Eksklusif, Ketum Perhapi Rizal Kasli Uraikan Ada Beberapa Problem Hilirisasi di Indonesia
Produksi yang melimpah dan permintaan yang cendrung tetap bahkan berkurang menurut Ketum Perhapi Rizal Kasli menjadi penyebab harga nikel anjlok saat ini. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Bagikan:

Hilirisasi di industri pertambangan yang terjadi saat ini masih setengah jalan. Begitulah penilaian dari Ketua Umum Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia (Perhapi) Ir. Rizal Kasli, ST, IPU, ASEAN Eng. Menurut dia idealnya hilirisasi itu benar-benar sampai ke hilir, SDA yang ada diproses hingga menjadi barang jadi. Ada sejumlah persoalan yang membelit hilirisasi di Indonensia.

***

Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam. Namun, belum semua bisa diolah. Yang terjadi setelah dilakukan penambangan langsung diekspor ke mancanegara dalam bentuk bahan mentah. Karena itulah hilirisasi menjadi tuntutan agar terjadi proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan proses selanjutnya menjadi bahan jadi. Ada nilai tambah yang didapat dari proses hilirisasi ini.

Saat ini di sektor pertambangan sudah terjadi hilirisasi. Namun yang terjadi baru setengah jalan. “Selama ini yang dipahami hilirisasi adalah menghasilkan produk antara dari bahan baku. Padahal sesungguhnya bahan baku itu harus dihilirkan sampai ke produk akhir. Jadi harus diartikan sebagai industrialisasi secara umum. Jadi yang belum itu lanjutannya, dari bahan setengah jadi menjadi bahan jadi,” kata Rizal Kasli.

Yang menjadi kendala proses hilirisasi ini, antara lain, pertama soal penguasaan teknologi yang belum ada. Indonesia belum punya teknologinya sehingga masih harus impor dari negara lain seperti China. “Harus ada insentif dan kemudahan untuk investor yang akan berinvestasi di sektor hilirisasi. Dan pemerintah harus mendorong BUMN untuk berani berinovasi agar bisa masuk ke industri terkait yang mendukung hilirisasi,” tegasnya.

Kini proses hilirisasi sudah terjadi, namun pemerintah jangan hanya mengejar target investasi, tapi juga nilai tambah investasi. Soal tenaga kerja mestinya sebanyak mungkin dari dalam negeri. Jadi negosiasinya harus kuat. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) harus tinggi, jangan semua dibawa dari negara asal. “Soal hilirisasi pemerintah harus lebih serius. Jangan hanya puas dengan setengah jadi, harus menghasilkan produk akhir. Artinya terjadi industrialisasi,” ujarnya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Medianto dari VOI yang menemuinya di bilangan Mampang, Jakarta Selatan belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya."

Meski kini harganikel anjlok, Ketum Perhapi Rizal Kasli optimis ke depan nikel tetap akan jadi primadona. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)
Meski kini harga nikel anjlok, Ketum Perhapi Rizal Kasli optimis ke depan nikel tetap akan jadi primadona. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Nikel kembali menjadi perbincangan, kali ini harganya anjlok, mengapa bisa begitu?

Meski harga nikel belakangan ini memang turun, namun nikel tetap menjadi primadona. Karena nikel digunakan untuk banyak produk. Untuk campuran stainless steel,  dan campuran logam lainnya. Maraknya penggunaan mobil listrik untuk mengganti mobil berbahan bakar fosil, membuat baterai menjadi kebutuhan. Salah satu komponennya nikel-kobalt, komponen lain yang juga digunakan untuk baterai mobil listrik adalah LFP (litium ferrofosfat) yang kemarin heboh dibahas dalam debat cawapres. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Baterai berbahan nikel itu densitinya tinggi, karena itu jarak tempuh lebih jauh. Kalau LFP lebih rendah densitinya sehingga jarak tempuhnya juga tak sejauh baterai berbahan nikel. Tetapi dari sisi keamanan lebih unggul LFP.

Soal harga nikel anjlok tak lepas dari suplai dan permintaan. Sekarang suplai banyak sedangkan permintaan berkurang. Dulu sebaliknya permintaan banyak dan suplai sedikit, harga tinggi. Suplai melimpah karena selesainya smelter di berbagai daerah di Indonesia. China sebagai pengguna nikel terbesar permintaannya tak sesuai ekspektasi, karena pertumbuhan ekonominya tak bagus-bagus amat. Inilah yang membuat harga nikel turun.

