Dalam sejarah perpolitikan Indonesia, nama Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pernah menjadi kekuatan yang signifikan, berhasil menempati posisi kedua pada pemilu 1955. Semangat Masyumi inilah, kata Ketua Umum DPP Partai Ummat, Dr. Ing. H. Ridho Rahmadi, SKom., MSc., yang coba diusung dalam partai yang dia pimpin kini. Partai Ummat akan menjadi wadah bagi semua kalangan yang memiliki tujuan yang sama. Keberagaman asal akan menjadi mozaik dalam rangka menegakkan keadilan dan melawan kezaliman.
***
Sebagai seorang yang dipercaya menjadi Ketua Umum DPP Partai Ummat pertama, tugas yang diemban Ridho Rahmadi tidaklah ringan. Di usianya yang masih relatif muda dia harus menakhodai sebuah partai politik yang dilahirkan oleh salah seorang tokoh reformasi Indonesia; Prof. DR. HM. Amien Rais, MA. PhD yang menduduki posisi sebagai pendiri dan Ketua Umum Dewan Syuro Partai Ummat.
Suara minor pertama yang muncul setelah Ridho Rahmadi ditetapkan sebagai Ketua Umum adalah tudingan soal dinasti politik. Soalnya Ridho tak lain adalah anak menantu dari Amien Rais. “Suara minor itu memang muncul setelah saya dipilih sebagai Ketua Umum. Namun alasan pemilihan saya bukan karena saya menantunya Pak Amien Rais. Tapi lebih pada alasan meritokrasi. Dan saya akan membuktikan kalau kapabel dan punya kapasitas memimpin,” kata suami dari Tasniem Fauzia Rais ini.
Ridho yang berasal dari lingkungan akademisi, sama sekali tidak menyangka akan mendapat jabatan sebagai Ketua Umum. Sebagai seorang dosen IT di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, ia memang sudah terlibat sejak awal berdirinya Partai Umat, namun sumbangsihnya sesuai dengan kapasitas dan bidang keilmuan yang dimilikinya.
Di tengah banyaknya partai politik yang ada dan lebih khusus lagi pada partai yang berlabel Islam, Ridho menerangkan kalau mereka mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda. “Diferensiasi Partai Ummat dengan partai lain yang melabelkan diri sebagai partai Islam adalah kita tidak menghilangkan identitas asal orang yang sudah masuk pada ormas Islam sebelumnya. Seperti semangat Partai Masyumi di era 1950-an. Semua bisa masuk dengan membawa bendera masing-masing. Jadi kita akan menampung keberagaman yang ada,” kata Ridho Rahmadi yang mengusung soal digitalisasi dan kedaulatan digital sebagai isu untuk menggaet milenial dan kaum muda. Inilah petikan wawancara selengkapnya kepada Edy Suherli, Irfan Medianto, dan Dandy Januar saat bertandang ke kantor VOI belum lama berselang.
Apa visi dan misi Partai Ummat hadir di pentas politik negeri ini?
Partai Ummat itu adalah partai yang berasaskan Islam rahmatan lil alamin. Islam yang inklusif, jadi tidak hanya mereka yang beragama Islam yang terlibat, ada juga saudara-saudara kita yang non-muslim; Nasrani, Hindu, Budha juga menjadi pengurus. Di daerah-daerah Indonesia bagian Timur, rata-rata putra daerah dan non-muslim yang menjadi pengurus.
Tujuan besar kami menegakkan keadilan dan melawan kezaliman. Secara eksplisit hal itu ada di mukaddimah AD/ART Partai Ummat. Keadilan dalam arti multi dimensi dalam bidang ekonomi, politik dan lain sebagainya. Kami dari Partai Ummat adalah elemen anak bangsa dan bersama anak bangsa lainnya berkewajiban menegakkan keadilan dan melawan kezaliman. Kenapa harus bersama, karena tidak mungkin kami bisa melakukannya sendirian. Itulah yang menjadi semangat Pak Amien Rais, MS Kaban, Ustad Sambo dan tokoh-tokoh lain saat mendirikan Partai Ummat. Kini mereka masuk dalam Lembaga Syuro Partai Umma.
Untuk mewujudkan tujuan besar itu apa yang dilakukan Partai Ummat?
