JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia (APNI) mencatatkan peningkatan yang signifikan dari ekspor nikel setelah melalui proses hilirisasi.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan, berdasarkan data ekspor produk khususnya untuk hot rolled steel atau hot rolled coil (HRC) dan cold rolled steel atau cold rolled coil (CRC) pihaknya mencatat sejak 2021 hingga 2022 terdapat kenaikan hingga 4,9 persen.
"Datanya 2021 sekitar 10,3 billion dolar AS naik menjadi 10,83 di 2022," ujar Meidy dikutip Selasa, 19 September.
Sementara itu, untuk produk nikel matte tercatat meningkat hingga 300 persen.
"Nikel matte saya bilang naik 300 persen dari 2021 ke 2022. Setahun saja, kita belum kalkulasi 2023 karena belum selesai jadi hitung dari 2021 compare dengan 2022," lanjut Meidy.
Sementara itu, nilai ekspor nikel matte tercatat meningkat dari tahun 2021 senilai 0,95 miliar dolar AS tahun 2021 naik menjadi 3,82 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Meidy mengemukakan, masifnya hilirisasi nikel yang dilakukan Indonesia membawa buah manis dengan berhasil meningkatkan nilai tambah dan sukses kurang dari 10 tahun.
"Dampak dari masifnya pembangunan hilirisasi nikel, kita sukses engga sampai 10 tahun program hilirisasi sangat amat berhasil malah ulang-ulang. Over. Stop dong kebayakan malah jenuh market akhirnya ujung-ujungnya mengcrush harga," lanjut Meidy.
Meidy menambahkan jika hingga tahun 2023 sudah terdapat 54 pabrik pyrometalurgi yang memproduksi nikel pig iron (NPI), feronikel bahkan nikel matte.
"54 dari 177 line furnish pyrometalug yaitu RKIF itu," lanjut Meidy.
BACA JUGA:
Sementara pabrik untuk raw material baterai yang memproduksi MHP atau campuran padatan hidroksida dari nikel dan cobalt sudah berdiri sebanyak 6 pabrik.
"Tahun lalu masih 4 tahun ini naik jadi 6 pabrik pengolahan memproduksi MHP yakni teknologi hydrometalurgi," pungkas Meidy.