Bagikan:

JAKARTA - Gelombang kesuksesan film horor Indonesia terus bergulir. 18 hari tayang di bioskop, film Qodrat mendapat 1.514.322 penonton. Ini adalah pencapaian besar MAGMA Entertainment yang digawangi sutradara Charles Gozali sejak tahun 2003 yang akhirnya menembus pencapaian rekor di atas satu juta penonton. 

Charles mengakui tak bisa menutupi rasa bahagianya. Film kolaborasi dengan Rapi Films itu membuatnya bahagia laksana dapat anak pertama. 

"Film Qodrat memang film pertama yang  menyentuh satu juta penonton sejak 2003 MAGMA Entertainment didirikan. Artinya sangat luar biasa kayak punya anak pertama," ujar Charles ditemui di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Keberhasilan ini, lanjutnya, bukan berarti anak-anak sebelumnya gak penting. "Semua filmmaker pasti bikin film cita-citanya ingin ditonton banyak orang. Pencapaian ini bukan soal pendapatan finansial tapi bahwa filmnya berhasil menyentuh lebih banyak orang, lebih banyak penonton, disukai dan kalau membaca dari Twitter efek nonton ulangnya cukup tinggi sehingga buat filmmaker sebagai storyteller yang ingin menyampaikan sesuatu lewat film, ini sangat berarti," tegasnya.

Film horor pertama Vino G Bastian ini lahir saat film Indonesia mencapai puncaknya usai pandemi COVID-19. Rekor baru film terlaris sepanjang masa dicapai KKN di Desa Penari. Selain itu film horor lain juga membus jutaan penonton.

Charles Gozali (Foto: Puput Puji, DI: Andry Winarko/VOI)

Film berdurasi 102 menit ini memadukan unsur horor dan religi sehingga bukan cuma teror yang dikedepankan tetapi ada pelajaran dan makna yang didapatkan oleh penonton.

Kedua unsur tersebut tersaji dalam plot yang memperlihatkan seorang ustaz melakukan metode pengobatan kepada anaknya sendiri yang dirasuki oleh setan bernama Assuala. Metode pengobatan tersebut dikenal oleh masyarakat muslim dengan istilah rukiah yang sudah banyak dipraktikan oleh para ustaz di Indonesia.

Dalam proses produksi, Charles mengaku sangat terbantu oleh kekompakan tim. "Keyakinan saat membuat pasti ada tetapi kalau ekspektasinya sejauh mana, kita sama-sama di tim Qodrat dari eksekutif produser, pemain, sampai kru dari awal sepakat mengerjakan yang terbaik lalu mengikhlaskan hasilnya," paparnya. 

Ketika film Qodrat tayang di bioskop, Charles mengaku tak banyak memasang ekspektasi. "Kalau bicara keikhlasan jadi ya target kepengin ditonton sebanyak banyaknya penonton tapi bahwa kita tidak menset target karena memang ya habis pandemi juga baru mulai kembali. Kami main di bulan Oktober yang sebenarnya banyak film horor di depan yang main sebelum kami jadi kami ikhlaskan dan hasilnya puji Tuhan luar biasa," katanya.

Charles Gozali (Foto: Puput Puji, DI: Andry Winarko/VOI)

Banyak hal dicoba untuk bisa membuat film horor Qodrat menjadi film yang tidak biasa. "Buat MAGMA Entertainment penting untuk membuat film menjadi sesuatu yang unique, berbeda dan punya kekuatan. Keunggulannya terus kita cari dari adegan apa yang belum pernah ditonton,

pendekatan berbeda yang biasanya di film horor biasanya bicara soal iblis tapi kita bicara dari sudut pandang protagonis dari ustaz Qodrat-nya," kenang Charles.

Yang paling menantang, lanjutnya, adalah menjaga agar konten religi yang menjadi bawaan dari

ustaz rukiyah itu tidak sampai terjadi kesalahan. Dari bacaan, dari sudut pandang, dari penulisan tidak boleh ada yang salah.

"Karena itu penulis kami Gea Rexy, mas Asaf Antariksa melakukan riset ke lembaga rukiyah di Indonesia pakai buku panduan yang sangat tebal. Saya syuting ditemani co director saya Imron Ayikayyu yang memang keluaran pesantren," tegasnya. 

Selain itu, ada pengawas dan pemandu mulai dari skenario sampai hasil akhir. "Setiap kita syuting itu ada ustaz Isman Wiliana yang memang ustaz rukiyah yang membantu Vino latihan dari sebelum syuting hingga syuting selesai. Itu yang sangat kami jaga supaya jangan sampai salah," kenangnya.

Ide film horor dengan ustaz rukiyah sebenarnya tidak jauh dari cerota film biasa tentang baik dan jahat. "Di banyak film horor banyak terjadi pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, itu dasarnya," kata Charles. 

Yang tak disengaja namun memberikan bayak beda adalah masuknya unsur laga. Ada pertempuran sengit yang mnejadi 'bonus' bagi penggemar film horor. 

"Unsur laga di sini masuk tanpa disadari karena saya punya latar belakang penggemar film laga. Saya penggemar film Jackie Chan jadi banyak orang yang bilang kalau lihat film Charles, kayak nonton film Hongkong tahun 80-an jadi mungkin itu sisa-sisa yang terbawa sampai hari ini," jelasnya.

