Alasan Remaja Korea Utara harus Ditembak Mati karena Ketahuan Nonton Drama Korea Selatan
Drama Korea (Foto: Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Kabar dua remaja Korea Utara ditembak mati gara-gara mengedarkan file berisi drama Korea membuat warganet tercengang. Negera komunis yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu memang melarang keras masuknya berbagai bahan media asing, terutama yang dianggap 'Barat', lantaran dinilai mencuci otak penduduknya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memandang Korea Selatan sebagai negara boneka Amerika, dan peka terhadap media mana pun yang melintasi perbatasan dari negara itu.

Meskipun dikontrol dengan ketat, drama dan film Korea Selatan sering diselundupkan ke negara tersebut melalui drive USB atau kartu memori yang dibawa melewati perbatasan dari China dan kemudian dibarter di antara orang Korea Utara. Rezim Pyongyang yang berkuasa menggunakan informan yang direkrut dari masyarakat umum, untuk menangkap mereka yang menjual drive tersebut.

Dalam kasus kedua remaja tersebut, salah satu dari mata-mata ini melaporkan mereka karena menjajakan drive yang berisi program-program tersebut di pasar lokal.

Dikutip dari Daily Mail, eksekusi semacam itu jarang terjadi di Korea Utara, tetapi bukannya tidak pernah terdengar, dan biasanya digunakan untuk menakut-nakuti orang agar patuh, ketika pihak berwenang khawatir tentang pelanggaran aturan.

Pemuda Korea Utara yang tertangkap menonton film asing akan dikirim ke pusat kerja disipliner, kata satu sumber di Hyesan.

Pelanggaran kedua berarti dikirim ke kamp pemasyarakatan selama lima tahun bersama orang tua mereka, sebagai hukuman karena gagal mendisiplinkan anak-anak mereka.

Tetapi siapa pun yang ketahuan mendistribusikan atau menjual film Korea Selatan dapat menghadapi hukuman mati, bahkan jika mereka masih di bawah umur, tambah sumber itu.

Eksekusi terjadi sekitar seminggu setelah pihak berwenang mengadakan pertemuan publik, untuk memberi tahu mereka akan bersikap keras terhadap kejahatan yang melibatkan media asing, terutama dari Korea Selatan yang lebih makmur dan demokratis, seperti mengutip RFA.