Bebas dan Tak Berjarak, The Jansen Eksplorasi Beragam Cerita dalam <i>Banal Semakin Binal</i>
The Jansen (Dok. The Jansen)

Bagikan:

JAKARTA - Unit punk rock asal Bogor, The Jansen meluncurkan album ketiga berjudul Banal Semakin Binal pada 29 Juli kemarin. Album ini tersedia dalam tiga versi; compact disc, digital, dan NFT bersama demajors.

Bersamaan dengan perilisan album, band yang digawangi Cintarama Bani Satria (vokal, gitar), Adji Pamungkas (bass) dan Aduy (drum) ini berfokus kepada karya tunggal Tipu Daya Sejarah.

“Lagu ini adalah ungkapan keraguan dari berbagai sejarah yang masih dipertanyakan kebenarannya di negeri ini. Semoga membuka mata dan pikiran banyak orang,” tutur Adji, sang bassis, dalam keterangan resmi yang diterima meja redaksi.

Meski menghadapi pergulatan besar saat mengekspresikan aransemen album baru di studio, akhirnya produksi rekaman berhasil rampung selama satu semester pada tahun 2021.

Album digital Banal Semakin Binal berisi selusin lagu dan sebuah lagu tambahan berjudul Planetarium dalam format compact disc yang direkam belakangan. Beragam cerita dieksplorasi dengan sangat bebas dan tidak berjarak.

Penuturan lirik berbahasa Indonesia yang sederhana namun tajam terpampang kuat melalui presentasi aransemen musik yang sudah pasti merasuki audiens saat dibawakan langsung di atas panggung.

“The Jansen menggaungkan panjang umur pertemanan dalam skena tanpa batas, peran komunitas selalu menjadi bagian perkembangan The Jansen sampai sekarang. Ini yang membuat kami berusaha berjejaring antar kota dan negara yang sudah dipermudah oleh teknologi” Adji menambahkan.

Untuk melengkapi gairah ‘kekinian’ penggila musik, band ini juga merilis album dalam format NFT (Non-Fungible Token) sebanyak 100 kopi di blockchain Cardano (ADA).

Sedikit menengok ke belakang. The Jansen muncul ke permukaan dengan nama band yang terinspirasi dari lagu Hey Jansen milik The Kuda, band punk Bogor yang menghiasi soundtrack film Rocket Rain garapan sineas Anggun Priambodo pada 2013.

Kegilaan mereka terhadap lagu tersebut berperan kuat sebagai keputusan dalam memancang identitas dan formasi grup yang mengusung musik punk mid-tempo 70-an sejak tahun 2015.