Bagikan:

JAKARTA - Lama tidak muncul di publik, Sarah Azhari terlihat hadir di sejumlah acara televisi. Pada awal Desember, ia menjadi tamu di sejumlah acara dan membicarakan masa-masa ketika berada di Indonesia.

Bukan rahasia baru jika Sarah Azhari kini menetap di Amerika Serikat. Berbeda dari anggota keluarga Azhari lainnya, Sarah memilih mundur dari dunia hiburan yang melambungkan namanya. Namun belakangan, ia perlahan mulai kembali berkarier dengan produktif merilis sejumlah konten.

“Alhamdulillah baik-baik saja. Tawaran buat jadi bintang tamu dan sebagainya jadi ya kangen-kangenan sama masa yang dulu karena pernah di dunia entertainment. Karena diundang, ada komedi jadi mengingatkan saya sama yang dulu,” cerita Sarah Azhari kepada VOI beberapa waktu lalu.

Kembalinya ke Indonesia bukan tanpa alasan. Ia memang merencanakan kepulangannya mengingat sebagian anggota keluarga Azhari masih tinggal di ibukota. Selain itu ia juga mengaku rindu dengan Indonesia dan segala perubahan yang membuatnya terkejut.

Sarah Azhari (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/DI)

“Rencananya memang harus balik karena ada banyak urusan, urusan segala macam, rumah dan sebagainya jadi memang ada yang diurus dan ya sekarang ini baru bisa balik. Kemarin sempat gak jelas kan ada yang buka tutup tapi akhir tahun udah enak, lega, lebih mudah untuk travelling jadi why not kita pulang sekarang,” jelasnya.

“Pembangunannya di Jakarta udah semakin banyak dan senangnya sih banyak pohon-pohon yang hijau dan pembangunan yang cepat gitu," katanya bercerita.

"Terus terang saya kadang-kadang saya gak tahu ada di jalan mana karena dulu patokan yang saya suka lihat udah ketutup sama jembatan,” lanjut Sarah.

Perlahan, Sarah Azhari mulai meniti karier sebagai penyanyi. Sebenarnya pada tahun 1999, Sarah sudah merilis album berjudul Peluk Aku Cium Aku yang diproduseri Anang Hermansyah. Album ini sempat menuai sukses di pasaran ketika dirilis pada saat itu.

Sarah Azhari (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/DI)

Kini, Sarah kembali ke dunia musik dengan jalur independen. Dengan cara baru, Sarah Azhari belajar untuk membuat lagu hingga melakukan promosi. Ia juga merasakan perbedaan bermusik di masa lampau dengan sekarang.

“Sangat berbeda. Semuanya sudah bergeser ya ke arah streaming dan itu beda banget. Cara promonya beda, kontraknya beda. Dan sekarang ini gak perlu album. Kalau dulu itu, satu album itu isinya 8-10 lagu. Kalau sekarang rilis single aja satu-satu kan bisa,” jelas wanita kelahiran 16 Juni tersebut.

“Dulu kita itu jualannya kaset/cd fisik yang butuh beberapa lagu. Orang pun berpikir “Ya ngapain beli album isinya segini". Jadi jelas berbeda jaman sekarang ini cepat banget,” lanjutnya.

Melihat perubahan drastis tersebut, Sarah Azhari merasakan kesulitan tersendiri meski karyanya terdistribusi dengan meluas namun ia juga harus memikirkan bagaimana karyanya sampai ke telinga orang banyak.

“Kita perhatikan cara terbaik seperti apa karena sekarang ini fenomena anak muda melihat streaming ini cepat jadi tinggal didengeriin suka apa enggak. Tapi ini cepat bergantinya karena ada banyak ratusan musik yang masuk,” tuturnya.

“Menurut saya pribadi agak susah dibanding jaman dulu. Mudah tapi sulit. Mudah untuk platformnya, tapi untuk promonya bener bener butuh fokus karena kita gak bersaing sama satu lagi tapi sama ratusan lagu di situ,” jelas Sarah lagi.

Didukung Keluarga

Sarah Azhari (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/DI)

Beruntung, Sarah Azhari memiliki lingkaran pertemanan dan keluarga yang suportif. Langkah barunya juga didukung oleh penggemar yang terus menantikan karya barunya. Hal ini terbukti dengan single independen perdananya, Dance for Survive sudah ditonton lebih dari tiga juta pada tahun 2021. Untuk sebuah rilisan perdana, angka ini terhitung besar.

Kemudian Sarah mulai aktif merilis lagu cover, yang terbaru ada Last Christmas yang diunggah melalui media sosial.

“Alhamdulillah saya punya fans yang setia sama saya. Jadi YouTube atau apapun itu pasti ada beberapa fans yang support. Ada followers subscriber walaupun gak banyak tapi berjalan karena mungkin mereka tahu saya sejak dulu,” ujar ibu anak satu tersebut.

“Positifnya di situ tapi untuk masalah yang promo itu ya harus pinter karena tim saya anak-anak muda di sini. Mereka lebih ngerti masalah tersebut. Jadi mereka yang bertindak untuk promo dan lain-lainnya,” lanjutnya.

Sarah Azhari (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/DI)

Alhasil wanita 45 tahun ini belajar mendengarkan saran dari anak-anak muda soal karyanya. Ia juga mendengarkan saran dari anaknya, Albany. Sang anak kerap memberi masukan terhadap konten yang dibuat Sarah Azhari baik video maupun media sosial.

“Saya mendengarkan apa yang mereka berikan dan mereka menjalankan. Karena kita harus memberikan peluang kan sama anak-anak muda saat ini. Lagipula anak muda sekarang lebih cepat jadi memang seperti itu,” tukas Sarah.

“Betul tapi jangan lupakan orang-orang yang sudah berpengalaman juga yang udah bukan anak muda. Dan umurnya dewasa dan mereka mengerti dunia tersebut. Karena tanpa mereka kita gak bisa ke jalur jalur tertentu. Menurut saya keduanya perlu diimbangin,” tambah Sarah Azhari.

Tidak hanya musik, Sarah Azhari sebelumnya dikenal dengan membintangi berbagi judul film dan sinetron. Salah satu yang paling melambungkan namanya adalah Montir-Montir Cantik dan Lupus Milenial yang populer di awal 2003.

Sarah Azhari (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/DI)

Meski begitu, Sarah Azhari mengaku belum tertarik untuk mengambil proyek akting apa pun. Hal ini berkaitan dengan dirinya yang masih menetap di Amerika Serikat. Ia sendiri membocorkan kerap menerima tawaran akting, namun seringkali itu tidak terealisasikan.

“Untuk sementara ini, awal tahun ini gak mungkin karena ada sesuatu yang saya sedang kerjakan di Amerika,” tegas Sarah Azhari.

“Saya belum minat. Saya ingin fokus menyelesaikan apa yang saya rencanakan di Los Angeles. Di sini kebanyakan (tawaran) stripping tapi sementara waktu belum,” lanjutnya.

Dengan segala kesibukannya, Sarah Azhari ingin tetap menjadi orang yang kreatif dibanding sebagai medioker. Tapi kalimat tersebut tidak hanya bisa dilakukan lewat bicara melainkan harus direalisasikan.

“Saya ingin tetap berkreativitas, biarkan mengalir. Karena tanpa kreatif, kita mau ngapain lagi? Jadi ya harus tetap semangat menciptakan kreativitas,” kata Sarah Azhari menutup perbincangan dengan VOI.