Kami merumuskan peta jalan untuk mewujudkannya, yang sudah di depan mata adalah pemilu 2024. Di pemilu ke depan ini kita lihat akan banyak anak muda yang terlibat. Angka milenial itu sudah mendekati 60 persen dari calon pemilih. Pendekatan dan gagasan yang kita sebar juga menyesuaikan mayoritas calon pemilih. Mereka ini belum banyak didekati dan ada juga yang sikapnya apolitik. Kami juga menggarap mereka yang sudah punya preferensi politik, itu biasanya untuk loyalis Pak Amien Rais.
Bagaimana anda menjelaskan kepada publik kalau lahirnya Partai Ummat ini karena ketidakpuasan Pak Amien Rais yang dulu mendeklarasikan PAN lalu keluar, dan kini mendirikan Partai Ummat?
Kalau saya meminjam istilah Pak Gatot Nurmantyo waktu dia datang ke Acara yang dilakukan partai Ummat. Partai Ummat itu adalah koreksi atas partai yang sebelumnya. Jadi kita belajar dari yang terdahulu yang mengalami regresi kita perbaiki. Partai Ummat ini adalah partai kader, untuk menuju ke sana butuh waktu. Kita cari titik singgungnya, antara teman-teman yang punya pengalaman idealis dan pengalaman pragmatis. Jadi harus berimbang. Kalau terlalu idealis kita tidak bergerak. Kalau terlalu pragmatis bisa terjebak pada kesalahan yang sama seperti yang terdahulu. Kita memperbaiki yang sebelumnya dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan dengan semangat pembaruan.
Apa yang membuat Anda menerima amanat sebagai Ketua Umum Partai Ummat?
Saat mendekati deklarasi Partai Ummat nama saya belum beredar sebagai calon Ketua Umum. Saya ini kan dosen IT, saya membantu di partai sesuai dengan bidang saya; IT. Saya bersama mahasiswa bimbingan saya dari S1 dan S2 ikut membangun system, misalnya untuk chat agar tidak masuk ke server orang lain tapi ke server kita. Untuk yang saya lakukan di Partai Ummat.
Beberapa nama sempat muncul menjadi kandidat ketua. Namun yang bersangkutan belum berani. Akhirnya saat rapat para pendiri, saya ikut tapi tidak di depan karena saya bagiannya IT. Saat itu salah seorang anggota majelis syuro, bukan Pak Amien Rais ya. Dia mengusulkan nama saya untuk jadi calon Ketua Umum. Lalu ditanggapi oleh peserta rapat yang lain. Karena sudah semua menanggapi lalu nama saya diserahkan ke Pak Amien. Saat itu Pak Amien bilang, kalau sudah mufakat begitu dia bilang Bismillah.
Apa pertimbangan utama Anda menerima tantangan menjadi Ketua Umum Partai Ummat?
Meski dosen IT, saat melihat keadaan negeri kita saat diminta memimpin Partai Ummat dan hingga sekarang, terus terang ada rasa geregetan. Saya memang sering menemani Pak Amien, terutama saat berjuang di MK pada tahun 2019. Saya adalah tim yang menyiapkan data. Jadi lebih kepada panggilan, ini ada tugas, berani atau tidak. Terus terang saya kaget yang nama saya disebut, kagetnya dua hari belum hilang. Saya butuh waktu untuk mencerna tantangan ini. Selama ini hanya kegelisahan sekarang adalah kesempatan untuk menjawab semuanya. Jadi bukan untuk gagah-gagahan ya. Panggilan itu saya datangi lewat jalur yang lebih sistematis melalui partai politik. Ya saya ucapkan Bismillah. Jadi saya menjalani takdir saya.
Karena Anda menikah dengan anak Amien Rais, suara minor itu pasti ada yang menuding ini adalah melanjutkan dinasti politik, bagaimana menanggapinya?
Pasti akan nada suara seperti itu, tapi saya yakin penetapan saya sebagai ketua umum lebih karena alasan meritokrasi. Ke depan saya akan membuktikan kalau mereka memilih saya sebagai ketua umum tidak salah. Biarlah waktu yang akan menjelaskan nanti. Yang jadi masalah, kalau penunjukan itu semata karena garis keturunan atau kedekatan. Jadi penunjukkan tanpa pertimbangan kapasitas dan kapabilitas, itu baru masuk pada kategor dinasti yang negatif.
Bagaimana persiapan Partai Ummat menghadapi pileg dan dan pilpres 2024, target persolehan suara berapa besar dan berapa anggota legislatif di tingkat pusat dan daerah yang bisa diraih?
