Setahun lebih kompetisi di PSSI terhenti karena pandemi corona. Mochamad Iriawan atau lebih akrab disapa Iwan Bule sebagai Ketua Umum PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) tak bisa berbuat banyak. Kompetisi sepak bola seperti halnya kegiatan lain yang mengumpulkan masa dilarang di saat pandemi corona masih meraja-lela. Kompetisi resmi terhenti sejak16 Maret 2020. Setelah kompetisi terhenti selama setahun lebih enam hari, dan keadaan mulai melandai aktivitas sepak bola kembali digelar lewat turnamen bertajuk Piala Menpora dan berjalan lancar dengan prokes yang ketat. Apalagi agenda selanjutnya, kepada Tim VOI, ia berbagi cerita.
***
Di antara induk organisasi olah raga yang ada di negeri ini, PSSI adalah organisasi yang paling banyak mendapat perhatian. Soalnya sepak bola adalah olah raga paling populer di Indonesia selain bulutangkis.
Pertandingan sepak bola paling banyak ditonton secara langsung di stadion maupun yang disaksikan melalui siaran televisi atau streaming di rumah. Keadaan mulai berubah setelah virus COVID-19 merambah Indonesia dan sekian banyak negara lain yang terpapar virus ini.
PSSI baru saja menggelar Kongres Biasa tahun 2021. Iwan Bule dan pengurus PSSI dan konstituen yang memiliki hak suara berkumpul di Hotel Raffles, Jakarta Sabtu 29 Mei. Dari hasil kongres ini salah satu program unggulan yang akan dilaksanakan adalah kompetisi Liga 1 musim 2021-2022.
Kompetisi yang mengadopsi konsep Piala Menpora yang sukses digelar beberapa waktu lalu itu, akan mulai dilaksanakan pada Juli 2021. “Kita akan menyiapkan bergulirnya kompetisi Liga 1 dan Liga 2 yang akan dimulai awal bulan Juli 2021. Semuanya akan disiapkan sedemikian rupa, dan akan dilakukan pertemuan dengan pengurus klub yang ada. Liga 1 akan diikuti 18 klub dengan 306 pertandingan selama satu musim kompetisi. Soalnya semua klub akan bertemu,” terang Iwan.
Sementara Liga 2, juga akan digelar dengan durasi yang lebih pendek. “Liga 2 ada 24 klub yang masuk. Waktu kompetisi juga lebih longgar. Untuk Liga 1 akan begulir selama hampir 10 bulan, sementara di Liga 2 durasi kompetisinya hanya 5 bulan,” tambahnya.
Bukan tanpa alasan kalau Komjen. Pol. (Purn.) Dr. Drs. H. Mochamad Iriawan, SH., MM., MH ini menjadikan Piala Menpora sebagai model. Soalnya pola kompetisi yang dilakukan terbukti tepat dengan protokol kesehatan yang amat ketat dan pertandingann digelar tanpa penonton.
Namun untuk Liga 1 dan juga Liga 2, Iwan dan tim di PSSI masih akan mengkaji usulan agar pertandingan di stadion bisa disaksikan oleh penonton dalam jumlah terbatas.
Sejatinya, kata Iwan, dengan penonton terbatas, tetap mengindahkan prokes. Untuk jumlah yang pas antara jumlah penonton yang boleh ke stadion dengan kapasitas tampung stadion akan diumumkan setelah kajian kompreshensif dilakukan. Sisi lain dengan adanya penonton terbatas ini, bisa menjadi info kepada dunia bagaimana kualitas penanganan COVID-19 di Indonesia.
“Tujuan lain yang bisa ditunjukkan kepada dunia dengan dibolehkannya menonton pertandingan bola dalam jumlah terbatas adalah informasi kepada dunia kalau penanganan COVID-19 di Indonesia itu cukup berhasil,” kata pemegang Brevet Para Terjun Polri dan Brevet Bhayangkara Bahari ini kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Savic Rabos, dan Irfan Meidianto dari VOI saat disambangi di komplek Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.
