Eksklusif, Dirut Inacom KPBN Rahmanto Amin Jatmiko Tegaskan Tak Perlu Malu Belajar dari Malaysia untuk Bangun Bursa CPO              
Menurut Dirut Inacom KPBN Rahmanto Amin Jatmiko belajar dari Malaysia bisa dilakukan untuk membangun Bursa CPO Indonesia. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Bagikan:

Indonesia adalah  produsen CPO (crude palm oil - minyak sawit) terbesar di dunia. Namun untuk urusan harga CPO masih mengacu ke Bursa Malaysia dan Rotterdam, Belanda. Setelah Bursa CPO Indonesia hadir diharapkan kiblat harga CPO tak lagi ke luar negeri. Untuk sampai ke tahap itu, perlu banyak berbenah dan belajar. Kata kuncinya kata Dirut Inacom KPBN, Rahmanto Amin Jatmiko adalah sinergi dan kolaborasi.

***

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Zulkifli Hasan meresmikan beroperasinya Bursa CPO Indonesia pada 13 Oktober 2023 di Jakarta. Dengan beroperasinya Bursa CPO yang operasionalnya dilaksanakan oleh PT. Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (ICDX) diharapkan kiblat harga CPO yang selama ini ke bursa negara lain beralih Indonesia.

Sejatinya ini adalah tujuan yang ideal, namun untuk sampai ke tahap itu perlu proses dan upaya yang sungguh-sungguh agar kepercayaan dan kredibilitas diakui seluruh pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan CPO. Dan yang paling penting mereka mau bertransaksi di Bursa CPO Indonesia. Seperti tujuan dibentuknya bursa ini, bisa menjadi rujukan tidak hanya oleh pelaku bisnis di Indonesia namun juga di dunia.

Karena Bursa CPO Indonesia baru berdiri, menurut Rahmanto Amin Jatmiko tak perlu malu belajar dengan negara tetangga yang sudah jatuh bangun membangun bursa CPO sampai seperti saat ini. Bursa Malaysia sudah menjadi rujukan. “Kita bisa belajar dari Malaysia dalam membangun Bursa CPO. Berkaca dari Malaysia mereka membangun bursa CPO (Bursa Malaysia Derivatives Berhad - BMD) tak terjadi dalam satu malam. Dan sinergi yang mereka lakukan bagus sekali. Sebelumnya bursa CPO mereka itu banyak, akhirnya sekarang bergabung menjadi satu dalam Bursa Malaysia,” tukasnya.

Saat ditanya bagaimana eksistensi Inacom KPBN dengan hadirnya Bursa CPO Indonesia, kata dia keduanya adalah compliment dan bisa bekerjasama. “KPBN itu tidak bersinggungan atau berkompetisi dengan Bursa CPO Indonesia. KPBN dan Bursa CPO itu bisa jadi compliment dan menguatkan satu sama lain, dan kita berharap bisa berjalan bersama,” katanya. 

Ke depan lanjut Rahmanto, Inacom KPBN bisa  bermetamarposis menjadi pasar lelang komoditas nasional yang tidak hanya menjual komoditas yang selama ini ada, namun bisa menjual komoditas lain yang diproduksi di Indonesia. Dan peluang itu terbuka dan sangat mungkin dilakukan.

Sebagai sebuah entitas bisnis di bawah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN),  Inacom KPBN terus berbenah. Tahun 2019 dilakukan rebranding KPBN  menjadi Inacom (Indonesia Commodity) KPBN. Tujuannya agar perseroan lebih dinamis dan adaptif dengan perkembangan zaman. Untuk komoditas yang dijual masih berupa CPO (crude palm oil - minyak sawit), PKO (palm kernel oil - minyak inti sawit), PKM (palm kernel meal – tepung inti sawit), karet, gula, teh, kopi dan tetes (gula tetes).

Selain bicara Bursa CPO Indonesia, Rahmanto Amin Jatmiko, ia juga menyoroti penerapan DMO (Domestik Market Obligation) dan DPO (Domestik Price Obligation) yang selama ini terjadi, soal subsidi minyak goreng yang tidak tepat sasaran dan harapan agar Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia bisa lebih berperan dalam penentuan harga komoditas ini.  “Ini otokritik, selama ini sinergi di semua yang terlibat dalam industri sawit belum terjalin dengan baik,” harapnya saat ditemui Edy Suherli, Ary Julianta, dan Irfan Medianto dari VOI di Kantor Inacom KPBN, di bilangan Gondangdia Menteng, Jakarta Pusat, belum lama berselang. Inilah petikan selengkapnya.

