emosional, yang mengarah pada kepuasan seluruh aspek dalam hubungan.
Hasil penelitian menemukan, ketika seseorang menganggap pasangannya responsif, dapat menyebabkan lebih sering berfantasi tentang mereka. Fantasi ini dapat memperkuat ikatan emosional antara pasangan serta menciptakan hubungan lebih dalam. Pasangan yang tidak responsif juga bisa memicu citra diri pasangannya, atau merasa tidak menarik bagi pasangan.
BACA JUGA:
Penting pula dipahami, bahwa tingkat responsif berkaitan dengan tahap pengembangan hubungan. Pada tahap awal hubungan, mungkin pasangan sangat tanggap. Bukan berarti selalu baik, terllalu perhatian juga bisa buruk untuk hubungan. Merujuk dari penelitian dan fakta yang terjadi, hasrat seksual seseorang bergantung pada gaya keterikatan dan kebutuhan pasangan terkait. Jika Anda memiliki gaya keterikatan yang aman, daya tanggap dapat memicu minat seksual Anda. Tetapi jika Anda memiliki gaya keterikatan yang mandiri, maka daya tanggap yang terlalu depat justru menghambat hasrat seksual.
Birnbaum menutup penjelasannya dengan kesimpulan terbuka. Bahwa satu faktor tidak menjamin hasil maksimal dari kepuasan dalam hubungan seksual. Paling mendasar adalah membangun keintiman serta kedekatan emosional di luar kamar yang bisa berbentuk apa saja dan sederhana. Misalnya luangkan waktu untuk mendengarkan, memvalidasi, dan mendukung kebutuhan satu sama lain.