Sekarang masih masa dalam masa pandemi corona, seperti apa program latihan tim PSSI?
Meski saat ini situasi di tempat kita masih pandemi corona, tapi kegiatan di PSSI sudah mulai berjalan. Di level senior terus berlatih dengan pelatihnya. Sementara hari ini Timnas usia 16 juga menjalani seleksi. Dalam kondisi seperti ini kita tetap menggunakan protokol kesehatan yang ketat untuk semua pemain, pelatih dan official. Sebelum mereka berangkat ke lapangan ada tes antigen dulu. Begitu juga saat mereka datang dari daerah masing-masing mereka melakukan tes yang sama. Jadi pemain PSSI senior maupun yang junior perlakuannya sama, prokes terus dilakukan. Tidak ada kompromi untuk itu.
Belum lama digelar even Piala Menpora, seperti apa evaluasi untuk pelaksanaan pertandingan di tengah pandemi ini?
Kita baru saja menggelar pertandingan Piala Menpora. Ini adalah sejarah bagi federasi (PSSI) menggelar pertandingan di masa pandemi corona masih terjadi. Banyak yang berpikir turnamen ini tidak mungkin bisa digelar. Tapi ternyata hal itu bisa dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Penonton tidak ada di stadion dan sebagian besar pendukung klub menyaksikan dari rumah masing-masing. Kalau pun ada yang boleh datang ke stadion itu mereka sudah tes antigen dan dinyatakan negatif COVID-19. Tidak ada pengecualian, saya juga melakukan tes antigen dan hasilnya negatif sebelum datang ke stadion. Jam 4 sore saya cek stadion lalu kembali ke hotel, sebelum kembali lagi ke stadion untuk menyaksikan pertandingan tes antigen lagi. Alhamdulillah secara umum pelaksanaan even ini berjalan lancar. Tidak ada pelanggaran sedikit pun dalam hal protokol kesehatan.
Kami berterima kasih kepada seluruh supporter klub yang ikut turnamen Piala Menpora ini. Ternyata supporter bisa juga mematuhi aturan yang dikeluarkan federasi (PSSI) untuk tidak datang ke stadion. Kalau mau menonton di rumah saja dengan tidak berkerumun.
Kami harus melakukan edukasi terus-menerus agar para supporter dan penggemar bisa mematuhi aturan yang diterapkan dalam hal ini soal protokol kesehatan. Dan ini suatu kebanggan buat kami menyaksikan apa yang terjadi, ternyata supporter sepakbola Indonesia itu bisa tertib juga.
Walaupun ada sedikit ‘noda’ saat supporter pawai kemenangan?
Ya itu menjadi catatan penting untuk kita. Saat itu ada yang eporia di satu sisi dan ada juga yang kecewa di sisi yang lain. Akhirnya terjadi insiden itu. Kita amat menyayangkan, mustinya hal itu tidak perlu terjadi ya.
Selama terjadi Pandemi Corona ini program apa saja yang tertunda dari PSSI?
Selama setahun kita tidak bisa melaksanakan kegiatan karena ditunda. Dari 16 Maret 2020 semua kegiatan sepak bola dalam bentuk pembinaan dan kompetisi terhenti. Dan baru kita mulai lagi pada 21 Maret 2021. Namun untuk kegiatan timnas tetap berlangsung. Timnas bisa berangkat ke Kroasia dan beberapa negara lainnya untuk pertandingan persahabatan meski masih dalam suasana pandemi.
Karena kompetisi terhenti cukup lama, dampaknya amat besar bagi pembinaan sepak bola Indonesia. Kompetisi terhenti setahun lebih, tepatnya setahun lebih lima hari. Jadi banyak sekali dampaknya bagi sepak bola Indonesia.
Piala Menpora berhasil diselesaikan, apa catatan penting untuk even ini?