Selama ini dalam pengamatan  Dirut Inacom KPBN Rahmanto Amin Jatmiko, penyaluran minyak goreng subsidi masih belum tepat sasaran. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Selama ini dalam pengamatan  Dirut Inacom KPBN Rahmanto Amin Jatmiko, penyaluran minyak goreng subsidi masih belum tepat sasaran. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Inacom KPBN adalah institusi pemasaran, apa saja komoditas yang diperjualbelikan? 

Inacom KPBN ini adalah anak perusahaan PTPN. Dulu namanya KPB (Kantor Pemasaran Bersama) yang berdiri sejak 1968.  Fungsinya sebagai sarana penjualan produk-produk PTPN I sampai PTPN XIV yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Agar tidak terjadi perbedaan harga dalam tiap komoditas, dibentuklah KPB.  Komoditas utamanya; sawit, karet, teh, dan gula. Sebelumnya ada kopi dan tembakau. Sawit sampai saat ini menjadi penyumbang sekitar 70 persen dari total pendapatan seluruh PTPN, diikuti gula, karet dan teh. Seiring waktu KPB berubah menjadi perseroan dengan nama PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) tahun 2009. Dan selanjutnya dilakukan rebranding di tahun 2019, namanya menjadi Inacom KPBN.

Selain 4 komoditas yang diperdagangkan itu apa lagi yang dilakukan Inacom KPBN?

Kita punya 3 lini bisnis lain; bursa atau pasar lelang, trading dan logistik. Untuk pengembangan yang lain kita akan masuk ke pasar lelang komoditas nasional. Saat ini kita masih menunggu untuk dapat izin dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi). Kalau izin itu keluar, kita akan menjadi pasar lelang komoditas pertama di Indonesia. Jika itu sudah terbentuk kita punya peluang untuk menjual komoditas selain yang diproduksi PTPN.

Selama ini seperti apa pengawasan saat terjadi lelang di KPBN?

Karena KPBN ini adalah anak perusahaan dari PTPN yang mengawasi pertama adalah pemegang saham melalui dewan komisaris, yang memiliki komite audit, komite risiko dan kita menjalankan tata kelola yang sudah ditetapkan. Kemudian dalam menjalani aktivitasnya itu kita juga diawasi oleh BPK. Pemerintah sudah melakukan audit terhadap lelang yang dilakukan di kita. Jadi ada pengawasan secara korporasi dan secara regulasi yang ditetapkan oleh kebanyakan entitas-entitas milik negara.

Indonesia ini eksportir CPO terbesar di dunia, tapi soal harga masih orang luar yang menentukan, menga inipa bisa seperti ini?

Bahwa Indonesia adalah penghasil CPO terbesar di dunia adalah fakta. Kita bisa menghasilkan lebih dari 50 juta ton CPO dalam setahun. Posisi kedua Malaysia yang menghasilkan 18 juta ton lebih. Sebenarnya harga komoditas itu yang menentukan adalah pasar. Dan itu fluktuatif tergantung pada suplai dan permintaan. Hanya orang banyak menggunakan patokan dari Bursa Malaysia atau Rotterdam, Belanda. Kenapa Bursa Malaysia karena di sana likuiditas dan transaksinya sangat besar. Dan mereka punya kredibilitas sebagai bursa CPO.

Bursa CPO Indonesia dan Inacom KPBN, menurut  Dirut Inacom KPBN Rahmanto Amin Jatmiko dalam tata niaga CPO bisa saling melengkapi. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Bursa CPO Indonesia dan Inacom KPBN, menurut  Dirut Inacom KPBN Rahmanto Amin Jatmiko dalam tata niaga CPO bisa saling melengkapi. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Apa yang membuat bursa CPO itu kredibel?

