Masih Sering Sinis dan Berpikir Negatif? Ini Alasan Kenapa Perlu Dikurangi Segera
Ilustrasi dampak berpikir negatif pada kesehatan (Freepik/8photo)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Berpikir negatif, menurut penelusuran pakar kesehatan mental dapat memengaruhi kesehatan fisik. Nyatanya, penelitian membuktikan ketidakramahan, stres, dan orang dengan gejala depresi lebih tinggi risiko terkena stroke daripada orang yang ramah.

Alih-alih terpisah dari mekanisme fisik tubuh, pikiran ternyata sejalan dengan kesehatan seluruh tubuh. Anda mungkin telah banyak membaca anjuran bahwa stres dapat membuat fisik lebih mudah lelah, sakit perut atau depresi dapat menyakitkan secara fisik. Faktanya memang terjadi seperti itu. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa emosi dan berpikir negatif sangat mungkin berkaitan dengan masalah kesehatan lebih serius, seperti penyakit jantung.

“Banyak emosi negatif seperti kemarahan, ketakutan, dan frustasi menjadi masalah ketika emosi tersebut berubah menjadi watak yang lebih permanen atau kebiasaan memandang dunia,” kata Emiliana Simon-Thomas, Ph.D., direktur sains di Greater Good Sciences Center, Universitas California, Berkeley.

dampak berpikir negatif pada kesehatan
Ilustrasi alasan kenapa perlu mengurangi sinis dan berpikir negatif (Freepik/stockking)

Simon-Thomas dilansir Health, Senin, 30 Januari, memberikan contoh tentang bersikap sinis. Sebuah studi tahun 2014 dalam jurnal Neurologi menghubungkan sinisme dengan risiko demensia yang lebih besar daripada mereka yang lebih mudah percaya. Ia juga menegaskan bahwa cara berpikir negatif bisa melukai hati Anda. Penelitian juga membuktikan ini, bahwa data dari 196 orang yang mengikuti tes psikologis menemukan bahwa permusuhan sinis dapat menyebabkan risiko tinggi penyakit jantung. Dengan berpikir sinis, seseorang terus bereaksi terhadap keadaan stres dengan tingkat intensitas yang sama, tidak peduli berapa banyak masalah yang mereka miliki dan juga menyebabkan stres.

Sikap negatif lainnya yang terkait dengan kesehatan buruk adalah permusuhan. Seperti halnya yang dijelaskan pada pembuka di atas, bahwa jurnal dalam Stroke, menemukan bahwa partisipan yang mendapatkan skor tinggi pada ukuran ketidakramahan, stres kronis, dan gejala depresi, memiliki risiko tinggi terkena stroke daripada peserta yang ramah.

Selain efek pada kesehatan dari berpikir negatif yang dijelaskan di atas, beberapa bukti menunjukkan bahwa depresi meningkatkan risiko diabetes tipe 2, serangan jantung, dan kecacatan di kemudian hari. Ini berarti mencari cara dalam mencegah membanjirnya berpikir negatif wajib dilakukan.

Sebagai tambahan, Simon-Thomas juga menjelaskan bahwa dampak berpikir negatif pada metabolisme, pelepasan hormon, dan fungsi kekebalan tubuh. Untuk mencegah pikiran negatif dan segala emosi yang mengganggu kesehatan dengan sejumlah cara menyehatkan. Seperti mulai membiasakan olahraga, terlibat kontak sosial yang baik, tidur cukup dengan jadwal teratur, makan sehat, berbicara dengan teman atau keluarga yang terpercaya, meditasi, relaksasi, dan mindfulness.