Bagikan:

JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia (APNI) dan Kadin Indonesia mendesak pemerintah untuk segera melakukan moratorium pembangunan smelter.

Hal ini diungkapkan oleh Sekjen Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey dan Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia Bidang Minerba, Arya Rizqi Darsono.

Meidy mengatakan, pihaknya khawatir dnegan masifnya pembangunan smelter akan semakin menggerus cadangan nikel Indonesia.

"Kita sudah ulang-ulang ke pemerintah, kami khawatir jangan sampai cadangan raw material mengcover semua pabriki ini engga cukup," ujarnya dalam Mining Zone yang dikutip Selasa 18 September.

Ia merinci hingga tahun 2023 ini sudah terdapat 54 pabrik pyrometalurgi yang memproduksi Nikel Pig Iron (NPI), feronikel bahkan nikel matte.

Meidy menyebut bahkan saat ini ada beberapa pabrik yang mengimpor bijih nikel dari FIlipina/ Meski demikian ia mrmastikan jika pabrik yang mengimpor nikel tersebut masih menjalankan sustainable reserve Indonesia sehingga kegiatan pengolahan masih dilakukan di dalam negeri.

Ia juga meminta pemerintah membatasi pembangunan pabrik pyrometalurgi atau pabrik pengolahan nikel kualitas tinggi atau saprolite dan memperbanyak pabrik hidrometalurgi yang mengolah limonit.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia Bidang Minerba, Arya Rizqi Darsono. Menurutnya Indonesia perlu melakukan moratorium untuk smelter pirometalurgi.

" Justru kita mengharapkan hidrometalurgi. Yang perlu kita ingat Indonesia masih memegang cadangan nomor 1 di dunia untuk nikel tapi betul cadangan makin menipis untuk saprolite. Justruu kita harapkan bikin semacam masuk dalam ekosistem batre jadi hidrometalurgi harus diperbanyak sehingga kita bisa jadi negara pernghasil baterai," urai Rizqy.

APalagi, kata dia, Indonesia sudah memiliki pabrik baterai seperti Indonesia Battery Corporation (IBC) yang bisa memanfaatkan bahan jadi dari pabrik tersebut.

"Indonesia malah impor dari Filipina. Ini menunjukkan bahan baku makin tipis," pungkas Rizqy.

Cadangan Nikel Indonesia

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia masih memiliki cadangan dan potensi nikel yang memadai.

Dikatakan Arifin, jika cadangan nikel Indonesia masih cukup hingga 15 tahun ke depan.

"Potensi nikelnya sih sekarang ada cadangan ada potensi. Kalau dengan kapasitas yang sama bisa 15 tahun," ujar Arifin kepada media dikutip Sabtu, 16 September.

Ia merinci cadangan nikel yang dimiliki Indonesia adalah sebesar 5,3 miliar ton sedangkan potensi nikel sebesa 17 miliar ton yang terbagi menjadi dua jenis yakni nikel kadar tinggi atau saprolite yang dikhususkan untuk bahan baku baterai dan nikel kadar rendah atau limonit yang akan digunakan sebagai bahan baku baja tahan karat.

Arifin menambahkan, jika umur cadangan nikel Indonesia bisa diperpanjang lebih dari 15 tahun dengan mengembangkan industri daur ulang.

"Ke depan kan industri baja ini bisa ada industri recycle, bisa top up jadi makin panjang lah. Cuma kita jangan boros," pungkas Arifin.