Persiapan kami lahir dan batin hadapi pemilu 2024, sebelum akhirnya dinyatakan lolos oleh KPU kami harus berjuang dan menggugat dulu. Setelah itu kami melakukan konsolidasi di tingkat nasional dan daerah nyaris setiap hari. Sebagai partai baru kami ingin dikenal dengan gagasan yang berbeda. Itu yang kami tekankan.
Apa saja gagasan baru yang ingin ditawarkan ke publik?
Salah satunya soal digitalisasi dan kedaulatan digital. Kita sampai saat ini belum punya UU yang mengatur soal ini. Soal ekonomi digital juga penting, tahun 2021 belanja online kita sampai Rp400 triliun. Tapi 90 persen yang dijual adalah produk asing. Jadi Indonesia masih menjadi rest area saja, kita belum menikmati dan menjadi pelaku utama perdagangan digital ini. Kita penyiapkan platform digital untuk belanja online ini. Nanti 90 persen yang dijual adalah produk lokal. Ini yang kita siapkan untuk 2024, semoga bisa menjadi pembeda dengan partai lain. Jadi tak hanya gimmick politik saja atau soal koalisi yang mudah pecah dan rentan bertikai.
Target perolehan suaran dan kursi di legislatif berapa besar? Daerah mana yang menjadi kantong suara potensial?
Harapan kami bisa mencapai dua dijit (10 atau 11 persen suara nasional) untuk nasional. Tapi semua tergantung takdir Allah. Kami ingin anggota legislatif yang masuk Senayan yang berkualitas, bukan pelengkap saja. Patokan kami 2014 ketika Pak Amien Rais maju sebagai capres. Di sana kelihatan daerah mana saja yang menjadi lumbung suara; DIY, Aceh dan Sumbar. Di sana kami yakin masih banyak loyalis Pak Amien Rais. Selain itu kami juga menggarap daerah potensial seperti Jabar, Jateng dan Jatim. Itu yang menjadi skala prioritas, namun daerah di luar itu bukannya tidak kita perhatikan, tetap kita garap.
Partai Ummat akan berbuat suara dengan partai berbasis Islam lainnya, lebih spesifik pada massa Muhammadiyah, bagaimana bertarung di pasar yang sama?
Diferensiasi Partai Ummat dengan partai lain yang melabelkan diri sebagai partai Islam adalah kita tidak menghilangkan identitas asal orang yang sudah masuk pada ormas Islam sebelumnya. Seperti semangat Partai Masyumi di era 1950-an. Semua bisa masuk dengan membawa bendera masing-masing. Jadi kita akan menampung keberagaman yang ada. Ini diharapkan jadi diferensiasi kami.
Apalagi yang jadi yang jadi pembeda, khususnya untuk kalangan milenial?
Kami adalah partai yang concern pada isu digitalisasi. Tak hanya dalam bidang yang advance seperti AI. Kami ingin mengajak anak muda, milenial untuk untuk memiliki kesadaran pada persoalan digital, tentang kedaulatan digital. Harus sadar kalau kita saat ini masih terjajah di dunia digital. Kami ingin menjadi partai yang membangun kesadaran anak muda tentang hal-hal tersebut. Yang bisa melakukannya anak muda. Anak muda ke depan harus menjadi pemegang keputusan dalam bidang digital ini. Selama 9 tahun saya belajar IT di luar negeri banyak menemukan anak muda Indonesia yang leading di group-group, mereka ini harus diberi posisi dan peran kalau mereka pulang ke Indonesia.
Untuk Capres dan Cawapres, apakah di Partai Ummat belum ada sosok yang bisa diusulkan?
Kalau sosok ada, untuk tahun 2024 kami belum bisa mengusung karena ada Presidential 20 persen dan Parliamentary Threshold 4 persen yang masih belum bisa kami penuhi sebagai partai baru. Ini threshold yang paling ajaib menurut kami. Harusnya peluang untuk menjadi capres dan cawapres itu dibuka selebar-lebarnya, biarlah masyarakat yang akan memilih. Jadi kami akan mengusung nama-nama yang sudah beredar.
Seperti diketahui Partai Ummat sudah condong ke Anies Baswedan, mengapa dia, apakah ada catatan historis tertentu?