Apa dampaknya bagi pertambangan nikel di Indonesia?

Di beberapa negara seperti Australia, Kaledonia Baru, ada yang menutup tambang nikelnya karena ongkos operasi tak sebanding dengan harga jual. Kalau di Indonesia masih bisa beroperasi karena ongkos operasinya bisa bersaing. 

Apakah ada asosiasi negara produsen Nikel seperti di minyak ada OPEC?

Sampai saat ini belum ada, saya tidak tahu kalau beberapa tahun ke depan. Saat ini Indonesia adalah produsen nikel terbesar, disusul Australia dan negara-negara lainnya. Kalau di Indonesia ada asosiasi pengusaha tambang nikel. Diperlukan atau tidak saya kira tergantung negara-negara penghasil nikel. Karena kalau ada bisa mengatur jumlah produksi agar harga bisa dikendalikan.

Jadi jumlah produksi itu bisa diatur?

Bisa, di Kementerian ESDM ada namanya RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya) yang diajukan perusahaan tambang. Ini mekanisme untuk mengontrol produksi nikel di dalam negeri. Mekanisme DMO (domestic market obligation) dalam produksi minyak sawit atau CPO bisa juga diaplikasikan untuk nikel.

Ketum Perhapi Rizal Kasli mendesak Presiden Indonesia yang terpilih bisa meneryibkan pertambangan tak berizin yang beroperasi saat ini. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)
Ketum Perhapi Rizal Kasli mendesak Presiden Indonesia yang terpilih bisa menertibkan pertambangan tak berizin yang beroperasi saat ini. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Apakah pertambangan nikel di Indonesia sudah menerapkan tambang lestari, ini yang kerap menjadi sasaran kritik, pengusaha hanya babat hutan dan menambang, bagaimana dengan kelestarian alam?  

Dalam dunia pertambangan itu ada namanya good mining practice. Yang mencakup seluruh aspek; keselamatan kerja, kesehatan, kelestarian lingkungan dan konservasi alam serta pengembangan masyarakat sekitar.  Faktanya ada perusahaan yang sudah memenuhi aturan dan ada juga yang kurang peduli. Ada juga perusahaan tambang yang menerapkan konsep environmental social and governance (ESG). Perusahaan tambang internasional biasanya melakukan ESG agar harga saham mereka stabil atau bahkan naik di pasar saham. Inilah yang harus dibina oleh pemerintah agar kelestarian alam terjadi.

Kencendrungan dunia sekarang menuju net zero emission 2060, apakah di sektor tambang juga demikian?

Di sektor pertambangan juga begitu. Perusahaan tambang sudah mulai mengurangi emisi karbon dengan mengurangi penggunaan energi yang berbahan bakar fosil. Solusinya adalah penggunaan energi baru terbarukan. Mungkin tidak semua, namun bertahap sudah menggunakan energi hijau.

Apa benar nikel ini akan menjadi masa depan, untuk industri kendaraan listrik? 

Saat ini penggunaan nikel untuk baterai baru 15%, masih kalah dengan penggunaan buat stainless steel yang sudah mencapai 55%. Sisanya untuk campuran logam, mesin, dan keperluan lainnya.

Bicara soal hilirisasi nikel di Indonesia, seperti apa Anda melihatnya?  Berapa nilai tambahnya setelah diolah?

Selama ini yang dipahami hilirisasi adalah menghasilkan produk antara dari bahan baku. Padahal sesungguhnya adalah bahan baku itu harus dihilirkan sampai ke produk akhir. Jadi harus diartikan sebagai industrialisasi secara umum.  Jadi yang belum itu lanjutannya, dari bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.

Yang sekarang terjadi nilai tambah hilirisasinya berapa besar?

Memang belum maksimal estimasi saya sekarang baru 10% hingga 11% nilai tambahnya untuk produk antara. Kita nantikan agar hilirisasi ini terus berlanjut sampai pada produk akhir yang bisa digunakan masyarakat. Sekarang ini seperti kendaraan listrik, itu ada subsidi. Padahal masih impor, artinya kita menyumbang industri itu untuk negara lain. Harusnya bangun dulu industrinya di dalam negeri baru kasih subsidi.

Apa kendala yang anda lihat dalam hilirisasi ini?