Ada tiga hal yang membuat Bursa CPO itu kredibel. Pertama  terjadi price discovery, jadi harga itu harus discover bukan ditentukan. Price itu harus terjadi dari kesepakatan antara penjual dan pembeli.  Kedua bursa itu dijadikan rujukan oleh pelaku bisnis. Dan yang ketiga ada future market-nya. Di Rotterdam itu mirip dengan yang terjadi di KPBN. Transaksinya fisik dan tidak ada future market-nya. Karena itu kami yakin harga yang dari KPBN bisa dan layak menjadi rujukan. Akhir 2022 harga kami jadi rujukan di Reuters dan Bloomberg (dipublikasikan di situs Reuters dan Bloomberg). Kalau ditanya kenapa harga CPO ditentukan orang luar, karena harga mereka jadi rujukan.

Soal harga CPO di Indonesia apakah murni ditentukan oleh suplai dan permintaan di pasar atau ada ulah spekulan?

Secara bisnis Indonesia berharap harga CPO itu tinggi, karena menghasilkan devisa. Tahun 2021 dari CPO kita bisa dapat devisa Rp500 triliun lebih. Pajak dan devisa dari eskpor CPO dan produk turunannya akan masuk ke kas negara. Kalau harga CPO tinggi tentu harga minyak goreng juga akan tinggi, karena bahan utamanya dari CPO. Lalu solusinya apa kalau begitu? Solusinya adalah harga minyak goreng untuk rakyat disubsidi. Dari mana dananya? Bisa dari pajak ekspor CPO yang dikumpulkan di BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit).

Jadi dengan produksi CPO yang ada bisa mensubsidi masyarakat tak mampu ya Pak?

Hasil CPO kita 50 juta ton setahun. Kebutuhan CPO untuk pangan lebih dari 8 juta ton, dengan 5 juta ton adalah minyak goreng dan lebih dari 3 juta ton adalah untuk pangan non minyak goreng, seperti margarin, shortening dan specialty fat.

Dari 5 juta ton kebutuhan minyak goreng (migor) tersebut: kebutuhan migor industri sekitar 1,6 juta ton, migor rumah tangga curah 2,12 juta ton, migor kemasan sederhana dan premium 1,3 juta ton. Dan idealnya yang disubsidi adalah migor untuk kebutuhan rumah tangga curah saja yang sekitar 2,12 juta ton tersebut.

Bagaimana pengamatan Anda untuk penerapan DMO  dan DPO dalam tata niaga CPO kita?

Pemerintah sudah menerapkan kebijakan DMO dan DPO agar harga minyak goreng untuk rakyat kurang mampu terjangkau. Dalam praktiknya Minyakita dipatok harganya Rp14.000 per kilogram. Saat harga CPO tinggi yang memberikan subsidi adalah produsen minyak goreng. Sebenarnya praktik subsidi ini berpengaruh kurang bagus pada behavior, bisa saja ada yang beli minyak goreng lalu diganti kemasannya dengan yang baru dan dijual dengan harga pasar. Akibatnya Minyakita jadi langka. Lalu distribusi Minyakita itu kadang tidak tepat sasaran, soalnya dijual bebas di supermarket atau toko umum. Jadi siapa pun bisa beli meski dia bukan orang tak mampu. Ada spekulan atau tidak? Bisa jadi ada. Makanya aturannya harus jelas dan ketat serta pengawasan juga penting.

Bagaimana Anda merespons hadirnya Bursa CPO di Indonesia belum lama ini? 

Sebenarnya kita juga menginginkan adanya kemandirian dalam tata niaga CPO ini. Kita melihat Bursa CPO Indonesia ini adalah awal tata niaga CPO yang akan memengaruhi tata niaga CPO dunia. Kami melihatnya positif, ayo sama-sama membuat mekanisme yang kredibel untuk bisa membuat Indonesia kredibel di mata dunia dalam perdagangan CPO. Bursa itu semacam  marketplace atau platform atau pasar. Pasar itu harus menarik penjual dan pembeli, selain penyelenggara pasarnya. Pasar itu harus menguntungkan semua pihak, bukan hanya pemilik pasar atau bursa.

Setelah Bursa CPO Indonesia hadir, bagaimana eksistensi KPBN?