Kita berangkat dari kriteria, yang dihasilkan dari kajian. Dari DPP kita serahkan ke Majelis Syuro. Di rakernas kita undang beberapa kandidat, yang kita undang; Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo dan Prabowo Subianto. Yang datang Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo. Dari kedua nama itu hanya Anies Baswedan yang bersedia, Gatot Nurmantyo belum siap dicalonkan sebagai Capres dari kami. Dari situ kami serangkan kepada Dewan Syuro bahwa yang sesuai kriteria dan kebutuhan bangsa saat ini Anies Baswedan. Jadi prosesnya kriteria dulu baru muncul nama, bukan dibalik. Menurut saya itulah yang membuat koalisi partai-partai saat ini mudah pecah. Soalnya nama yang sudah lebih dulu ada, saat mencari dalilnya tak ada titik temu.
Amien Rais belum lama ini mengatakan kalau Anies tidak lolos sebagai capres atau tidak lolos ke putaran kedua, ada kecendrungan akan menyalurkan suara ke Prabowo, apakah soal ini sudah dibahas di internal partai?
Saya jelaskan dulu saat itu Pak Amien menyampaikan pendapat itu dalam kondisi buru-buru, doorstop usai menghadiri sebuah acara. Kalau ditanya saat ini kita bulat mendukung Anies Baswedan. Kalau etape selanjutnya bagaimana, nanti akan kita beritahukan. Karena masih jauh belum kita bahas sekarang.
BACA JUGA:
Politik itu kan cair sekali, kemungkinan untuk mengusung nama Prabowo apa masih ada?
Hehehe, itu nanti kita jawab. Politik itu memang cair sekali. Orang yang namanya sudah muncul sebagai capres saja bisa batal. Kami masih mengikuti dan melihat perkembangan selanjutnya.
Itu artinya belum deal atau pertanda apa?
Bukan soal deal atau tidak deal, memang kami masih fokus ke salah satu calon. Sebagai partai baru fokus kita pada pileg bukan pilpres. Saat bertemu partai-partai non parlemen kami kemukakan mengapa KPU hanya melakukan debat untuk capres dan cawapres, tidak para caleg. Mungkin VOI atau ada pihak yang mau menyelenggarakan? Ini menarik.
Belakangan Anda sering melakukan muhibah ke berbagai daerah, apa saja aspirasi masyarakat yang bisa Anda serap?
Macam-macam aspirasi masyarakat daerah. Soal capres mereka mengutrakan Anies Baswedan. Soal ekonomi yang masih terjadi kesenjangan, akses pendidikan yang belum rata. Soal kemiskinan yang masih belum berubah angkanya, penduduk yang mengeyam pendidikan tinggi baru 27 persen dari 127 juta jiwa populasi. Itu secara umum persoalan yang kami tangkap, cuma ada spesifik saja tiap daerah.
Beberapa tahun belakangan menurut data BPS pertumbuhan ekonomi meningkat, bagaimana Anda melihatnya?
Klaim seperti itu bisa saja, tapi masyarakat yang merasakan langsung. Mereka mengemukakan kepada kita kesulitan yang dialami. Jadi pertumbuhan ekonomi tidak dirasakan oleh masyarakat kalau begitu.
Menurut Anda apakah umat Islam itu baiknya berkumpul dalam satu partai atau tersebar di banyak partai yang ada?
Saya sepemikiran dengan tokoh Masyumi dan salah seorang pendiri bangsa ini Moh Natsir. Dia bilang umat Islam yang beragam dan tersebar di banyak ormas rasanya sulit kalau mau digabungkan dalam satu parpol. Beberapa partai lebih masuk akal. Silahkan pilih partai mana yang cocok, yang penting tujuannya. Yang salah labelnya partai Islam tapi tujuannya berbelok.
Saat ini ada banyak parpol Islam dan juga Ormas Islam, mereka masih menonjolkan ego masing-masing, bagaimana melihat realitas ini?
Setelah Indonesia merdeka sudah ada upaya untuk menyatukan umat islam dalam satu parpol; Masyumi. Tapi itu hanya bertahan 7 tahun. Setelah itu belum ada contoh yang proven seperti yang terjadi pada Masyumi. Ini tantangan yang sulit. Tapi kalau kita merujuk pada diktum AlQuran sudah jelas Ali Imron: 104 sudah jelas perintah untuk bersatu. Lalu ada juga di Ali Imron: 105 ada juga perintah untuk jangan berselisih dan bercerai-berai. Tapi ada juga ayat lain yang mengatakan adalah hal yang mustahil untuk menyatukan seluruh umat. Yang bisa menyatukan hanya Allah. Yang bisa kita lakukan adalah membuka jalan menuju ke sana. Ini yang harus dijawab oleh seluruh politisi dan partai yang belabel Islam. Kami dari Patai Ummat bisa menjadi salah satu trigger untuk itu.
