Bagikan:

JAKARTA - Masalah pernikahan setelah kehadiran buah hati adalah hal biasa. Namun, dapat menyebabkan stres berkepanjangan dalam hubungan pernikahan jika tidak disiasati dengan baik. Ada berbagai tantangan yang bahkan sebelumnya tidak Anda sadari harus dihadapi. Berikut adalah tujuh masalah umum pernikahan pasca memiliki anak dan solusi menyelesaikannya, dilansir dari Times of India, Selasa, 11 April.

Kurang tidur dan stres

Orang tua baru sering mengalami kurang tidur karena tuntutan merawat bayi yang baru lahir. Kondisi kurang tidur dapat menyebabkan seseorang jadi mudah marah, perubahan suasana hati, dan stres, sehingga cenderung memengaruhi pernikahan dalam arti negatif. Untuk mengatasi masalah ini, orang tua dapat bergiliran merawat bayi di malam hari, meminta bantuan keluarga atau teman, atau menyewa babysitter untuk menjaga bayi selama beberapa jam agar bisa tidur.

Kurang manajemen waktu

Kehadiran bayi dapat mengganggu rutinitas sehari-hari pasangan tersebut, sehingga sulit menemukan waktu untuk satu sama lain. Agar tidak kehilangan waktu berdua, Anda dan pasangan dapat menjadwalkan kencan malam, memprioritaskan aktivitas berdua, dan saling mengomunikasikan kebutuhan dan harapan masing-masing.

Kurang komunikasi

Dengan tambahan tanggung jawab sebagai orang tua, pasangan mungkin memiliki lebih sedikit waktu untuk berkomunikasi satu sama lain, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman dan kebencian. Untuk meningkatkan komunikasi, pasangan dapat menyisihkan waktu setiap hari berbicara satu sama lain, mengungkapkan perasaan dan kebutuhan masing-masing, dan bekerja sama mencari solusi masalah.

Stres keuangan

Biaya membesarkan anak dapat membebani keuangan pasangan, menyebabkan stres dan pertengkaran. Untuk mengelola tekanan finansial, pasangan dapat membuat anggaran, merencanakan pengeluaran tak terduga, dan memprioritaskan pengeluaran mereka.

Pembagian tugas

Merawat bayi bisa menjadi pekerjaan penuh waktu, dan pasangan mungkin kesulitan membagi tanggung jawab secara adil. Untuk memastikan pembagian tugas yang adil, pasangan dapat mengomunikasikan harapan mereka, mengatur jadwal, dan meminta bantuan bila diperlukan.

Perubahan keintiman

Kehadiran bayi dapat menyebabkan perubahan keintiman pasangan, seperti perubahan besar dalam aktivitas seksual atau hilangnya keintiman fisik sama sekali. Untuk menjaga keintiman, pasangan dapat menyisihkan waktu, mengomunikasikan kebutuhan dan keinginan mereka, dan mencari bantuan konselor jika diperlukan.