Selama ini KBPN sebagai pasar lelang hanya menjual produk-produk PTPN, tidak menjual produk-produk dari pihak lain. Tapi komoditas kita dibeli oleh berbagai pihak. Kehadiran Bursa CPO Indonesia ini adalah tempat pada penjual dan pembeli dari swasta (non PTPN). Market itu idealnya many to many, pembelinya banyak penjualnya juga banyak. KPBN saat ini menjadi pasar lelang yang sifatnya bisa di bilang single to many. Karena dari KPBN dibagi untuk seluruh Indonesia, bahkan ada juga pembelinya dari luar negeri. Dan sifatnya adalah perdagangan fisik. Kalau mau jadi bursa harus bersifat future market. Jadi KPBN itu tidak bersinggungan atau berkompetisi dengan Bursa CPO. KPBN dan Bursa CPO itu jadi compliment dan menguatkan satu sama lain, dan kita berharap bisa berjalan bersama. 

Ke depan apa mungkin KPBN ini menjadi Bursa CPO juga?

Selalu ada kemungkinan untuk itu, namun kita harus melihat mandat yang diberikan PTPN pada KPBN. Itu tergantung pada pendapat dan kesepakatan pemegang saham. Namun kalau KPBN bermetamarposis menjadi pasar lelang komoditas nasional yang tidak hanya menjual komoditas yang selama ini ada, itu sangat mungkin. Perlu kajian yang lebih dalam untuk mengarah ke sana (Bursa CPO).

Harapan banyak pihak, dalam perdagangan CPO Indonesia yang menjadi produsen terbesar ini bisa menjadi penentu, bukan hanya pengikut, bagaimana pandangan Anda?

Itu bukan pekerjaan rumah bagi satu entitas atau satu lembaga saja. Ini adalah tanggung jawab kolektif kita sebagai bangsa. Jadi semua pihak yang terkait harus bersinergi, dari pemerintah, BUMN, dan semua swasta.  Ini otokritik, selama ini sinergi di semua yang terlibat dalam industri sawit belum terjalin dengan baik. Berkaca dari Malaysia, mereka membangun bursa CPO tak terjadi dalam satu malam. Dan sinergi yang mereka lakukan bagus sekali. Sebelumnya bursa CPO mereka itu banyak, akhirnya sekarang bergabung menjadi satu dalam Bursa Malaysia. Mereka dengan suka rela bergabung dan bertransaksi di sana. Kalau kita mau seperti itu dalam membangun bursa CPO kata kuncinya sinergi dan kolaborasi semua pihak.

 

Rahmanto Amin Jatmiko, Sehat dan Saling Percaya

Menurut Rahmanto Amin Jatmiko olahraga penting refreshing dan menjaga kesehatan. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Menurut Rahmanto Amin Jatmiko olahraga penting refreshing dan menjaga kesehatan. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Lepas dari kesibukan sebagai Dirut Inacom KPBN, Rahmanto Amin Jatmiko melakoni berbagai kegiatan. Salah satunya adalah olahraga. Saat berolahraga ada dua sisi yang dia dapat, kesehatan diri dan menjalin komunikasi dengan relasi. Lalu seperti apa ia menyempatkan waktu untuk keluarga di tengah kesibukan yang tinggi? Begini cara ia menyelaraskannya.

Di luar aktivitas kantor ada dua hal yang paling sering  dilakukan Koko, demikian dia biasa disapa teman-teman semasa sekolah dulu. “Hobi saya itu olahraga dan membaca. Olahraga yang saya lakukan itu lari dan golf. Dengan melakukan hobi itu saya bisa refresh dari kesibukan kantor,” kata pria yang terlahir di Klaten Jawa Tengah, 7 Maret 1973.

Mengapa memilih lari sebagai olahraga?  “Dulu saya punya kolesterol sampai 400 mg/dL. Padahal sejak SMA dan kuliah tak suka olahraga. Tapi dengan keadaan itu saya terpaksa mematuhi arahan dokter agar kolesterol bisa turun dan tubuh bisa lebih sehat,” katanya.

Olahraga menjadi pilihan karena Koko, tidak mau minum obat untuk mengatasi surplus kolesterol dalam tubuhnya. “Sekarang, setelah rutin berlari, alhamdulillah sudah mendekati 200 mg/dL kadar kolesterol saya,” ungkap pria yang ikut komunitas lari yang bernama Giliran.