Membiayai parpol itu tak sedikit, untuk Partai Ummat dari mana dananya?
Untuk membiayai partai kami urunan dari anggota. Jadi tak ada cukong yang mendukung. Jadi tak ada ketergantungan dengan mereka. Sampai ada dari kami saat membayar iuran jadi patung, hehehe. Begitulah dinamikanya. Sebagai partai yang pas-pasan alhamdulillah, pas butuh ada. Ke depan kami akan bikin unit usaha untuk pendapatan partai.
Money politik belum bisa diberantas, bagaimana Anda mengadapi hal ini?
Ini penyakit lama yang belum bisa sembuh. Untuk Partai Ummat, mau kasih apa? Kami tentu kalah secara finansial dari partai lain. Kalau pun ada yang memberi cuma tali asih saja. Karena itu kami hadir dengan kemampuan, bukan dengan materi. Kami mendorong caleg untuk mengolah rasa saat berhubungan dengan rakyat. Itu yang bisa kami lakukan.
Ridho Rahmadi, Pakar AI yang Kini Memimpin Partai Ummat
Nama Dr. Ing. H. Ridho Rahmadi, SKom., MSc., langsung menjadi sorotan setelah diumumkan sebagai Ketua Umum DPP Partai Ummat. Dipilihnya nama dia sebagai nakhoda partai bukan hanya mengejutkan banyak orang, dia sendiri pun kagetnya sampai dua hari baru reda. Bagi Ridho, yang sebelumnya adalah dosen IT di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, jabatan yang diembannya kini adalah panggilan dan takdir hidupnya.
Awal keterlibatan pria kelahiran Yogyakarta, 13 April 1985 ini di Partai Ummat dalam bidang IT sesuai dengan keahliannya. Ketika hendak dideklarasikan, nama Ridho belum muncul. Di saat injuri time salah seorang pendiri Partai Ummat mengusulkan nama Ridho. Usul itu ditanggapi oleh peserta rapat lainnya. Akhirnya mufakat dan diserahkan kepada Amien Rais.
Ridho yang hadir di rapat itu pun kaget bukan main. Ia memang hadir, tapi sebagai peserta biasa dan duduk pun tidak di depan. “Karena bidang saya kan IT belum akan dibahas. Ternyata nama saya yang diusulkan," katanya.
Bagi pria yang menyelesaikan S1 Program Ilmu Komputer di UII (2008) dan melanjutkan ke jenjang master di Universitas Johannes Kepler Linz dan Universitas Teknik Ceko (2012) dalam bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dalam beberapa hal dirinya tak berubah meski kini sudah terjun penuh sebagai politisi.
“Meski sekarang sudah di partai, sesungguhnya ada yang tak berubah dari saya. Seperti bagaimana mengorganisasi pekerjaan, bagaimana memutuskan sesuatu, ternyata baru saya sadari sudah ada sejak jadi akademisi," katanya.
Yang paling menempa dirinya adalah saat studi lanjut ke manca negara. “Saat melakukan riset, menempa saya untuk menganalisis dan mengambil keputusan yang matang,” kata pria yang studi doktor di Universitas Radboud di Nijmegen (2019), Belanda. Ia menggondol gelar doktor di bidang Data Science & Machine Learning dengan riset yang berjudul "Finding Stable Causal Structures from Clinical Data."
Harus Beradaptasi
Mengarungi pentas politik praktis bagi Ridho Rahmadi, dia harus beradaptasi dari dunia akademisi yang sebelumnya dia tekuni. “Masuk di dunia politik ini saya harus beradaptasi, daya lentingnya harus besar. Harus bisa fleksibel dan menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi," katanya.
Ada sesuatu yang baru yang ditemuinya di dunia politik, yaitu menemukan beragam tipe manusia. “Kalau di kampus, saya hanya menemukan dua tipe orang. Ada yang baik dan yang sangat baik. Tapi di dunia politik saya menemukan tipe orang yang amat banyak, dari A sampai Z ada," katanya.
