Bagikan:

JAKARTA - Lebaran memiliki manak yang berbeda-beda bagi setiap orang. Tika Bravani memaknai lebaran tahun ini untuk berdamai dengan diri sendiri setelah tahun-tahun sebelumnya selalu dirundung rasa sedih dan trauma sepeninggal ibundanya delapan tahun lalu.

“Kenangan-kenangan tiap lebaran itu sedih akhirnya 3 tahun terakhir berusaha untuk berdamai untuk memaknai lebaran untuk diri aku sendiri,” ucapnya dikutip dari ANTARA, Rabu, 26 April.

Istri pesinetron Dimas Aditya ini mengatakan, sejak ibunya meninggal saat lebaran 8 tahun lalu, ia benar-benar mengurung diri dari lingkungan termasuk keluarga besarnya setiap lebaran tiba. Ia juga mengatakan sering ‘kabur’ keluar kota hanya untuk mengasingkan diri akibat rasa sedih dan trauma berkepanjangan.

Namun, belakangan ini ia lebih berusaha menerima keadaan dan lebih mensyukuri makna hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Ia juga memaknai bulan Ramadhan tahun ini sebagai ajang untuk menguji keimanannya agar menjadi pribadi yang lebih bertakwa.

“Ramadan ini aku menganggapnya seperti kayak di 'gojlog' keimanannya supaya lebih bertakwa, jadi benar-benar fokus ke ibadahnya dan jadi lama-lama memang kesedihan itu hilang juga dan akhirnya mulai enjoy lebaran lagi baru berapa tahun ini,” ucap Tika.

Kesedihan itu juga ia jadikan sebagai kesempatan untuk banyak berdoa dan berbagi serta bersyukur masih diberikan nikmat untuk berbagi kebahagiaan.

Sementara itu, tidak seperti kebiasaan keluarga lain yang menjalankan mudik saat lebaran, Tika mengatakan tidak ada kebiasaan mudik karena semua keluarga besarnya di Padang sudah lama tinggal di Jakarta. Sehingga ia rencananya akan menghabiskan hari raya Idul Fitri dengan berkumpul bersama keluarga besar di Jakarta.

"Nggak ada mudik karena semua keluarga ada di Jakarta, sebenarnya orang Padang tapi di Padang sudah enggak ada nenek udah di sini Jadi enggak ada yang mudik, keluarga suami juga udah di Jakarta jadi di sini saja,” ucap artis kelahiran Denpasar ini.

Terkait hidangan kesukaan saat lebaran, Tika mengaku sangat menyukai rendang dengan cita rasa khas Minang yang sering dikirim dari kampungnya di Bukittinggi.

"Aku suka rendang Bukittinggi yang hitam warnanya, biasanya dikirim dari kampung jadi rasanya otentik masaknya pakai kayu bakar, beda sama rendang Kaleyo yang basah ini yang keringnya hitam itu enak banget, cuma di lebaran,” katanya.