Selain Efek pada Fisik, Dokter Sebut KDRT Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental
Ilustrasi KDRT (MART Production/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT kian marak terjadi. Perilaku ini bisa berupa menakuti, mengintimidasi, meneror, memanipulasi, menyakiti, menghina, menyalahkan, atau sampai melukai pasangan. Menurut informasi dari dokter AICARE, Kekerasan Dalam Rumah Tangga muncul karena kombinasi faktor-faktor seperti individu, hubungannya dengan pasangan, serta lingkungan dan masyarakat tempat tinggalnya. 

Untuk faktor yang terkait dengan individu, bisa jadi pelaku KDRT memiliki masalah dalam mengelola amarah, memiliki kecemburuan, punya rasa percaya diri yang rendah, atau adanya kepercayaan dalam budaya bahwa mereka berhak mengontrol pasangannya. Selain itu, ketergantungan konsumsi alkohol dan obat-obatan juga menyebabkan pelaku kurang bisa mengendalikan impuls kekerasan yang muncul. 

Untuk faktor hubungan dengan pasangan, KDRT bisa terjadi jika ada konflik dalam hubungan seperti kecemburuan, rasa posesif, ketegangan, perceraian, atau perpisahan. Perilaku dominan dimana satu pasangan lebih mengontrol hubungan dibandingkan pasangan lainnya pun bisa menimbulkan masalah kekerasan. Atau, waktu kecil pelaku KDRT pernah melihat kekerasan yang terjadi antara orang tua, mengalami pola asuh orang tua yang buruk, atau hukuman disiplin secara fisik dari orang tua semasa kecil sehingga berpengaruh pada tumbuh kembangnya.

Sedangkan faktor lingkungan yaitu adanya tingkat kemiskinan yang tinggi serta kesempatan ekonomi dan pendidikan yang terbatas di lingkungan hidup pelaku KDRT, banyak kejahatan dan kekerasan di wilayah komunitasnya, buruknya hubungan antar tetangga sehingga tetangga atau orang-orang di komunitasnya tidak tertarik menengahi situasi dimana mereka melihat adanya kekerasan. 

Jika dilakukan terus menerus, tindak kekerasan ini tidak hanya menyebabkan cedera fisik saja. KDRT juga bisa pengaruhi kesehatan mental sang korban. Mereka yang jadi korban kekerasan bisa mengalami peningkatan risiko depresi, PTSD, gangguan kecemasan, pemakaian zat terlarang dan alkohol, dan perilaku seksual yang berisiko. Bila sudah berat, KDRT juga menyebabkan korban memiliki keinginan bunuh diri. 

Isu KDRT sebenarnya sulit untuk diidentifikasi karena banyak korban memilih bungkam. Namun, perlu diingat tidak ada orang yang berhak dilukai dan mendapat perilaku kekerasan. Ketahuilah bahwa kekerasan yang Anda alami bukan karena kesalahan yang Anda perbuat. 

Jika Anda adalah korban KDRT, jangan ragu lapor ke pihak berwajib atau lembaga-lembaga terkait. 

Bila Anda ingin menggali informasi lebih lanjut tentang dampak KDRT pada kesehatan mental, simak video berikut.