Tak hanya produk militer yang dihasilkan oleh PT Pindad, produk non militer pun bisa. Menurut Dirut PT Pindad Dr. Ir. Abraham Mose, MM., hal itu bisa dilakukan karena SDM dan teknologi yang dimiliki perusahaannya memungkinkan. Meski demikian core bisnis perusahaan tetap tak berubah, sebagai penghasil produk-produk militer dan yang berhubungan dengan pertahanan dan keamanan di era digital saat ini.
***
Sebagai perusahaan yang didirikan sejak tahun 1808, PT Pindad telah melalui sejarah yang panjang. Perusahaan milik negara ini telah memproduksi berbagai jenis senjata mulai dari senjata laras panjang, senjata genggam, pistol, kendaraan tempur dan lainnya. Seiring dengan bertambahnya usia, lini bisnis Pindad pun berkembang. Kini peralatan pertanian, alat berat, kendaraan khusus, infrastruktur perhubungan, layanan pertambangan, keamanan siber pun sudah dilakukan. Selain itu ada beberapa anak perusahaan yang bergerak dalam bidang teknik, medikal, perdagangan dan logistik.
Memproduksi alat non-militer adalah salah satu kiat untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. “Sekarang kami juga memproduksi alat non-militer, kenapa kita memproduksi ini karena SDM dan alatnya relatif sama. Sehingga kami memproduksi alat pertanian, alat berat seperti Ekskavator , ada juga spare-part untuk kereta api, dan tabung gas. Kami juga punya anak perusahaan, namanya Pindad Engineering dan ada juga Rumah Sakit; di bawah naungan Pindad Medika Utama,” papar Abraham Mose.
Meski sudah melakukan ekspansi dengan memproduksi alat non-militer, menurut dia inti bisnis Pindad tidak berubah. Prosentase produk yang dihasilkan memang sedikit berubah, dulu sempat 80% produk militer dan 20% produk non militer, dan kini menjadi 70:30.
Selain memproduksi sendiri, Pindad yang dikelompokkan dalam Holding BUMN Industri Pertahanan, Defence Industry Indonesia (DEFEND ID), bersama PT Len Industri (Persero) sebagai induk dari DEFEND ID, dan PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN), PT PAL Indonesia, dan PT Dahana, juga dilakukan produksi bersama.
Sedangkan soal peremajaan dan perawatan alutsista TNI juga menjadi tugas PT Pindad. “Di lingkungan TNI ada perawatan alutsista. Semua peralatan yang dihasilkan Pindad ditangani oleh satu divisi yang bertugas melakukan perawatan dan maintenance dan up-grading alutsista yang ada. Seperti kendaraan tempur, senjata dan lain sebagainya. Itu adalah kewajiban kami untuk melakukannya,” ujarnya kepada Iqbal Irsyad, Edy Suherli, Bambang Eros dan Irfan Medianto dari VOI yang menemuinya di kantor Pusat PT Pindad di Bandung, belum lama berselang. Inilah petikannya.
Publik mengenal PT Pindad sebagai produsen senjata dan alat-alat militer, padahal tak hanya itu, apa saja yang dihasilkan?
Memang orang lebih mengenal PT Pindad ini produsen alat-alat militer seperti senjata, peluru, tank, kendaraan tempur (ranpur) dan sebagainya. Untuk senjata kita punya SS1, lalu ada SS2 dengan beragam variannya. Kemudian ada pistol dengan kode P1, dan kini P3, MAG4 dan Armor dengan berbagai varian. Kita memproduksi amunisi kaliber kecil, sedang dan besar.
Untuk ranpur kita memproduksi jenis Anoa, Komodo, Badak yang sudah dilengkapi canon 90mm, Harimau dengan canon 105mm, Pandur dengan canon 30 mm dan senjata 12,7 mm. Ada juga rantis dan ranop yang kita beri nama Maung versi 1, 2 dan yang terbaru versi 3 yang tadi kita coba.