Pertama kita ini teknologinya yang belum siap. Kedua, karena belum siap yang bisa kita dilakukan adalah menarik investasi agar bisa membuka pabrik di Indonesia. Ketiga agar investor tertarik pemerintah harus memberi kemudahan seperti izin, fiskal dan lain sebagainya. Dan keempat, pemerintah juga harus mendorong BUMN untuk berani berinovasi agar bisa masuk ke industri terkait yang mendukung hilirisasi.

Di smelter hilirisasi nikel apakah sudah menggunakan tenaga anak bangsa, bukan TKA terus yang mendominasi?

Kita ini punya SDA tapi tak punya tekonologi, akhirnya impor. Nah mereka juga menggunakan tenaga dari negara asal, umumnya China. Idealnya terjadi alih tekonologi. Selanjutnya tenaga asing bisa digantikan oleh tenaga lokal. Pemerintah jangan hanya kejar target investasi, tapi juga nilai tambah investasi. Soal tenaga kerja mestinya sebanyak mungkin dari dalam negeri. Jadi negosiasinya harus kuat. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) harus tinggi, jangan semua dibawa dari negara asal.

Apa harapan anda pada Presiden dan Capres terpilih untuk persoalan pertambangan pada umumnya?

Yang perlu menjadi pegangan kita semua adalah pasal 33 UUD 1945, bahwa kekayaan alam itu adalah milik negara dan harus digunakan sebesar mungkin untuk kemakmuran rakyat. Harus dilakukan proses penambangan yang menggunakan sistem Good Mining Practice dan ESG. Negara dapat untung maksimal, rakyat dapat merasakan dan investor juga untung. Jadi harapan kita tercipta tambang lestari, lingkungan bisa pulih pasca penambangan. Yang kita lihat selama ini setelah pembukaan lahan untuk tambang, rehabilitasi, reklamasi masih belum maksimal. Ini yang kita minta kepada presiden baru agar memperhatikan. Penambang tanpa izin jumlahnya banyak, mencapai 3 juta lebih, ini juga harus diatasi agar pemerintah bisa menikmati juga. Perlu penertiban untuk penambangan yang tidak berizin. Negara rugi dengan praktik ini.

Soal hilirisasi pemerintah harus lebih serius. Jangan hanya puas dengan menghasilkan produk setengah jadi, harus menghasilkan produk akhir. Artinya terjadi industrialisasi dan menghasilkan nilai tambah.

Bagi Rizal Kasli Sepak Bola Tak Sekadar Olahraga

Sepak bola bagi Ketum Perhapi Rizal Kasli tak sekadar olahraga, namun menjadi sarana untuk menjalin persahabatan dan diplomasi. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)
Sepak bola bagi Ketum Perhapi Rizal Kasli tak sekadar olahraga, namun menjadi sarana untuk menjalin persahabatan dan diplomasi. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Sejak kecil sudah menggemari sepak bola, pun saat merantau ke Bandung dan bekerja ke berbagai daerah dan hingga kini pun tak pernah pudar. Karena sepak bola pergaulannya luas. Bahkan ia berhasil melakukan pendekatan dengan masyarakat di sekitar perusahaan tambang tempatnya bekerja setelah melakoni sepak bola. Sepak bola bagi Rizal Kasli lebih dari sekadar melakoni hobi.

Seperti anak daerah pada umumnya, permainan seperti sepak bola, bola voli dan bulu tangkis menjadi pilihan. “Kalau di kampung engga ada olahraga yang keren-keren seperti di kota besar. Yang ada sepak bola, bola voli dan bulu tangkis. Saya kebetulan senangnya dengan sepak bola,” kata pria kelahiran Sigli Aceh, 15 Desember 1963 ini.

Kesukaan pada sepak bola terus berlanjut sampai dia merantau ke Bandung dan melanjutkan studi di ITB. “Dari kecil sampai saya kuliah di ITB tak pernah henti main sepak bola. Pun setelah lulus kuliah dan bekerja di Freeport saya malah membentuk sport club. Ada beragam olahraga yang diwadahi; sepak bola, tenis, pingpong, billiard, mendaki gunung, dll.,” ungkap Rizal yang berposisi sebagai penyerang saat bermain sepak bola.

Dan bagi dia sepak bola tak berhenti sebagai olahraga, namun bisa jadi alat diplomasi. “Buat saya sepak bola itu bisa menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat. Saat saya pindah kerja di Kalimantan,  lewat sepak bola saya menjalin bersahabatan dengan masyarakat sekitar tambang. Awalnya kami tak ada lahan, karena lahan dikuasai suku Dayak. Setelah melakukan dua kali pertandingan persahabatan kami dibantu dapat lahan,” ungkapnya.

