Bagikan:

JAKARTA - Krisis ekonomi Libanon memang terlihat nyata. Namun jika melihat pegunungan di negara ini, klub penginapan banyak dipadati penduduk dengan keuangan stabil.

Dalam situasi yang sulit, orang-orang ini mampu menyewa tempat tinggal di Faqra Club yang berlokasi 1.600 meter di atas Mediterranean. Mereka yang terbiasa pergi liburan ke luar negeri, harus mencari tempat liburan lain di dalam negeri akibat pandemi COVID-19.

Dengan tagline "Hidup di puncak", Faqra Club yang menjadi pilihan liburan ini memiliki segudang fasilitas mewah, sebut saja lapangan tenis dan teater 9D. Mereka tidak bisa keluar negeri karena bank mencegah penarikan dolar.

Sekitar 200 keluarga kaya menginap di Faqra Club untuk melepas penat akibat tidak bisa bepergian. Melihat kesempatan itu, banyak restoran dan toko yang mulai membuka cabang di daerah Faqra.

Toko ini menawarkan cinderamata dan peralatan yang sekiranya bisa menunjang pesta mereka di Faqra. Ada pakaian renang, sutra, bahkan minuman alkohol. Orang-orang di Faqra bisa membeli semua itu dibandingkan masyarakat negara lain.

“Pengunjung yang datang ke sini tidak mengalami krisis. Mereka adalah orang yang bekerja atau memiliki rekening luar negeri,” kata Selim Heleiwa, salah satu pemilik kios minuman alkohol di Faqra.

Menilik sisi positifnya, Liliane Rahme selaku pemilik Faqra Club menjelaskan klub ini juga membantu perekonomian pekerja yang ada di Faqra Club. Sehingga tidak perlu iri karena orang kaya juga membantu orang miskin.

Terbukti, setiap minggu, hotel Auberge de Faqra tidak pernah sepi pengunjung. Cukup membayar 795 ribu pounds Lebanon (sekitar Rp7,7 juta) semalam, Anda bisa mendapatkan hotel fasilitas kelas atas.

Meski sudah menaikkan harganya, bagi para crazy rich Libanon, itu bukan masalah besar. “Sebab mereka memiliki dolar Amerika,” jawab salah satu staf hotel dilansir dari Arab News.

Di sisi lain, kritik masyarakat akan kehidupan orang kaya ini cukup ramai. Awal Juli, sebuah video menampilkan remaja memamerkan uang dolar kepada reporter TV. Aksi itu menimbulkan kritik akibat kaum orang kaya tidak merasakan krisis ekonomi.

“Semua orang di sini berusaha membantu orang miskin. Jika mereka mencoba hidup di tengah krisis, itu tidak bisa dilihat secara negatif,” kata Zeina El-Khalil, salah satu pengunjung di Faqra Club.