Partager:

JAKARTA - Dimas Aditya menunjukkan aktingnya lewat film Mumun arahan Rizal Mantovani. Kemunculannya sekaligus menandai akhirnya vakum sang aktor sejak awal pandemi.

Pada tahun 2021, ia memiliki dua film yaitu Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah serta Yuni. Akan tetapi ia sudah lama tidak mengambil proyek film. Pandemi mengubah hidupnya dalam sekejap.

“Karena tahun pertama pandemi tuh memang gak mau ambil kerjaan juga waktu itu istri baru melahirkan. Jadi punya anak. Jadi fokusnya juga pandemi ya kita takutlah kemana-mana,” Dimas Aditya membuka cerita kepada VOI di Cikini, Jakpus, Senin, 29 Agustus.

Saat itu, Dimas harus menutup bisnis otomotifnya di tengah pandemi. Ia pun merasa segan ketika bekerja karena tidak ingin keluarganya terpapar virus.

“Ketika semua orang udah mulai jalan, teman-teman seprofesi udah mulai syuting lagi, aku udah sempat naik berat badan tuh 12 kg. Jadi mencoba untuk adaptasi lagi lah dengan situasinya, dengan tubuh. Semuanyalah psikis segala macam,” kenang Dimas.

Dimas Aditya (Foto: Puput Puji, DI: Raga/VOI)

Mumun jadi tawaran akting pertama yang sampai kepadanya. Ada keraguan dalam dirinya ketika melihat proyek ini. Pertama, film ini merupakan adaptasi dari judul sinetron yang fenomenal di masanya.

Kemudian, ia mengaku tidak percaya diri dengan penampilannya. Belum lagi ia jauh dari genre film horor.

“Awalnya sih sebenarnya enggak pede ya tapi semua orang di set tuh menyenangkan sih enggak ada yang bodyshaming. Alhamdulillah tokohnya kan kharismatik gitu bukan tokoh yang ganteng. Karena gak pernah disebutkan kalau Juned itu ganteng dalam film,” kata Dimas.

Dimas Aditya berperan sebagai Juned, kekasih Mumun (Acha Septriasa) yang baik hati dan suka menolong. Namun sebuah kecelakaan membuat Mumun meninggal dan Juned sangat sakit hati.

“Dia tipikalnya baik-baik lah. Cuman dia itu kadang-kadang labil dengan pikirannya dia sendiri jadi kadang dia terlalu banyak berpikir. Banyak khawatiran padahal sebenarnya khawatiran itu sangat baik cuma kadang itu berlebihan dan mengganggu orang juga,” deskripsi Dimas soal karakternya.

“Gue belajar dari Acha. dia komit banget dengan semua yang dia ambil. Jadi gue belajar sama dia tuh dari gue belajar akting sampai dia memerankan sebuah karakter dengan sangat detail,” lanjut suami Tika Bravani ini.

Ia mendapat arahan dari Hj. Mandra dalam menghidupkan karakter Juned. Pada versi sinetronnya, Juned berbicara sangat betawi dan bekerja memperbaiki televisi dan radio. Mandra juga memahami bahwa Juned adalah karakter betawi modern sehingga tidak perlu dipaksakan.

Dimas Aditya (Foto: Puput Puji, DI: Raga/VOI)

“Di sini saya punya toko hp. Jadi dibikin sedikit lebih modern dan kata pak Hj. Mandra waktu itu kita bawa karakternya nih disesuaikan aja di situasi sekarang. “Saya gak mau kalau kalian gak nyaman dengan Betawi yang terlalu ngapak, jangan dimulai dengan seperti itu,” jelas pria kelahiran 7 September 1984.

Tidak hanya itu, Hj. Mandra juga berpesan meskipun Mumun adalah film horor namun dia ingin karakter Mumun tidak dijadikan bahan olokan oleh publik.

“Kan ada orang ngetawain misalnya becandain hantu ini lah hantu ini. Coba kita membawakan ini dengan rasa yang menghormati dan sebaik mungkin supaya hasilnya juga bagus. Kita juga dimudahkan dalam proses pengerjaannya,” katanya.

Kemudahan itu juga diterima Dimas Aditya kala beradu akting dengan Acha Septriasa. Diketahui keduanya pernah adu peran dalam satu judul ftv (Cinta di Atas Wajan) pada tahun 2011.

