Ahli Pertambangan dan Badan Geologi Turut Hitung Cadangan Nikel RI, Ini Hasilnya
Ilustrasi Nikel (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut menghiitung sisa cadangan nikel di Indonesia.

Ketua Umum Perhapi Rizal Kasli mengungkapkan jika cadangan nikel di Indonesia tersisa 7 tahun lagi jika seluruh industri pemurniah sudah mulai melakukan produksi.

Ia merinci, terdapat dua jenis nikel yakni bijih nikel kadar tinggi di atas 1,5 persen atau saprolit yang diproses melalui pirometalurgi dan nikel kadar rendah atau limonit yang diproses melalui selter hidrometalurgi.

"Kami perkirakan kalau semua smelter terutama yang pirometalurgi selesai dibangun, cadangan yang ada sekarang akan bertahan 5 hingga 7 tahun," ujar Rizal yang dikutip Selasa 15 Agustus.

Lebih jauh ia menjelaskan jika hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan bijih nikel mencapai di atas 560 juta ton apabila semua smelter berhasil dibangun.

Namun dengan kondisi saat ini di mana kebutuhan saprolite untuk pirometalurgi sekitar 170-an juta ton maka daya tahan nikel diperkirakan akan bertahan selama 13 tahun.

"Memang ini akan bervariasi terantung asumsi yag kita gunakan untuk feeding orenikel terhadap smelter," lanjut Rizal.

Sementara untuk cadangan limonite dengan kadar di bawah 1,5 persen, Perhapi memperkirakan apabila semua smelter hidrometalurgi dibangun ini akan bertahan selama 33 tahun atau lebih.

Kemudian berdasarkan data KA Pusat SDM Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto mengatakan, untuk hilirisasi dengan pirometalurgi dengan kualitas bijih nikel lebih dari 1,5 persen maka umur cadangannya bisa mencapai 9 tahun kurang lebih dengan kebutuhan bijih 387,2 juta ton per tahun apabila semua smeter sudah terbangunn.

"Untuk hilirisasi dengan smellter hidrometalurgi dengan kebutuhan bijih sekitar 58 juta ton per tahun maka umur cadangan bisa diestimasi 32 tahun," ujar Hariyanto.

Adapun, total sumber daya cadangan nikel Indonesia sebesar 17.3 miliar ton.

"Kemudian untuk total cadangan biji nikelnya sebesar 5,08 miliar ton. Ini data tahun 2022 dari Bageol Kementerian "ESDM," pungkas Haryanto.