Review Film <i>Babylon</i>: Kekacauan Hollywood yang Menyenangkan
Diego Calva - Margot Robbie (Paramount Pictures)

Bagikan:

JAKARTA - Sutradara Damien Chazelle menghadirkan film terbarunya, Babylon yang akhirnya sampai di Indonesia pada tahun ini. Dibintangi sederet aktor papan atas, film ini memotret keindahan sekaligus kerusuhan perfilman Hollywood dimulai dari tahun 1920-an.

Sejak teaser hingga trailer dirilis, Babylon sudah dipastikan akan menjadi film yang beautifully chaos. Gemerlap visual hingga permainan musik dari Justin Hurwitz mendukung keindahan film yang berdurasi cukup panjang.

Babylon juga mengantongi sejumlah kemenangan dan nominasi dalam berbagai ajang penghargaan, mulai dari Academy Awards, Screen Guild, Critics Choice, hingga Golden Globe.

Babylon menyorot Manny Torres (Diego Calva), seorang imigran Meksiko yang bekerja mengantar gajah sebagai hiburan di berbagai tempat. Ia bermimpi untuk mendapat tempat di Hollywood dan bekerja di dunia film yang tentunya sulit untuk digapai.

Dalam perjalanannya, Manny bertemu dengan Nellie LaRoy (Margot Robbie), seorang perempuan yang mengklaim dirinya adalah bintang dari New Jersey. Manny semakin jatuh cinta kala melihat Nellie sukses dengan aktingnya dalam film bisu.

Suatu ketika, Manny yang sedang bekerja diminta mengantar Jack Conrad (Brad Pitt) untuk pulang ke rumah. Ternyata Jack Conrad sangat puas dengan kinerja Manny sehingga Manny terus bekerja mendampingi Jack ke mana pun.

Nellie semakin populer dengan filmnya yang digemari penonton, begitu juga dengan Manny Torres yang berkesempatan mempelajari teknik kamera. Manny memiliki pekerjaan stabil hingga Jack Conrad yang menikmati hidup sebagai bintang besar.

Babylon punya durasi panjang dengan alur cerita yang bergejolak. Rentetan adegan, ekspresi, konflik, dipadu dengan visual yang vulgar sekaligus indah membuat film ini meninggalkan kesan yang baik dan membingungkan.

Chazelle juga dengan sengaja menambahkan tahun sebagai timestamp agar penonton bisa melihat perkembangan cerita. Setidaknya penonton melihat tiga sudut pandang dari tiga karakter utama: Manny, Nellie, dan Jack. Ketiganya juga berpadu dengan benang merah yang mengaitkan cerita ketiganya.

Dengan alur yang tidak rapi ini, justru Babylon tampil memuaskan. Transisisi film bisu ke film suara sebagai konflik utama ini diwarnai dengan segala kerusuhan yang manis.

Ensembel akting para pemain juga sangat manis. Diego Calva dengan segala kerungsingannya bertemu dengan Margot Robbie yang patut diapresiasi aktingnya. Perubahan ekspresi dalam waktu cepat membuat Robbie sangat bersinar dalam film ini.

Selain itu, Babylon juga menghadirkan jejeran bintang yang tidak disangka-sangka, di antaranya Flea dari band Red Hot Chili Peppers, sutradara Spike Jonze, model Kaia Gerber, Albert Hammond dari band The Strokes, dan lainnya.

Sepanjang film, kami juga terhibur dengan suara yang dihadirkan Justin Hurwitz. Bukan rahasia baru jika Hurwitz merupakan kolaborator Chazelle. Namun sound yang ditampilkan dalam Babylon terkesan grande dan fantastis.

Babylon menjadi sajian film yang kacau sekaligus indah. Pengalaman menonton Babylon mungkin sesuatu yang jarang ditemukan di bioskop. Visual dan suara yang indah bergabung menjadi pengalaman yang menarik.

Film Babylon tayang di bioskop Indonesia mulai hari ini, Jumat, 3 Februari.