Untuk non-militer apa saja?
Kami juga memproduksi alat non-militer, kenapa kita memproduksi ini karena SDM dan alatnya relatif sama. Sehingga kami memproduksi alat pertanian, alat berat seperti ekskavator, ada juga sarana prasarana untuk kereta api, dan kami juga membuat tabung gas. Semua itu adalah satu kesatuan antara produk militer dan non-militer yang sama-sama berkontribusi untuk PT Pindad. Kami juga punya anak perusahaan, namanya Pindad Engineering dan ada juga Rumah Sakit; di bawah naungan Pindad Medika Utama.
Produk Pindad ini diekspor ke mana saja?
Sudah banyak permintaan berbagai pihak untuk memiliki produk Pindad. Ada yang sudah terealisir ada yang masih dalam proses. Yang cukup banyak sekarang kita ekspor amunisi ke Amerika. Selain itu kita juga ekspor ke negara Asia dan Asia Tenggara serta Eropa. Memang volumenya tak banyak, namun ini adalah prestasi bagi kami. Bahwa produk kita diakui dan digunakan negara lain.
Ranpur Anoa dan Komodo produksi kita juga sudah digunakan dalam misi pasukan perdamaan PBB di Kongo, Afrika Tengah dan Lebanon serta Sudan. Jadi produk Pindad itu sudah cukup di kenal di mancanegara. Ke depan kita harus meningkatkan kualitas dan lebih mengenalkan produk kita
Bagaimana Pindad menghadapi persaingan memproduksi alat-alat tempur?
Sebenarnya kalau kita bicara keunggulan produk militer tergantung dari negara yang menggunakan. Misalnya di Indonesia, tentunya produk yang kita hasilkan itu adalah betul-betul sesuai dengan operasional di sini. Sedangkan di gurun kita memproduksi Anoa versi 3, untuk di daerah bersalju kita sesuaikan juga. Untuk kemampuan tembak, tergantung dari senjata yang dihasilkan.
Bisa saja produk kita misalnya Harimau unggul digunakan di Timur Tengah, sementara produk dari negara lain unggul di negara tertentu. Jadi di industri militer ini kita saling lihat keunggulan masing-masing negara yang memproduksi alat tertentu. Persaingannya lebih kepada inovasi yang dihasilkan.
Mengapa produk non-militer tidak begitu banyak dikenal dan digunakan, apakah karena kurang dipromosikan atau ada alasan lain?
Untuk alat pertanian dan Ekskavator kita belum lama memproduksi. Namun untuk infrastruktur pendukung di Kementerian Perhubungan dan kapal kita sudah lebih dulu terlibat. Produk kita langsung dilirik oleh pengguna. Seperti Ekskavator kita sudah memproduksi sebanyak 700-an unit. Penggunanya Kementerian PUPR, perusahaan pertambangan dan instansi lainya.
Kita tengah membuka cabang yang bisa mendistribusikan produk kami agar lebih cepat sampai ke pasaran. Soal keinginan, saya ingin sekali produk kita digunakan di seantero Indonesia. Ini PR kita agar produk lebih tersebar. Kita lihat alat pertanian dan produksi dari China misalnya, sangat masif tersebar dan harganya juga murah. Agar bisa ke sana kita butuh modal kerja dan waktu agar produk kita disukai masyarakat. Kebijakan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) pemerintah memberi peluang bagi kami untuk masuk ke sejumlah Kementerian. Untuk pasar komersial kita juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak agar produk kita juga bisa menyebar. Inilah yang cara yang kami lakukan agar produk non-militer kami lebih banyak digunakan. Potensinya besar, sayang kalau kita mundur.
Berapa besar perbandingan produk militer dan non-militer yang dihasilkan Pindad?
Sebelumnya perbandingannya 80% produk militer dan 20% produk non-militer. Belakangan makin berkurang menjadi 70:30. Namun core bisnis kita memang di produk militer, untuk mendongkrak pendapatan produk non-militer adalah jawabannya.
Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan Korea dalam membuat pesawat tempur canggih (KAI KF-21 Boramae), apakah Pindad dilibatkan?
Secara langsung untuk proyek itu tidak, tapi dalam persenjataan kita sudah bekerja sama dengan Korea cukup lama. Dengan LG-NextOne kita bekerja sama dalam membuat alat komunikasi. Lalu dengan Poongsan kita bekerja sama dalam membuat amunisi. Kita juga bekerja sama dengan Korea dalam produksi senjata. Jadi hubungan kita dengan Korea sudah lama dan sampai kini masih berlanjut.
Turki saat ini menjadi salah satu produsen senjata dan alat perang yang andal, drone produksi mereka banyak diminati, apakah PT Pindad juga mampu bersaing dalam produksi drone dan teknologi peralatan tempur canggih lainnya?
Bicara kerja sama dengan Turki sudah berlangsung sejak 7 atau 8 tahun yang lalu dalam membuat medium tank. Kemudian kita coba membuat medium tank yang lebih ringan dari main battle tank tetapi kemampuan manuver sudah lebih bagus. Kita menggunakan canon 105 mm. Ini adalah hasil pengembangan kedua negara, karena masing-masing berinvestasi. Satu dibuat di Indonesia dan satu lagi dibuat di Turki, lalu diuji dan hasilnya di-upgrade kualitas dan hasilnya satu medium tank yang sudah digunakan pasukan kaveleri kita.
Kami berterima kasih kepada Kemenhan yang sudah memberikan kesempatan kepada Pindad untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara vendor teknologi, sehingga menghasilkan produk yang unggul. Jadi pola strategic partnership itu sudah kita lakukan.
Selain Korea dan Turki negara mana lagi yang sudah bekerja sama dengan Pindad?
Kita sudah bekerja sama dengan Australia, Belgia, dan Amerika. Kami ada rencana membuka satu divisi produksi amunisi di Amerika agar lebih dekat dengan konsumen di sana.
BACA JUGA:
Indonesia punya PTDI dan PT PAL Indonesia, adakah kerja sama dalam memproduksi pesawat dan kapal, baik untuk sipil atau militer?
Ada, kita sudah masuk dalam klaster industri pertahanan; DEFEND ID. Kita ada program bersama, saat kita membuat pesawat tempur misalnya kontroler dr PT Len Industri, senjatanya dari PT Pindad dan pesawatnya sendiri dari PTDI. Begitu juga untuk produksi kapal, ada kolaborasi antara PT Len Industri yang akan bertanggungjawab untuk radio dan komunikasi, PT Pindad yang menyuplai senjata dan amunisi, dan bodi kapal tentunya dari PT PAL Indonesia.
Apa saja produk kolaborasi yang sudah dihasilkan?
Kita ada pekerjaan dengan PT PAL Indonesia, untuk non-militer ada crane kapal, turning table. Ada juga senjata yang ditempatkan di kapal-kapal produksi PT PAL. Untuk kapal dari KKP kami juga sudah pasang senjata berat di sana untuk mengejar pencuri ikan di laut kita. Ada juga kerja sama dengan Basarnas.
Soal keamanan siber, kini menjadi perhatian banyak pihak, sampai di tahap apa bentuk layanan siber yang bisa diberikan oleh PT Pindad saat ada yang memerlukan?
Suka tidak suka sekarang ini konsep perang konvensional berubah menjadi perang asimetris, ada siber propaganda. Untuk menghadapi keadaan ini kami punya satu divisi khusus untuk pengamanan siber. Apa saja itu, mulai melakukan deteksi, melakukan identifikasi dan melakukan pencegahan. Kami juga menyediakan alat yang kami bangun sendiri untuk melakukan tiga langkah tadi; deteksi, identifikasi dan pencegahan. Tak hanya itu kami juga menyediakan jasa untuk pengamanan siber ini.