Tak main-main, untuk adegan laga akhirnya Charles Goozali tak mau sendirian. "Saya didampingi Jonathan dan Cecep Arief Rahman sebagai stunt coordinator yang sudah mendunia lewat Star Wars dan John Wick. Jadi memang kolaborasi laga dan horor ini karena gabungan banyak orang," paparnya.

Kerja keras pemain, menjadi kunci terwujudnya kesenangan Charles Gozali akan genre laga mewujud dalam fil  Qodrat. "Latihan, latihan dan latihan. Bikin video board, Marsha dan Vino sudah dilatih dan Marsha dilatih tidak memakai alas kaki karena adegannya tanpa alas kaki berputar miring dan naik ke atas pundak. Memang saat pengambilan gambar, Hani Pradigya sebagai sinematografi itu juga sangat membantu membuat gambar yang berkesan hidup dan kita membuat penonton dekat dengan karakternya," katanya. 

MEMUPUK GENRE HOROR INDONESIA MENJADI LEBIH BAIK

Charles Gozali (Foto: Puput Puji, DI: Andry Winarko/VOI)

Film Qodrat merupakan buah dari kerja sama beberapa rumah produksi. Bisa dibilang proses produksi film ini dilakukan secara "keroyokan". Nama-nama rumah produksi yang terlibat adalah Rapi Films, Magma Entertainment, Ideosource Entertainment, Astro Shaw, Caravan Studio, dan Dunia Mencekam Productions.

Charles Gozali bersama Gea Rexy dan Bagus Bramanti pernah memenangkan penghargaan Skenario Adaptasi Terbaik untuk film Sobat Ambyar dalam Festival Film Indonesia ke-41 pada 2021 silam. Film horor adalah pengalaman baru bagi mereka, melihat tingginya peminat, mereka tak mau setengah-setengah. 

"Genre horor secara pengamatan kami semacam pop culture menjadi sebuah kesenangan

bahkan budaya masyarakat Indonesia untuk pergi ke bioskop dan nonton horor. Memang itu menjadi sesuatu yang digemari dan cukup besar. Kita para filmmaker harus bisa melakukan apa dengan genre horor yang tidak itu-itu aja," tegasnya.

Di tahun ini, ada Pengabdi setan 2 yang sangat bermain kamera dengan titik cekam yang tinggi, movement yang sangat liar. Ada KKN dengan produksi yang sangat besar. Ada Jailangkung Sandekala yang menempatkan investigasi penculikan dalam cerita horor. Kemudian, inang dengan arthous.

"Qodrat hadir dengan pendekatan religi dan laga. Mudah mudahan jadi penambah agar industri semakin membaik," harapnya.

Charles Gozali (Foto: Puput Puji, DI: Andry Winarko/VOI)

Sebagaimana di akhir cerita film, Qodrat memang disiapkan untuk melahirkan sekuel, bahkan Charles sudah membayangkan akan menjadikannya trilogi.

"Saya di luar ingin melanjutkan Qodrat karena Qodrat diniatkan sebagai trilogi. Tapi sebelumnya kepengin bikin genre berbeda. Film pertama di MAGMA itu kan horor kemudian drama laga lalu drama komedi Finding Srimulat jadi memang genrenya beda-beda. Sobat Ambyar yang musikal. Saya kepengin di luar Qodrat melakukan sesuatu yang berbeda hanya saja kayaknya kondisi pasar dan industri dalam beberapa waktu masih bikin horor dulu sementara," paparnya.

Film horor memiliki tantangan harus mencekam supaya penonton bisa mendapat atmosfer ketakutan. "Kaget saja gak cukup jadi sound, sinematografi punya peranan penting dalam pembangunan keseraman yang hadir di film horor. Kalo sudah nonton Qodrat, kesandung meja itu ada di skenario bukan improvisasi. Banyak orang bikin adegan gelap, orang itu jalan tanpa masalah padahal kalo gelap dikit aja, kadang-kadang sering kesandung, kenapa kita gak bikin dia jadi satu jumpscare yang bisa dinikmati penonton," terangnya.

Charles Gozali (Foto: Puput Puji, DI: Andry Winarko/VOI)

"Jadi itu memang kemudian kita bangun, tetapi adegan itu berhasil karena sebelumnya ada scene Marsha di gudang. Nah di situ permainan sinematografi dan sound kemudian berperan penting. Salah satu buktinya gini pada saat kami nonton draft editing Qodrat, adegan Maudy jalan mengitari rumah satu shoot cari ibunya, dia bilang kepanjangan dan boring tapi begitu hasilnya selesai, dan ada bunyi gubrak kleneng sana sini itu jadi sesuatu yang bermain ya. Kemudian kepanjangan tidak bosan," lanjutnya.

Sukses di Indonesia, film Qodrat dipastikan akan tayang di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Mengenai tanggal penayangan, belum bisa disampaikan. 

"Pasti. Karena salah satu investornya Astro Shaw," tegasnya.

Perolehan penonton Qodrat menunjukkan penonton Indonesia suka ada cross genre yang membuat penonton tertarik. "Harapan saya untuk perfilman Indonesia semakin variatif, semakin memberi kesempatan genre sebelumnya yang agak sulit untuk hadir, karena biasanya kami sebelum memproduksi sebuah film terutama action. Banyak investor yang mengatakan “Ini gak works di Indonesia” jadi semoga dengan kondisi yang sekarang ada, film horor yang memasukan sub genre berbeda bisa membuka kesempatan banyak genre di film Indonesia yang sebelumnya dikhawatirkan jadi bisa dapat kesempatan," pungkasnya.