Untuk pelaksanaan kegiatan saya lihat sudah sesuai dengan SOP semua ya. Sudah ada buku panduan untuk pelaksanaan even sepak bola di masa pandemi dari FIFA (Fédération Internationale de Football Association / Federasi Sepak Bola Internasional) yang diteruskan ke AFC (Asian Football Confederation / Federasi Sepak Bola Asia) dan baru diteruskan ke PSSI. Panduan itu kita sesuaikan lagi dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Semuanya sudah seuai dengan protokol kesehatan. Beberapa kali Pak Menpora juga melihat secara langsung pelaksanaan even ini. Dari pihak Menteri Kesehatan juga melakukan pengecekan dan hasilnya sudah sesuai dengan protokol kesehatan.
Tapi dari sisi permainan dari tiap-tiap klub yang ikut saya lihat kurang maksimal. Ya itu tadi karena cukup lama mereka istirahat karena tidak ada kompetisi. Mereka sepertinya kaget melihat lapangan. Bahkan wasit pun saya lihat juga kaget saat pertama kali memimpin pertandingan. Namum setelah beberapa pertandingan baru kembali seperti semula. Yang paling menurun itu stamina para pemain. Yang menonjol di tiap-tiap klub itu yang ada pemain nasionalnya. Soalnya mereka tetap berlatih meski tidak ada kompetisi. Mereka tetap terasah dan terlatih, sehingga performanya bagus.
BACA JUGA:
Dalam even Piala Menpora sempat menggunakan wasit dari luar, bagaimana dengan wasit dari dalam negeri kalau mau dikomprasikan?
Saya amati wasit kita dengan wasit luar tidak jauh berbeda. Cuma memang wasit kita yang punya lisensi dari FIFA memang baru beberapa orang. Sehingga saat saya mau usulkan penerapan VAR (Video Assistant Referee) kita belum bisa, soalnya persyaratannya harus 12 orang wasit yang dapat lisensi dari FIFA. Kita akan sekolahkan wasit-wasit kita agar bisa dapat lisensi dari FIFA. Untuk program ini Kemenpora akan membantu. Agar nanti bisa memenuhi standar dari FIFA dan kita bisa juga menerapkan VAR di sini. Jadi wasit kita oke kok.
Apalagi yang akan dilakukan PSSI ke depan?
Kita akan menyiapkan bergulirnya kompetisi Liga 1 dan Liga 2 yang akan dimulai awal bulan Juli 2021. Semuanya akan disiapkan sedemikin rupa, dan akan dilakukan pertemuan dengan pengurus klub yang ada. Liga 1 akan diikuti 18 klub. Akan ada 306 pertandingan selama satu musim kompetisi. Soalnya semua klub akan bertemu. Liga 2 ada 24 klub yang masuk. Waktu kompetisi juga lebih longgar. Liga 1 akan begulir selama hampir 10 bulan, sementara di Liga 2 durasi kompetisinya hanya 5 bulan. Polanya seperti apa? Nanti akan dilakukan manajer meeting dan rapat-rapat khusus dengan klub. Semuanya tetap dengan prokes dan tanpa penonton.
Untuk penonton terbatas seperti apa peluangnya?
Memang banyak sekali permintaan untuk penonton terbatas. Ini masih dalam pengkajian, apakah jumlah yang bisa menonton berdasarkan prosentase dari kapasitas tampung sebuah stadion. Misalnya stadion A seribu dan stadion B yang lebih besar bisa dua ribu. Itu sedang kita kaji, nanti akan diumumkan kalau opsi penonton terbatas ini bisa diterapkan. Tujuan lain yang bisa ditunjukkan kepada dunia dengan dibolehkannya menonton pertandingan bola dalam jumlah terbatas adalah informasi kepada dunia kalau penanganan COVID-19 di Indonesia itu cukup berhasil. Secara politis itu bagus untuk negara kita di mata dunia luar.
Ke depan program vaksinasi harus terus dijalankan untuk mereka yang belum. Kita harapkan mereka yang datang ke stadion benar-benar yang sudah divaksinasi. Selain itu juga akan dilakukan pengecekan kesehatan dengan antigen atau g-nose. Pokoknya yang datang ke stadion benar-benar yang negatif, mulai dari pemain, pelatih, official dan lain sebagainya.