Karena sudah sering berlari, kini Koko yang sudah berani mencoba half marathon. Namun ia tak memaksakan diri untuk ikut marathon kalau situasinya tidak memungkinkan. “Harus banyak yang disiapkan dan disiplin kalau mau ikut marathon,” lanjutnya.

Main Golf

Meski sibuk dengan kegiatan di kantor, Rahmanto Amin Jatmiko menyisihkan waktu untuk keluarga. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Meski sibuk dengan kegiatan di kantor, Rahmanto Amin Jatmiko menyisihkan waktu untuk keluarga. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Olahraga golf banyak dipilih para eksekutif karena banyak hal yang bisa  dimanfaatkan saat bermain bersama relasi. Koko punya alasan sendiri mengapa dia juga menekuni olahraga ini.

Jadi tak sekadar latah atau untuk gaya semata agar dilihat berkelas oleh relasi. Di lapangan golf banyak persoalan pelik bisa diurai dan diselesaikan. “Dengan main golf kita bisa membicarakan apa pun yang tak enak di tempat yang enak,” kata pria yang pernah berkarier di perusahaan multinasional sebelum berlabuh di Inacom KPBN.

Yang  membuat enak adalah view lapangan golf yang satu dengan yang lain berbeda. “Kalau kita main tenis lapangan, di kota mana punya begitu-begitu saja. Lapangan golf itu tak ada yang sama. Karena tiap lapangan golf punya keunikan masing-masing, pemandangannya beda,” katanya.

Dengan bermain golf dua hal didapat oleh Koko, pertama kesehatan karena olahraga dan kedua problem solving. Ia bisa menyelesaikan persoalan yang mungkin sulit diselesaikan di kantor dengan meeting ini dan itu. 

Saling Percaya

Menjaga kepercayaan adalah kiat Rahmanto Amin Jatmiko menjaga hubungan dengan relasi dan juga orang  terdekat. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)
Menjaga kepercayaan adalah kiat Rahmanto Amin Jatmiko menjaga hubungan dengan relasi dan juga orang  terdekat. (Foto; Savic Rabos, DI; Raga Granada)

Meski sibuk dengan segudang kesibukan, Rahmanto Amin Jatmiko sudah punya komitmen akan menyediakan waktu untuk keluarga, istri tercinta; Rossi Aprilianti dan kedua buah hati mereka yang sudah beranjak besar; Ryan dan Rafina.

“Setiap akhir pekan saya selalu meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anak dan istri. Dan juga saat anak-anak libur sekolah, saya juga menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama mereka,” katanya.

Koko beruntung  karena sudah menjalin hubungan dengan Rossi saat sekolah di SMA yang sama di Klaten. “Sejak SMA saya memang sudah kenal. Saat kuliah saya di Bandung dia di Jakarta, lalu pertama kerja saya di Surabaya. Ketika saya pindah kerja di Jakarta baru kami menikah,” kenang pria yang menyelesaikan studinya di ITB (Industrial Egineering), lalu melanjutkan studi di   NTU Nanyang Business School (MBA) Singapura dan MIT Sloan School of Management (International Advance Management Program) USA.

Salah satu tips lainnya untuk menjaga hubungan dengan orang terdekat adalah menjaga kepercayaan. “Ini untuk keluarga dan juga di lingkungan kerja. Apa yang kita sampaikan bukan lips service. Kalau kita jaga kepercayaan hubungan pertemanan dan hubungan apa pun akan langgeng,” tukas Koko yang antipencitraan.

“Kepercayaan itu tidak bisa dibangun dengan pencitraan. Kepercayaan akan terbangun dari konsistensi yang kita lakukan,” pungkas Rahmanto Amin Jatmiko.

"Selama ini sinergi semua yang terlibat dalam industri sawit belum terjalin dengan baik. Berkaca dari Malaysia, mereka membangun bursa CPO  tak terjadi dalam satu malam. Dan sinergi yang mereka lakukan bagus sekali. Sebelumnya bursa CPO mereka itu banyak, akhirnya sekarang bergabung menjadi satu dalam Bursa Malaysia. Mereka dengan suka rela bergabung dan bertransaksi di sana. Kalau kita mau seperti itu dalam membangun bursa CPO kata kuncinya sinergi dan kolaborasi,"

Rahmanto Amin Jatmiko