“Alhamdulillah Acha (Septriasa) jadi partnernya, dia tau ketika aku kesulitan di frame dia akan apa. Aku dibilang di sini gue lebih banyak lempar bola aja maunya gimana nanti gue ikut. Jadi aku di sini lebih ke ikut direct sutradara seperti apa, Acha maunya seperti apa dan aku ikut aja,” ujar Dimas.

Acha juga diakui Dimas banyak membantu dalam akting. Dimas mengaku tidak siap setelah sekian lama tidak berakting. Sebagai teman yang baik, Acha pun banyak memberi penyesuaian dengannya.

“Yang sulit dari aku adalah memulai kembali. Tapi Alhamdulillah partnernya Acha Septriasa yang sudah tahu kesulitan aku seperti apa. Mas Rizal juga kooperatif banget jadi aku mulai terbantu,” kata Dimas Aditya.

“Di sini sih menjadi awal yang baik buat aku. Belajar lagi untuk menyesuaikan diri. Karena Acha membantu untuk membawa ke arah sana,” lanjutnya.

Lebih Akrab dengan Film Horor

Dimas Aditya (Foto: Puput Puji, DI: Raga/VOI)

Sejak Pengabdi Setan (2017), Dimas Aditya belum pernah mengambil film horor lagi. Hal itu yang membuatnya sempat ragu ketika memilih film Mumun.

“Sejak Pengabdi Setan, gue gak pernah ngambil horor. Gue pernah bilang sama bang Joko (Anwar) waktu itu “Kayaknya untuk gue balik ke horor itu susah bang,” cerita Dimas Aditya.

“Gue memutuskan untuk balik ke horor ini karena legend, sinetron tv yang gue nikmati juga terus yang kedua gue ketemu Acha lagi. 12 tahun gue gak ketemu terus kita ketemu lagi, main proyek lagi menyenangkan aja buat reuni,” ungkapnya.

“Ekstranya film horor kan jam kerjanya terbalik jadi ya setiap gue syuting nih anggap nih horor dan komedi, oh kalo horor gue harus lebih fit paling gitu. Kalau untuk mencari karakter dan untuk di lokasi syuting gue samain persepsinya,” lanjut Dimas.

Aktor 37 tahun bersyukur proses syuting film Mumun berjalan lancar. Sejak awal reading, ia tidak mengalami hal berat karena kru dan para pemainnya memiliki energi positif.

Dimas Aditya (Foto: Puput Puji, DI: Raga/VOI)

Ia juga berusaha agar tidak menganggap semua scene dalam film horor itu berat. Ia belajar dari aktor Adipati Dolken yang pernah mengatakan tidak ada scene yang berat.

“Ketika lo menganggap scene itu berat, beban lo akan jadi berat untuk memulai itu tapi ketika lo menganggap semua scene itu sama. Udah. Lo jadinya flow aja gitu ketika lo mainkan, lo menikmati proses itu jadi semua gak dibawa berat,” ungkap Dimas Aditya.

“Di lokasi syuting ya sopan semua pemainnya. Mungkin karena itu juga kita dilancarkan gak ada yg aneh, kesurupan padahal cuma dibrief tolong (karakter Mumun) jangan diolok-olok,” lanjutnya.

Di sisi lain, Dimas Aditya sempat merasa terganggu. Pasalnya 2 hari sebelum syuting, lehernya sakit seperti ketarik. Alhasil di awal syuting, ia mengenakan neck support agar lehernya bisa kembali normal.

“Syuting kan 2 minggu lebih. Harusnya dalam 3 hari udah selesai cuman gara gara salah tidur. Padahal biasanya gue tidur seperti itu normal ternyata itu terus berlangsung selama syuting,” kenangnya lagi.

Dimas Aditya (Foto: Puput Puji, DI: Raga/VOI)

Secara keseluruhan, Dimas Aditya bersyukur mendapat kepercayaan berperan sebagai Juned. Ia pun berharap nostalgia yang dihadirkan lewat film Mumun bisa diterima positif oleh penonton.

“Namanya film pasti ada kekurangan ya tapi overall sih gue cukup puas dengan apa yang gue lihat. Menurut gue film itu gak akan bisa memuaskan semua orang. Film itu seperti makanan, selera,” jelasnya.

“Dan kalau ada orang yang gak suka dengan film ini terus punya opini pribadi ya sah-sah aja. Tapi ketika dia menyerang film ini ya itu pilihan mereka untuk nonton jadi ada film bagus, film jelek ya kembali ke selera masing-masing,” tutup Dimas Aditya.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)