Tidak Semua Masker Bisa Tangkal COVID-19
Memakai masker kain (Engin Akyurt/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Duke University menemukan beberapa fakta baru mengenai masker. Hasil penelitian mengungkap beberapa bahan masker tidak bisa mengurangi perpindahan droplet.

Dilansir dari ABC7Chicago, Selasa, 11 Agustus, penelitian ini dimulai ketika Eric Westman dari Duke University School of Medicine memilih masker yang dapat dipakai oleh sekumpulan orang yang rentan terkena COVID-19.

Kemudian, ia meminta tolong kepada Marthin Fisher, profesor Duke University untuk membuat sebuah kotak sederhana dari karton dengan sebuah bukaan agar orang yang memakai masker bisa berbicara.

Fischer mengarahkan laser hijau ke dalam kotak untuk melihat setiap tetesan dan direkam menggunakan gawai. Ia bisa melihat setiap tetesan yang dipindahkan di balik sebuah masker.

Ternyata beberapa bahan masker dinilai tipis untuk menghalangi perpindahan partikel droplet bahkan bisa mendatangkan risiko dibanding tidak menggunakan masker sama sekali.

Dari setiap pembicaraan yang dilakukan terlihat percikan kecil keluar sehingga penyakit dapat berpindah dengan mudah. Alhasil, masker N95 masih menjadi masker terbaik dalam mengurangi tetesan droplet.

Selain itu, masker berbahan kain juga dinilai efektif dalam menghindari perpindahan droplet. Sayangnya untuk bandana, syal, atau rajutan sangat lemah dalam mengurangi perpindahan droplet. Bahkan, jika Anda memilih memakai syal dibandingkan masker, itu tidak berefek apa-apa.

Bukan berarti penggunaan syal leher tidak dapat mengurangi penularan virus. Hanya saja, ini adalah sebuah penelitian masker sederhana untuk menguji perpindahan droplet.

Penting sekali menggunakan masker dengan bahan kain agar menghindari perpindahan droplet. Jangan lupa untuk mengenakan masker sampai ke daerah hidung dan hindari menurunkan masker atau melipat masker.

“Ini adalah investigasi terhadap sesuatu yang membutuhkan lebih banyak ilmu pengetahuan untuk mengukur materi partikulat,” kata Westman. Ia juga berharap penelitian lain mau mengembangkan isu terkait penggunaan masker sehari-hari.