5 Aspek <i>Mindfulness</i> yang Membantu Mengelola Dampak Trauma
Ilustrasi aspek mindfulness untuk mengelola dampak trauma (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Mengalami trauma berdampak pada psikologis seseorang. Menurut laporan National Center for PTSD, sejumlah 8 persen perempuan dan 4 persen pria yang mengalami trauma berdampak atau mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD). Jumlah ini dalam data yang dituliskan psikiater Grant Hilary Brenner, MD., sejumlah 12 juta orang Amerika Serikat per tahun.

Trauma pada beberapa orang berdampak pada perilaku selain juga kondisi psikologis. Dalam penelitian dilansir Psychology Today, Jumat, 4 November, Benner mengemukakan ada lima aspek dalam mindfulness yang melatih ketahanan pada seseorang dengan PTSD.  Di antaranya, sebagai berikut:

  1. Mengamati, kecenderungan untuk menyaksikan tanpa keterlibatan yang berlebihan.
  2. Menggambarkan, kecenderungan terkait untuk menyebut peristiwa saat terjadi.
  3. Bertindak dengan kesadaran, kecenderungan untuk membuat keputusan dan melaksanakannya sambil merenungkan implikasinya, daripada bertindak impulsif tanpa berpikir.
  4. Tidak menghakimi dalam menanggapi peristiwa dan tidak memberikan kritik berlebihan pada diri sendiri atau orang lain.
  5. Tidak reaktif atau bereaksi berlebihan dengan mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi tantangan emosional.

Kelima aspek di atas, diteliti pada 15.000 peserta untuk mengidentifikasi korelasi antara aspek kesadaran dan PTSD. Secara keseluruhan, sifat mindful yang lebih besar berkaitan dengan penurunan gejala PTSD. Tetapi efeknya bervariasi, tergantung profesi peserta yang mengalami PTSD. Paling signifikan efek positif dari mindfulness ditemukan pada para profesional yang mengalami trauma selama masa kerja.

aspek mindfulness untuk mengelola dampak trauma
Ilustrasi aspek mindfulness untuk mengelola dampak trauma (Freepik/pressfoto)

Dari kelima aspek di atas, yang paling tidak signifikan membantu mengelola dampak trauma adalah mengamati dan tidak terlibat secara berlebihan. Karena aspek ini mengarah pada disosiasi, mati rasa, dan penghindaran, cenderung memperburuk PTSD untuk beberapa kasus. Misalnya peserta dengan PTSD yang masa lalunya bekerja di area konflik.

Benner merekomendasikan untuk menafsirkan kondisi dan metode terapi yang dibutuhkan secara hati-hati. Karena setiap tingkatan trauma memiliki kondisi yang berbeda. Maka aspek mindfulness yang secara signifikan membantu mengelola juga perlu diukur secara tepat.

Benner juga mengatakan bahwa trauma bukan penyebab dari semua penyakit mental. Secara signifikan, trauma tidak hanya terkait dengan PTSD, namun juga depresi, kecemasan, gangguan makan, masalah kepribadian, dan gangguan terkait zat terlarang dan alkohol. Secara tak langsung, aspek-aspek mindfulness di atas dapat bermanfaat untuk mengelola perilaku dan kondisi psikis terkait kesehatan mental.