Tak terasa PSSI sudah melintasi usia 91 tahun. Seperti apa memaknai usia ini?
Karena masih dalam suasana COVID-19 belum lama ini kita merayakan hari jadi PSSI secara sederhana. Kita merayakan dengan peringatan di Tugu Soeratin Sosrosoegondo di Solo. Ada juga santunan yatim piatu. Kami bersama seluruh pengurus PSSI dan teman-teman yang tergabung dalam insan sepak bola akan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk sepak bola Indonesia. Untuk mewujudkan semua ini tidak semudah membalik telapak tangan, banyak proses yang harus dilalui.
Bagaimana dengan rekrutmen pemain asing atau naturaliasi, apakah masih akan dilaksanakan?
Ada banyak pemain yang sedang bermain di klub-klub luar yang memiliki darah campuran Indonesia. Mereka itu mainnya bagus-bagus. Ada juga pemain kita yang dikontrak oleh klub dari negara lain.
Jadi bukan naturalisasi, dia memang memiliki darah campuran Indonesia. Untuk naturalisasi apakah akan ada atau tidak, kita serahkan kepada pelatih timnas. Semoga sekarang ini adalah saatnya bagi sepak bola Indonesia untuk tampil lebih baik. Secara pribadi saya menginginkan sebanyak mungkin pemain kita yang bisa bermain diklub luas. Soalnya dia bisa menimba ilmu. Sekali lagi ini adalah momentum, mudah-mudahan sepak bola kita bisa berkiprah di dunia internasional. Kita akan butuh kalian pemain yang punya kelebihan dari yang lain. Kalau melihat semangat pemain kita yang demikian menggebu kita optimis.
Iwan Bule, Anak Betawi yang Tak Ketinggalan Zaman
Si Doel, tokoh dalam film Si Doel The Movie garapan Rano Karno, boleh saja dikisahkan sebagai sosok yang ketinggalan zaman. Namun sosok Mochamad Iriawan alias Iwan Bule yang juga anak Betawi seperti Si Doel, jauh dari kesan seperti itu. Enggak percaya? Yuk kita simak beberapa data dan fakta ini.
Jalur pendidikan yang dilalui suami dari Novita Ariyanti terbilang bersinar, kariernya di Polri yang membesarkan namanya juga cemerlang. Ia malah pernah menjadi penguasa (plt Gubernur Jawa Barat) meski hanya beberapa bulan. Dan setelah purna tugas dari Kepolisian, ayah dari Mochamad Probandono Bobby Danuardi, Bianca Lusella Iriawan, Syahbana Bisma Iriawan, Mochamad Nathan Ananda dan Milad Berryl Iriawan ini melanjutkan pengabdian di Lembaga Ketahanan Nasional alias Lemhanas. Jabatannya di Lemhanas juga enggak main-main, dia menduduki posisi sebagai Sekretaris Utama Lemhanas.
Putra sulungnya --Mochamad Probandono Bobby Danuardi—mengikuti jejaknya mengabdi di jajaran Kepolisian Negara Republik Indonesia. Cuma bedanya kalau Iwan ditugaskan di reserse, sedangkan Bobby di bagian lalu lintas. Dan ini adalah arahan dari Iwan agar anaknya tak mengikuti jejaknya di bagian reserse. “Bobby sengaja saya suruh enggak jadi reserse, tapi di lalu lintas biar aman,” katanya dengan nada canda seperti dilansir Bisnis.com dari Antara.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, pria kelahiran Jakarta 31 Maret 1962 ini melanjutkan studinya di AKPOL (Akademi Kepolisian Republik Indonesia). Tugas pertamanya sebagai PAMA Polda Nusra (1994). Sekian tahun bertugas di Bali dengan berbagai posisi dari tahun 1990 ia dipindahtugaskan di kota kelahirannya; Jakarta.