Nasihat Moh Natsir yang disampaikan MS Kaban kepada Ridho amat membekas. “Apa pun boleh, namun hanya selesai di ranah pikiran saja. Jangan dibawa ke dalam hati. Kalau dibawa ke hati bisa sakit perut,” katanya. “Saya bilang Pak Kaban telat Pak, mestinya saya dengar nasihat ini dua pekan yang lalu. Soalnya saya kemarin sudah sakit perut. Harusnya dua minggu yang lalu saya dengarkan nasihat ini,” lanjutnya sembari terkekeh.
Dia akan lebih banyak belajar dengan dunia yang baru dan iklim kerja yang baru. “Selama dua tahun terjun di politik ini saya sudah mengalami penyakit-penyakit yang sebelumnya belum pernah dialami,” ungkap Ridho.
Ia menegaskan yang dilakoninya kini adalah menikmati proses yang terjadi. “Soalnya itu adalah satu-satunya pilihan yang harus saya hadapi sekarang. Kalau tidak, saya sudah kolaps di hari kedua terpilih sebagai Ketua Umum Partai Ummat,” katanya.
Ridho meniatkan apa yang dilakoninya di pentas politik ini untuk perjuangan di jalan Allah. “Saya niatkan ini adalah perjuangan mardhatillah, mencari ridha Allah SWT. Melenceng dari hal itu bisa kolaps,” tegasnya.
Anak Partai Ummat
Ridho Rahmadi menyadari pentingnya minum air putih. Gara-gara kurang minum air putih, ia sempat dilarikan ke rumah sakit. “Air putih itu amat penting, saya diopname selama empat hari karena kurang minum air putih. Saya jadi ke depan saya tak boleh lupa dengan asupan air putih yang cukup,” ujarnya.
Kesibukan yang tinggi di pentas politik membuat Ridho tak bisa lagi seperti dulu dalam berolahraga. Namun dia berupaya agar tetap bisa bergerak dan berkeringat. “Saya sekarang berusaha konsisten untuk berolahraga jalan kaki kira-kira 5 kilometer per hari, kalau di GBK lima kali putaran. Jalan itu bisa menurunkan berat badan. Soalnya kalau lari justru tidak bisa menurunkan berat badan. Apalagi kalau lari dari kenyataan, hehehe,” kata Ridho dengan nada canda.
Untuk urusan makanan, Ridho mulai mengurangi asupan makanan berlemak. “Menjelang usia 40 ini saya mengurangi makanan berlemak, gorengan, dan gula. Ke depan saya mau lanjutkan puasa nabi Daud (sehari puasa sehari tidak) yang sempat stop setelah saya sakit,” kata Ridho yang meniru kebiasaan Amien Rais yang juga melakoni puasa nabi Daud.
Terjun di partai politik adalah pengorbanan bagi dia, waktu bertemu keluarga jadi berkurang. “Dua minggu sekali baru bisa pulang ke Jogja untuk dua atau tiga hari. Itulah yang saya optimalkan untuk keluarga, istri, dan anak-anak. Di luar itu ya cuma bertelepon atau video call saja. Setelah itu kembali lagi ke pentas politik,” kata Ridho yang suka bermain dan nonton film dengan anak-anaknya.
Setelah Ridho Rahmadi terlibat di Partai Ummat dia dikarunia seorang anak dari dua anak sebelumnya yang sudah ada. “Jadi ceritanya tahun 2019 saya pulang dari Belanda. Lalu kami program untuk dapat anak ketiga, eh enggak dapat-dapat. Akhirnya saya dan istri pasrah. Setelah masuk partai ternyata di tahun kedua istri saya hamil. Mungkin karena jarang bertemu, romantis kalau jumpa. Akhirnya kami dikarunia anak ketiga. Alhamdulillah anak saya yang ketiga ini sudah setahun usianya. Ini adalah produknya Partai Ummat, hehehe,” ungkapnya.
"Partai Ummat adalah partai yang concern pada isu digitalisasi. Tak hanya dalam bidang yang advance seperti AI. Kami ingin mengajak anak muda, milenial untuk untuk memiliki kesadaran pada persoalan digital, tentang kedaulatan digital. Harus sadar kalau kita saat ini masih terjajah di dunia digital. Kami ingin menjadi partai yang membangun kesadaran anak muda tentang hal-hal tersebut,"