JAKARTA - Sekian lama tidak terlihat berakting, Tika Bravani tampil dengan proyek terbarunya. Film Khanzab menjadi karya teranyarnya setelah lima tahun absen dari perfilman.
Sebenarnya, Tika tidak sepenuhnya vakum dari berakting. Dalam rentan lima tahun tersebut, ia membintangi beberapa judul sinetron. Namun ada beberapa alasan yang membuatnya akhirnya kembali ke dengan Khanzab.
“Kenapa gak dicoba? Gitu sih,” jawab Tika Bravani kala ditanya oleh VOI mengenai film Khanzab.
Dalam film Khanzab, Tika Bravani berperan sebagai Nuning, ibu dari Rahayu yang diperankan Yasamin Jasem. Ini merupakan proyek pertama Tika bergenre horor sekaligus menjadi reuninya bersama sutradara Anggy Umbara yang pernah mengarahkannya dalam film 5 Cowok Jagoan (2017).
“Peran aku sebagai Nuning, ibu tiri dari Rahayu yang hidupnya lurus-lurus aja sampai kemudian akhirnya ada masalah karena Rahayu dengan dendamnya yang masih tersimpan dari dulu," katanya.
"Sebenarnya aku lebih ke korban sih. Biasanya ibu tiri kan jahat nah ini ibu tiri yang jadi korban gitu. Ada kemeranaan, rage nanti di beberapa adegan yang gak umum,” jelasnya mengenai peran barunya.
Proses produksi yang berjalan begitu cepat membuat Tika Bravani memilih film ini. Menjadi seorang ibu membuat wanita kelahiran 17 Februari ini sedang berfokus dengan buah hatinya, Kalam Mahandika dan tidak menggunakan asisten rumah tangga.
“Karena kalau anak aku ditinggal juga selama syuting kemarin itu agak berantakan dari segi emosional dan physical needsnya jadi aku dikit-dikit aja ngambilnya. Ada terus break dulu,” katanya lagi.
Selain itu, Khanzab merupakan salah satu proyek yang berbeda dari tawaran yang diterima Tika Bravani dalam beberapa waktu belakangan. Pasalnya, ia sering mendapat tawaran karakter yang sama atau berulang. Tika menganggap ia mencari sesuatu yang menantang dirinya, termasuk sifatnya yang penakut.
“Lebih ke menantang diri aku lebih ke coba aja kalau sekarang kapan lagi. Tawaran horor kan jarang ke aku jadi ya sekarang aja kapan lagi,” ujarnya.
“Sebenarnya yang pertama karena memang aku sudah lama enggak kembali ke film, terus sekalinya ada tawaran ya waktu itu Khanzab. Sebenarnya ada beberapa film lain yang ditawarin tapi karena mungkin aku berjilbab kali ya," katanya.
"Semua karakternya rata-rata sama karena ini kan identik dengan perempuan solehah, atau misalnya kebanyakan drama atau drama religi tipikalnya seragam,” kata Tika Bravani.
“Kalau yang membedakan Khanzab dengan film horor atau dari tawaran lain ya drama atau komedi. Tahun 2018 ada juga yang nawarin genre horor cuma saat itu belum mau aja tapi seperti kata teman-teman saya, “Semua akan horor pada waktunya” dan mayoritas film Indonesia juga horor semua,” lanjutnya.
Mengakui dirinya penakut, ia selalu menghindari proyek akting yang berkaitan dengan horor. Bagaimanapun situasi itu berbeda dengan sekarang di mana ia merasa horor menjadi pembeda dari filmografi yang ia mainkan sejauh ini.
Istri dari aktor Dimas Aditya itu juga mengalami hal baru kala syuting Khanzab yaitu ketika ia harus beradaptasi dengan lokasi serta produksi yang menguras perasaannya.
“Memang agak tersiksa sih karena itu ruko (tempat syuting) yang terlantar bertahun-tahun jadi benar-benar tempat istirahat kita juga horor banget. Ceritanya horor jadi semuanya capek. Main horor itu capek banget. Sesuatu yang enggak kita suka tapi hampir 24 jam bersama kita situasinya, lokasinya, terus extrasnya itu kan ada setan-setannya juga,” cerita Tika Bravani mengenang masa syuting.
Syuting horor selalu identik dengan jam syuting yang berubah menjadi malam hingga pagi. Tantangan ini juga berdampak kepada hubungan Tika dan sang anak yang membuat suasana keduanya berubah. Tika sendiri tetap tidak menggunakan asisten rumah tangga selama proses syuting.
“Untuk anak saya sendiri jadi lebih banyak tantrum kali ya karena tangki cintanya kosong. Ibunya pergi pagi, pulang pagi, terus yang paling sulitnya ketika aku jam dua pagi baru pulang, terus udah bersih-bersih mandi tanggung subuh baru tidur, anak saya bangun jam setengah tujuh ngajak main,” tutur Tika lagi.
“Sebenarnya agak minim istirahat cuma bisa lah dilewati. Makanya jangan sering-sering ngambil karena horor kan kebalik jam biologisnya. Waktu syuting Khanzab dan mengurus anak itu sepertinya tidak bisa digabungin sepertinya cuman saya berhasil melewatinya berarti bisa!” katanya dengan senang.
