Kalimat Positif Bisa Jadi Toksik <i>lho</i>, Sering Mengucapkan Ini?
Ilustrasi kalimat toksik positif yang sering diucapkan (Pexels/Cottonbro)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Pada kondisi tertentu, kalimat positif dengan perspektif tepat diperlukan. Tujuannya untuk tetap termotivasi. Tetapi jika mengucapkan kalimat positif, tetapi situasi tidak tepat, atau bahkan diucapkan dengan penekanan tertentu, ternyata bisa jadi toksik lho.

Kalimat positif yang diucapkan tidak tepat situasinya, disebut dengan toxic positivity. Ahli mengatakan bahwa kepositifan yang toksik bisa menghambat perjuangan seseorang. Efek psikologis dari menyembunyikan atau menyangkan perasaan dengan kalimat-kalimat positif, ternyata juga cukup buruk. Seperti gelisah makin parah, hingga memengaruhi kesehatan fisik seseorang. Oleh karena itu, kenali kalimat positif yang ternyata bisa jadi toksik seperti berikut ini.

“Jangan pikirkan masalahmu, tetaplah positif”

Masalah perlu diselesaikan, bukan untuk dihindari dan ditumpuk hingga jadi beban. Ketika menyangkal masalah, hidup seseorang tidak autentik. Melansir The Psychology Group, Senin, 9 Mei, kita bisa kehilangan koneksi dengan diri kita sendiri ketika tidak autentik. Seseorang mungkin akan terlihat tangguh ketika menutupi masalahnya dengan keceriaan. Tetapi di dalam pikirannya tetap merindukan satu solusi untuk menyelesaikan masalahnya.

kalimat toksik positif yang sering diucapkan
Ilustrasi kalimat toksik positif yang sering diucapkan (Pexels/Andrea Piacquadio)

“Kalau saya bisa menyelesaikannya, Anda pasti bisa”

Tak jarang masalah yang bertubi-tubi memiliki pola yang sama. Tetapi setiap orang memiliki batasan, kemampuan, dan keterbatasan dalam menangani banyak hal. Oleh karena itu, memperbandingkan kemampuan satu orang dengan orang lain tidak akan menghasilkan hal yang memuaskan. Ini hanya akan membuat seseorang merasa lebih tertekan dan tidak menemukan motivasi dari dalam dirinya sendiri.

“Cobalah berpikir positif, nanti akan menemukan inti masalahnya”

Selalu berpikir positif, kadang memberikan rute jalan yang salah. Sedangkan kesalahan pasti dialami setiap orang ketika mengatasi masalahnya. Dari hal tersebut, seseorang tidak perlu melulu berpikir positif. Untuk menemukan inti masalahnya, kita perlu mengakui mana jalan yang salah dan bagaimana kembali menuju arah yang dituju.

“Segala hal terjadi untuk suatu alasan”

Merasa curiga pada setiap langkah dalam hidup tentu tak akan terasa nyaman. Bahkan, kita tak perlu selalu insecure dengan orang yang berbuat baik pada kita. Artinya, tidak semua hal terjadi karena suatu alasan. Lebih jauh lagi, menghubungkan masa lalu dengan saat ini hingga masa depan nanti justru membuat kita lelah pun gelisah.

“Jangan berpikiran negatif”

Hal-hal negatif tak pernah bisa ditolak. Penderitaan, kesedihan, rasa marah, benci, dan sakit hati adalah bagian dari kehidupan. Jadi, terima pikiran-pikiran negatif tanpa memanipulasi diri dengan pikiran positif.

Itulah kalimat-kalimat yang sering mengaburkan kesadaran akan diri kita sendiri. Jika Anda mengenali diri Anda sebagai penebar racun positif, inilah saatnya Anda tak lagi menyakiti diri sendiri dan orang-orang yang paling Anda sayangi.