Bagikan:

JAKARTA - Emiten pengembang properti PT Sentul City Tbk (BKSL) meraih kinerja yang menggembirakan di sembilan bulan pertama tahun ini. Pendapatan dan laba perusahaan milik konglomerat Stella Isabella Djohan ini meningkat pesat di kuartal III 2021.

Dalam laporan keuangan Sentul City, dikutip Selasa 2 November, perseroan membukukan lonjakan pendapatan sebesar 959,15 persen secara tahunan menjadi Rp2,62 triliun. Adapun, pada periode yang sama tahun lalu pendapatan BKSL tercatat senilai Rp247,54 miliar

Sentul City pun berbalik laba menjadi Rp313,36 miliar pada akhir kuartal III 2021 dari posisi sebelumnya rugi bersih Rp325,52 miliar.

Adapun, pendapatan perseroan ditopang oleh penjualan lahan siap bangun, rumah hunian, ruko, dan apartemen yang melambung 2.066,20 persen menjadi Rp2,48 triliun dari sebelumnya Rp114,51 miliar. Sedangkan pendapatan pengelolaan kota turun 13,30 persen menjadi Rp59,49 miliar dan pendapatan hotel, restoran, taman hiburan naik 27,08 persen menjadi Rp81,83 miliar.

Presiden Direktur Sentul City Tjetje Muljanto mengatakan kenaikan penjualan perseroan ditopang oleh penjualan ritel serta block sales ke investor lokal maupun asing.

"Ini menunjukkan bahwa bisnis properti tetap memiliki peluang yang baik untuk saat ini dan kedepannya. Hal ini juga menunjukkan minat investor dalam dan luar negeri untuk investasi di Sentul City semakin meningkat," ujar Tjetje.

Sementara itu, kenaikan pendapatan perseroan dari lini hiburan disebut sejalan dengan pemulihan aktivitas sektor riil setelah program vaksinasi COVID-19 diluncurkan.

Dari sisi aset, total aset BKSL turun 7,12 persen sejak awal tahun menjadi Rp17,06 triliun dari sebelumnya Rp18,37 triliun. Ekuitas naik 3,17 persen menjadi Rp10,57 triliun dan liabilitas jatuh 20,12 persen menjadi Rp6,48 triliun.

"Liabilitas turun disebabkan penurunan pada liabilitas jangka panjang bank sebesar Rp873 miliar atau 42 persen year-to-date," ujar Tjetje.

Hal itu disebut Tjetje mengonfirmasi kemampuan perseroan memenuhi komitmen untuk memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga dengan baik. Adapun, performa debt to equity ratio perseroan yang sebesar 21,15 persen saat ini berada jauh di bawah rata-rata perusahaan sejenis.

Sedangkan penguatan ekuitas perseroan disebut Tjetje juga berasal dari penjualan properti investasi AEON Mal dan sebuah block sales Genting Property Malaysia pada tahun ini.

"Saat ini, Sentul City juga tengah bernegosiasi dengan tujuh investor dari dalam dan luar negeri, beberapa di antaranya adalah developer dan mall operator yang siap bekerjasama dengan perseroan melalui pola KSO, revenue sharing, sistem sewa lahan maupun jual beli putus," pungkas Tjetje.