Beruntungnya, Tika Bravani dipertemukan dengan Anggy Umbara dan Yasamin Jasem. Ia pernah bekerja sama dengan mereka dalam dua judul yang berbeda sehingga tidak sulit untuk menyesuaikan dengan peran barunya. Menurut Tika, Anggy adalah sosok sutradara yang santai sehingga hal itu membantunya untuk menjalani syuting dengan baik.
BACA JUGA:
“Aku memilih pertama dengan Anggy (Umbara) karena mungkin sesusah apa pun tapi di set itu bisa fun karena sudah kenal dan sudah tahu. Dari mas Anggy-nya sendiri beliau itu sutradara yang tahu apa yang dia mau dan hasilnya kayak apa jadi he fight for it dengan angle yang banyak banget,” jelas pemeran Piala Citra 2014 tersebut.
“Cukup dingin, tenang, dan itu mendukung untuk kita yang moodnya acak-acakan karena di set itu bronx banget terus istirahat gak berkualitas karena dari pagi ketemu pagi. Cukup fun bekerja sama dengan pak Anggy walaupun itu tadi angle shotnya banyak terus lebih repot karena dia banyak mau,” katanya.
Begitu dengan Yasamin Jasem, Tika Bravani merasa ia bisa bertukar pendapat dengan aktris muda itu. Syuting film horor pertamanya menjadi lancar berkat kerja sama yang terjalin antara kedua pemeran sinetron TOP ini.
“Sudah beberapa kali ketemu dan gak susah tune in karena Yayas terbuka, aku juga terbuka jadi ngerasa sefrekuensi. Kalau aku dengan lawan main sudah sefrekuensi dijadiin lawan main itu gampang. Misal di set hubungan kita mau dijadiin apa sih, lo mau gimana itu udah enak janjian. Jadi kooperatif sih Yayas dan aku bersyukur lawan mainnya Yayas,” jelas Tika.
Menjajal Film Horor
Tika Bravani merasa industri perfilman Indonesia belum sepenuhnya beragam, terutama dalam mengembangkan peran atau cerita untuk pelakunya. Keterbatasan peran yang ditawarkan dari segi cerita membuat dirinya lebih selektif dalam memilih peran. Belum lagi jika proyek yang ia terima juga menuai komentar dari publik.
“Sebenarnya banyak sih karena industri kita itu kalau misalnya sering jadi ibu yang baik, perannya jadi ibu yang baik terus. Antagonis terus. Industri itu gak pernah berani ambil risiko untuk ngasih peran yang beda banget dari sebelumnya. Padahal sebenarnya menarik ya,” bincang wanita kelahiran Bali itu.
“Kalau yang belum kesampaian sih banyak ya, saat pakai jilbab ini aku berpikir gitu ada gak sih film yang aduh biasanya isunya tuh poligami, tentang cinta-cinta, tentang ibu dan anak, anaknya sakit, pokoknya yang menderita merana gitu," ceritanya.
"Aku pengin banget misalnya aku berjilbab tapi ada action juga. Aku berjilbab tapi aku gak baik juga. Misal jilbab sama akhlak beda, itu kan umum terjadi di kita masyarakat tapi kalau digambarkan di bioskop itu jadi hal sensitif,” katanya.
Tika ingat ketika ia membintangi film arahan Hanung Bramantyo, Hijab pada tahun 2015. Ia menjelaskan karakter yang ia mainkan dalam film sangat bervariasi dan menjadi pembeda. Namun ia mengakui film itu tidak diterima di masyarakat.
“Itu tokoh-tokohnya menarik, karakternya itu bukan yang salihah, kalem dan dibawain dengan gaya mas Hanung menurutku itu asik banget tapi gak diterima di masyarakat. “Kok ini kayak mendiskreditkan jilbab itu sendiri” padahal kan masyarakat belum bisa menerima kritikan yang dibalut dengan film dengan entertainment. Jadi itu menjadi suatu hal yang sensitif banget. Itu sih yang aku belum kesampaian ya,” tutur Tika lagi.
Aktris 33 tahun itu tidak sepenuhnya berfokus dengan dunia akting. Ia merasa sudah cukup puas dengan perjalanan aktingnya selama lebih dari 10 tahun ini. Tika merasa momentum horor yang pas membuatnya memilih Khanzab namun ia tidak memungkiri jika ke depannya akan memilih film horor lagi.
“Secara penuh kayaknya gak mungkin karena udah ada tanggung jawab yang lain sekarang. Bukan mau bilang saya punya anak jadi hambatan sih, tapi ya memang keadaannya begini, sudah saatnya begini jadi ya kalau ada dan waktunya memungkinkan terus aku cocok, suka ya ambil kalau enggak ya gak usah,” jawabnya lugas.
“Masa-masa hecticnya udah lewat maksudnya aku udah pernah ngerasain syuting, syuting, syuting melulu, udah puas kayaknya sih. Jadi sekarang gak ngejar ke situ sih cuma kalau ada cerita yang menarik ya why not,” kata Tika Bravani.
Tanpa beban, Tika Bravani berharap film terbarunya bisa dinikmati penonton, begitu juga dengan karier dan apa yang ia jalani saat ini.
“Kalau karier enggak muluk tapi semoga berkah apa yang saya lakuin karena itu jauh lebih penting karena gak tau apa yang dikejar karena nothing to lose. Penginnya kerja ngelakuin apa yang dicintai, akting itu sendiri. Dari dulu aku seneng akting semoga karier ini jadi jembatan apa yang aku sukai,” kata Tika Bravani mengakhiri perbincangan sore itu.