Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif membeberkan sisa umur cadangan nikel Indonesia. Menurutnya cadangan nikel di Indonesia tersisa 15 tahun.

"Kira-kira kalau kita hitung-hitung secara kasar 10 sampai 15 tahun," ujar Irwandy yang dikutip Senin 21 Agustus.

Irwandy menyebut banyak pihak yang memiliki perhitungan berbeda. Ada yang menyebut tersisa 7 tahun, 10 tahun bahkan 15 tahun.

Lebih jauh Irwandy mengatakan umur cadangan nikel ini tergantung lada kegiatan eksplorask, penemuan cadangan baru serta pemanfaatan saprolite dan limonite oleh smelter.

Dia juga mengatakan bahwa ada beberapa pihak dengan perhitungan yang berbeda yakni cadangan nikel di Indonesia terhitung bahkan tinggal 7 tahun, kemudian ada pula yang bilang cadangan nyang tersisa cukup untuk 10 tahun lagi. Namun yang menjadi perhatian, ujar Irwandy, pemanfaatan nikel di Indonesia harus tetap dibatasi.

“Ada pihak yang bilang 7 tahun, ada yang bilang 10 tahun, ada yg bilang 15 tahun, tergantung konsumsi. Tidak fix 7 tahun, ada perkembangan-perkembangan. Ya kita tetap itu, bahwa harus tetap dibatasi,” lanjut Irwandy.

Sementara itu untuk menambah umur cadangan beberapa pihak menyebut pemerintah perlu melakukan moratorium atau pembatasan pembangunan smelter nikel.

Irwandy bilang, rencana moratorium ini masih sebatas imbauan dari Menteri ESDM karena makin tingginya konsumsi nikel kadar tinggi atau saprolit.

“Belum ada moratorium, baru imbauan saja dari Pak Menteri karena memang konsumsi bijih saprolitnya luar biasa, ini yang harus kita perhatikan," pungkas Irwandy.

Sebelumnya Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut menghiitung sisa cadangan nikel di Indonesia.

Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli mengungkapkan jika cadangan nikel di Indonesia tersisa 7 tahun lagi jika seluruh industri pemurniah sudah mulai melakukan produksi.

Kemudian berdasarkan data KA Pusat SDM Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto mengatakan, untuk hilirisasi dengan pirometalurgi dengan kualitas bijih nikel lebih dari 1,5 persen maka umur cadangannya bisa mencapai 9 tahun kurang lebih dengan kebutuhan bijih 387,2 juta ton per tahun apabila semua smeter sudah terbangunn.

"Untuk hilirisasi dengan smellter hidrometalurgi dengan kebutuhan bijih sekitar 58 juta ton per tahun maka umur cadangan bisa diestimasi 32 tahun," ujar Hariyanto.