Bagikan:

JAKARTA - Pihak SM Entertainment merilis video pernyataan terkait kabar akusisi yang akan dilakukan HYBE Labels. Hari ini, Senin, 20 Februari, SM Entertainment mengunggah video melalui kanal resmi YouTube mereka dengan beberapa informasi.

Video ini diberi judul “Alasan mengapa SM menolak pengambil alihan HYBE” berisi daftar alasan penolakan terhadap penggabungan dan akusisi yang akan dilakukan HYBE.

Melalui video tersebut, Chief Financial Officer atau CFO SM, Jang Cheol Hyuk mengatakan. “Setelah visi baru SM 3.0 diumumkan, pemegang saham terbesar menjual sahamnya dan upaya pengambilalihan mulai dilakukan oleh kompetitor.”

“Ini adalah upaya mengabaikan pertimbangan dan kerja keras dari 600 karyawan SM yang bermimpi menjadi perusahaan hiburan nomor satu di dunia, tapi juga nilai dan kebanggaan SM yang dikejar bersama penggemar dan para artis,” lanjutnya.

Kembali ke Masa Lalu

Jang Cheol Hyuk menyebut langkah akuisisi ini seperti kembali ke masa lalu antara SM dengan pemegang saham tertentu. Meski pihak HYBE menyatakan independensi SM namun mereka menganggap ini pernyataan omong kosong.

Dengan akusisi ini, Cheol Hyuk menganggap SM menurunkan nilai SM secara bisnis. Potensi artis SM untuk merilis album akan semakin sedikit. Selain itu artis-artis akan bergabung dengan platform Weverse milik HYBE sehingga aplikasi buatan SM tidak digunakan.

“Jika HYBE mengambil alih SM, tidak dipungkiri bahwa SM akan tunduk pada kelola tersebut. Dengan rencana rilis album terbatas hingga 100 per tahun, HYBE sudah mensaturasi artis dari labelnya. Alhasil artis SM akan memiliki prioritas rendah,” kata Jang Cheol Hyuk.

Turunnya Industri K-pop

Kemudian sinergi yang dilakukan dibuat untuk pemegang saham HYBE bukan pemegang saham SM maupun K-pop. Dengan bergabungnya dua agensi terbesar Korea Selatan ini, Cheol Hyuk menduga nantinya ini menjadi monopoli dari segi pasar dan penghasilan serta menjadi penurunan dari industri K-pop.

Cheol Hyuk memberi contoh penghasilan HYBE dan SM di kuartal tiga tahun 2022. Jika digabungkan, dua agensi ini menghasilkan 70% penjualan album dan 89% penjualan konser secara nasional dan internasional.

“Penggemar K-pop adalah pihak yang paling dirugikan dari monopoli ini,” kata Jang Cheol Hyuk.

Salah satu contoh yang diberikan adalah harga tiket konser. SM Entertainment selalu memasang harga normal dan relatif sama untuk para artis mereka. Tahun 2015, harga tiket konser Girl’s Generation dan EXO sebesar 110.000 won, Super Junior - EXO - NCT 127 pada tahun 2017 seharga 121.000, dan aespa di tahun 2023 sebesar 154.000 won.

Sementara HYBE mematok harga konser sebelum akusisi agensi sebesar 121.000 won. Setelah akuisisi, mereka memasang harga 165.000 won.

Karyawan Menolak

Pekan lalu, karyawan SM Entertainment menyuarakan penolakan terhadap akuisisi HYBE. Jang Cheol Hyuk kembali menegaskan 85 persen karyawan menyatakan tidak setuju terhadap tindakan tersebut.

“Pengambil alihan HYBE tidak menghargai kerja keras karyawan siang dan malam dan karyawan SM mengatakan tradisi dan SM mengalami kemunduran,” katanya.

Pihak CEO dan eksekutif sebanyak 25 orang juga menolak akuisisi HYBE dari aspek apa pun. Hal ini dianggap mencederai usaha SM Entertainment sebagai keberagaman K-pop.

“Kami sadar kontribusi Lee Soo Man terhadap SM sebagai produser eksekutif dan pendiri. Kami berusaha menjaga harga diri Lee Soo Man dan legasi SM dan bersiap dengan langkah baru untuk para pemegang saham. Itu mengapa keputusan Lee Soo Man mengejutkan kami,” kata Cheol Hyuk.

“Kami memastikan SM 3.0 akan menguntungkan bagi seluruh pemegang saham, bukan hanya bagian dari mereka,” tutup narasi video tersebut.

HYBE mengumumkan akuisisi saham Lee Soo Man di SM Entertainment sebagai pemegang saham terbesar. Mereka juga berencana mengakuisisi beberapa pemegang saham minoritas. Keputusan ini ditolak oleh para eksekutif SM.