Soal peremajaan alutsista di TNI, sejauh mana kesiapan Pindad untuk menanganinya, apa saja yang bisa dilakukan dan yang belum sanggup dilakukan?
Di lingkungan TNI ada perawatan alutsista. Semua peralatan yang dihasilkan Pindad ditangani oleh satu divisi untuk melakukan perawatan dan up-grading alutsista yang ada. Seperti kendaraan tempur, senjata dan lain sebagainya. Itu adalah kewajiban kami untuk melakukan peremajaan dan perawatan. Kalau tidak kasihan TNI kita, barang-barang yang sudah diserahkan tak bisa dipakai jika tidak dilakukan perawatan dan peremajaan pada waktunya. Termasuk kendaraan tempur produksi Pindad yang dioperasikan oleh pasukan perdamaian PBB. Kami bersama TNI ke sana melakukan perawatan di mana ranpur itu ditempatkan.
Apa saja yang belum bisa dilakukan Pindad?
Untuk electronic control, kami masih meminta tenaga dari manca negara. Terutama untuk senjata yang menggunakan software dari negara lain, mau tak mau kita harus berkonsultasi dengan mereka dalam proses perawatan dan peremajaan. Begitu juga dengan mesin produksi yang ada di pabrik kami, kami masih harus berkonsultasi dengan tenaga ahli dari negara lain yang memproduksi mesin itu.
Apa lagi program ke depan yang akan dilakukan Pindad baik jangka pendek maupun jangka panjang?
Perubahan adalah keniscayaan, kita harus beradaptasi agar tidak tergilas. Kita harus melakukan penelitian dan pengembangan agar bisa terus bertahan di tengah kemajuan teknologi yang makin pesat. Teknologi robotic dan drone ke depan akan kami aplikasikan. Dalam produksi ranpur akan dibuat lebih ringan agar bisa dibawa dengan helikopter misalnya. Untuk masuk ke perang modern divisi siber kita juga terus melakukan pengembangan agar bisa masuk ke konsep perang modern.
Saat ini teknologi artificial intelligence (AI) sudah banyak diaplikasikan di berbagai sektor, apakah Pindad juga mengadopsi konsep ini?
Untuk konsep AI memang belum semua diterapkan. Beberapa unit produksi kita sudah menggunakan teknologi robotic guna mengejar mutu dan kuantitas. Tapi dampaknya kita mengurangi karyawan kontrak. Ini sebenarnya dilema. Semoga Pindad ini akan terus eksis dan berkembang di tengah kemajuan teknologi yang amat pesat ini.
Abraham Mose dan Filosofi Ikan
Tak hanya hobi memelihara ikan hias, ternyata Dirut PT Pindad Dr. Ir. Abraham Mose, MM., bisa belajar dari filosofi ikan. Hal itu dia aplikasikan untuk dirinya pribadi dan juga untuk timnya di perusahaan. “Saat pertama kita memelihara ikan, dia akan terus bergerak. Begitu juga kita saat masuk di lingkungan yang baru. Kita harus bisa beradaptasi dengan lingkungan,” kata pria kelahiran Gorontalo, 27 Juli 1961.
Setelah berjalannya waktu lama kelamaan ikan akan mengenali siapa tuannya. “Ikan akan mengenali siapa yang sering memberinya makanan, dia akan nyaman dan tenang bertemu saya,” tambah Mose yang sempat bersedih saat ada ikan Arwana-nya mati karena meloncat ke luar aquarium.
“Begitu juga dengan lingkungan pekerjaan, saat kita sudah nyaman akan merasa tenang. Tapi ingat jangan terlalu lama di zona nyaman. Harus segera pindah ke tempat yang baru. Ikan, kalau ingin besar harus punya kolam yang baru yang lebih luas. Karyawan juga begitu kalau ada yang terlalu matang di satu bidang, harus dirotasi agar dia bisa lebih berkembang lagi dengan tantangan baru,” kata Mose yang punya beberapa koleksi Arwana baik di kantor dan di rumah.