Tips Jaga Stamina

Ketum Perhapi Rizal Kasli berbagi tips sehat dan bugar meski usianya sudah kepala enam. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)
Ketum Perhapi Rizal Kasli berbagi tips sehat dan bugar meski usianya sudah kepala enam. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Rizal Kasli punya tips untuk menjaga kebugaran dan staminanya meski sekarang usianya sudah sudah kepala enam. “Pertama tak pernah henti berlatih. Setiap minggu bisa dua kali main sepak bola atau futsal. Yang kedua tidak boleh memaksakan diri, harus ingat umur. Kalau capek harus istirahat. Dan ketiga setiap enam bulan cek kesehatan. Saya ada dokter langganan untuk mengecek jantung dan kondisi organ lainnya,” katanya.

Selain itu yang dia lakukan untuk menjaga stamina dan kesehatan adalah istirahat yang cukup dan menjaga pola makan. “Pukul 21.00 WIB saya sudah sudah tidur, esoknya jam 3.00 WIB atau 4.00 WIB saya sudah bangun. Untuk makanan harus dijaga, minumnya air putih saja. Minuman bersoda dan beralkohol tinggalan saja,” saran Rizal yang menjadi teman bermain Ajat Sudrajat, pemain andalan Persib Bandung.

Lionel Messi, Kyllian Mbappe, Ronaldo, Mohammed Salah, dll., adalah pemain dunia yang menjadi inspirasinya. “Mereka itu pemain professional, jadi benar-benar menjaga fisiknya. Lalu mereka juga mengembangkan teknik-teknik bermaian sepak bola sehingga berjaya di lapangan. Seharusnya pemain bola  kita kalau mau maju rujukannya nontonnya sepak bola jangan yang lain,” katanya.

Agar sepak bola Indonesia bisa maju, menurut Rizal pembinaan harus bagus sejak dini. “Seleksi harus yang terbaik, saya lihat sekarang bibitnya sudah lumayan bagus. Ini harus diiringi dengan pembinaan dan kompetisi rutin,” sarannya.

Keluarga Tetap Utama

Meski sibuk dengan beragam aktivitas,  Ketum Perhapi Rizal Kasli  tetap memerhatikan keluarga. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)
Meski sibuk dengan beragam aktivitas, Ketum Perhapi Rizal Kasli tetap memerhatikan keluarga. (Foto: Bambang Eros, DI: Raga Granada VOI)

Meski sibuk dengan urusan kantor, organisasi dan hobi sepak bola, Rizal Kasli tetap memberikan perhatian untuk keluarga. “Percuma kita berkarier kalau tidak memperhatikan keluarga. Jadi sesibuk apa pun harus membagi perhatian untuk anak dan istri. Saat anak-anak masih kecil, Sabtu dan Minggu adalah hari keluarga, kami olahraga bersama,” katanya.

Kini dua anaknya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah. Juga dua yang lainnya melanjutkan sekolah di kota lain, satu di Bandung dan satu lagi di Jogja. “Sekarang tinggal berdua saja di rumah. Tapi komunikas tetap berjalan, biasanya telepon atau video call dengan anak-anak dan cucu,” tambahnya.

Saat ada pertandingan persahabatan ke luar kota atau ke mancanegara ia sekalian mengajak istri dan anak-anaknya yang bisa ikut. “Ya sekalian rekreasi, setelah selesai pertandingan jalan-jalan ke lokasi wisata,” tambahnya.

Kepada pelajar dan pemuda, Rizal Kasli menyarankan untuk suka pada dunia pertambangan, karena sektor ini peluangnya besar. “Semua produk yang kita gunakan sehari-hari adalah hasil tambang. Kita harus fokus pada pengembangan pertambangan, ini peluang yang harus ditangkap oleh pemuda dan pelajar. Kita harus belajar tambang agar tidak ketinggalan,” pungkasnya.    

"Pemerintah jangan hanya kejar target investasi, tapi juga nilai tambah investasi. Soal tenaga kerja mestinya sebanyak mungkin dari dalam negeri. Jadi negosiasinya harus kuat. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) harus tinggi, jangan semua dibawa dari negara asal,"

Rizal Kasli