Bagikan:

YOGYAKARTA – Cinta yang tidak romantis jarang disadari. Karena yang diimajinasikan banyak orang adalah kisah cinta yang manis tetapi kurang realistis. Jatuh cinta kepada seseorang, atau pasangan Anda saat ini, mungkin didorong faktor prestasi, kemampuan, hingga karakteristik kepribadian. Beberapa orang yang lain, tertarik dengan pasangannya secara fisik tanpa mengetahui tetang orang dibalik gambaran fisik yang ideal. Ada juga yang jatuh cinta berdasarkan nyala chemistry antara dua orang manusia. Tetapi, ketiga hal tersebut tak bisa sepenuhnya membuat pijar api cinta selalu terang.

Melansir Psychology Today, Kamis, 14 Juli, penulis buku Red Flags, Wendy L. Patrick J.D., Ph.D., pasangan harus mempertahankan kemauan bersama untuk tetap hidup bersama. Penting juga melihat bentangan gambaran realistis tentang apa yang akan terjadi. Pertama, yang bisa menjaga pijar api cinta adalah kekaguman dan penghargaan yang autentik. Bukan sanjungan palsu yang dibuktikan pada penelitian tentang pentingnya membumikan romansa dalam kenyataan.

tips ahli ketika api cinta mulai redup dan pudar
Ilustrasi tips ahli ketika api cinta mulai redup dan pudar (Freepik)

Will Mosier dalam studinya tahun 2005, menjelaskan mengenai romansa sejati yang didasarkan pada kenyataan. Ia membandingkan antara gambaran romantis yang realistis dan yang enggak. Ia juga mencatat bahwa orang-orang mengalami kebingungan tentang romantisme yang dilihat di film, yang ternyata secara realistis menciptakan kebencian dan kekecewaan. Mosier dalam studinya, menekankan pentingnya menerima tanggung jawab atas kebahagiaan kita sendiri, alih-alih percaya bahwa itu bergantung pada jatuh cinta.

Poin kedua dalam menjaga pijar api cinta, pasangan perlu memperhatikan gaya berinteraksi. Pasalnya, ketidakpuasan menyebabkan pencarian kesalahan. Ini yang diteliti oleh Irum Saeed Abbasi dan Nawal G Alghamdi pada tahun 2017. Di mana studi mencatat bahwa ketika pasangan mengembangkan hubungan cinta, mereka cenderung mengabaikan faktor-faktor yang memicu ketidakpuasan. Ternyata, ini bisa berdampak buruk bagi pasangan.

Alghamdi dan Abbasi mengamati, pasangan harus menerima satu sama lain, termasuk sifat yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Karena kerentanan, seperti temperamen, kepribadian, dan gaya keterikatan mungkin tidak akan pernah berubah. Artinya, menerima pasangan secara tulus memberikan kesempatan jalinan cinta lebih langgeng.

Kesimpulannya, bersikap romantis perlu realistis termasuk memperhitungkan seluruh sifat baik dan buruk dari pasangan, bisa menjadi bahan bakar dalam menjaga api cinta tetap menyala.