Disiplin Berolahraga
Di luar kesibukan sebagai profesional Abraham Mose suka berolahraga. Yang ia jalankan adalah jalan pagi, bersepeda dan sesekali main golf dengan kolega dan relasi. “Setiap hari saya berolahraga, biasanya jalan pagi. Setiap hari minimal satu jam saya jalan pagi di sekitar rumah. Kalau hujan saya lakukan dengan treadmill di rumah,” ungkap Mose yang menyelesaikan S1 Teknik Elektro di Universitas Hasanudin, Makassar.
Memulai olahraga diakui Mose memang tidak mudah. Namun yang lebih sulit adalah menjaga konsistensi berolahraga, karena harus punya komitmen dan disiplin. “Menjadikan olahraga sebagai kebiasaan itu bukan hal yang mudah. Namun setelah menjadi kebiasaan, seperti ada yang kurang kalau tidak berolahraga. Jadi harus dilakukan, bagaimana pun situasinya,” ujar pria yang melanjutkan studi Magister Manajemen dan program Doktor di Universtas Padjadjaran Bandung.
Agar bisa konsisten berolahraga harus berjuang melawan kemalasan. “Begitu kita kalah melawan kemalasan, akan sulit untuk melakukan olahraga lagi,” tambah Mose yang menggantikan Silmy Karim sebagai orang nomor satu di PT Pindad.
Tidak hanya berolahraga, asupan makanan juga dia jaga. “Saya mulai mengurangi asupan karbohidrat, jadi nasi porsinya dibatasi. Tapi memang susah, apalagi kalau sudah makan bersama teman. Kadang terpancing juga untuk menambah, hehehe,” katanya tertawa kecil.
Momentum puasa Ramadan ini amat dimanfaatkan Mose untuk melatih diri. “Puasa itu luar biasa, saya terpacu untuk menjaga pola makan,” kata Mose yang senang sekali makan mi instan.
Motivasi Berprestasi
Meski sibuk dengan aktivitas di kantor, Mose tetap membagi perhatian dengan anak dan istri. “Selepas tugas di kantor saya membiasakan makan bersama keluarga di rumah. Di meja makan kami bisa ngobrol santai dan berdiskusi,” kata Mose saat akhir pekan beraktifitas bersama keluarga.
Mose yang dibesarkan oleh bapak yang seorang polisi mendapat didikan yang keras. “Saya dididik dengan displin yang keras oleh ayah. Semuanya serba teratur, jam sekian harus bangun, makan, sekolah, dan tidur. Displin itu tertanam sejak kecil sampai saya besar,” kenang pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Len Industri ini.
Satu lagi yang diajarkan ayahnya adalah menghormati orangtua dan mengakui kesalahan. “Suatu kali ada orang yang mengendari kendaraan dengan kencang. Saya spontan berteriak, eh ternyata dia bosnya bapak saya. Saya disuruh minta maaf atas apa yang sudah saya lakukan. Pesan moralnya harus menghormati orangtua dan mengakui kesalahan,” Mose tersenyum mengingat momen itu.
Kepada karyawan di Pindad dia memberikan motivasi untuk berprestasi. “Jangan hanya puas dengan sudah bekerja dan mendapat gaji. Harus punya motivasi diri untuk berprestasi dan menjadi yang terbaik,” katanya. “Dalam lingkungan kerja kita tidak bisa jalan sendiri, harus bersosialisasi, bekerja dalam tim agar tujuan korporasi bisa tercapai,” pungkas Abraham Mose.
"Untuk konsep AI memang belum semua diterapkan. Beberapa unit produksi kita sudah menggunakan teknologi robotic guna mengejar mutu dan kuantitas. Tapi dampaknya kita mengurangi karyawan kontrak sekitar 50%. Ini sebenarnya dilema. Semoga Pindad ini akan terus eksis dan berkembang di tengah kemajuan teknologi yang amat pesat ini,"