Bertugas di ibukota kariernya makin moncer saja. Iwan benar-benar menunjukkan dedikasinya pada instansi tempatnya bernaung. Berbagai tugas ia selesaikan. Tak heran kalau ia sempat mendapat pujian dari pimpinan atas prestasi yang diraihnya. Tapi bukan hanya pujian lisan yang ia terima, tanda jasa sebagai bentuk pengabdian yang paripurna pun sudah banyak dia koleksi dari dalam dan juga manca negara. Di antaranya Bintang Bhayangkara Pratama, Bintang Bhayanagkara Nararya dan Lencana Kesetiaan XXXII. Sementara dari mancanegara ia menerima Untac Medals (Kamboja) dan Uncro Medals (Kroasia).
Kembali ke Jakarta jabatan penting yang ditempatinya antara lain sebagai Kapolsek Metro Sawah Besar dan Wakapolres Metro Tangerang. Setelah itu ia dimutasi menjadi menjadi Kapolres Slawi Jawa Tengah (2000) dan setahun lebih bertugas di Slawi, ia kembali lagi ke Polda Metro Jaya. Berbagai posisi ia tempati, yang menarik ia sempat menjadi Kapolda di tiga wilayah berbeda; Polda Nusa Tenggara Barat (2012), Polda Jawa Barat (2013) dan Polda Metro Jaya (2016). Jabatan terakhir sebelum Iwan purna tugas di Kepolisian adalah Asops Kapolri (2017).
Sosok Iwan menempati posisi baru di Lembaga Ketahanan Nasional setelah tak lagi bertugas di Kepolisian. Ia menduduki jabatan sebagai Sekretaris Utama Lemhanas. Meski cuma sebentar Iwan sempat menjabat sebagai Plt. Gubernur Jawa Barat menggantikan Iwa Karniwa selama tiga bulan (18 Juni 2018-5 September 2018).
Dan yang setelah ia terpilih menjadi Ketua Umum PSSI dalam sebuah Kongres Luar Biasa (KLB) yang berlangsung di Hotel Shangri-La Jakarta pada pada 2 November 2019, ia berhasil meraih suara terbanyak dari peserta yang mengikuti KLB. Iwan lalu dinobatkan sebagai Ketua PSSI periode 2019-2023.
Sebelum KLB digelar posisi Ketua PSSI Dijabat oleh Edy Rahmayadi yang kini menjabat Gubernur Sumatera Utara. Dan Iwan adalah Ketua PSSI yang ke-17 sejak federasi ini berdiri pada 19 April 1930 dengan Ketua umum saat itu Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Kala itu Indonesia masih dibawa jajahan Belanda.
Tantangan yang dihadapi Iwan sebagai Ketua PSSI amat berbeda dengan ketua-ketua periode sebelumnya. Ada kejadian luar biasa yang memporakporandakan nyaris semua lini kehidupan. Pandemi corana membuat semua tak berkutik. Termasuk aktivitas para pemain bola, wasit, pelatih, official dan mereka yang fokus dalam federasi sepak bola (PSSI).
Sebagai Ketua PSSI Iwan berupaya keras agar kompetisi yang sempat terhenti bisa menggeliat kembali meski corona masih belum sirna dari dari bumi pertiwi. Sepertinya ia punya prinsip tak perlu menunggu corona sirna untuk bisa membangkitkan kompetisi yang sebelumnya tertunda.
Inilah yang ditegaskan dalam Kongres Biasa PSSI 2021 yang berlangsung di Hotel Raffles, Kuningan Setia Budi Jakarta Selatan, Sabtu 29 Mei. Salah satu keputusan penting dari forum itu adalah pelaksanaan Liga 1 dengan protokol kesehatan. “PSSI berharap semua program di tahun 2021 ini dapat berjalan dengan baik. Kami tentu membutuhkan dukungan semua pihak seperti anggota, pemerintah, dan lain-lainnya," harap Mochamad Iriawan yang lebih sering disapa Iwan Bule.
***
"Kami bersama seluruh pengurus PSSI dan teman-teman yang tergabung dalam insan sepak bola akan berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk sepak bola Indonesia. Untuk mewujudkan semua ini tidak semudah membalik telapak tangan, banyak proses yang harus dilalui."
***