Bagikan:

JAKARTA - Stafsus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga menegaskan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung milik PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) bukanlah proyek yang mubazir. Proyek tersebut menurutnya, akan balik modal setelah 40 tahun.

Menurut Arya, hal tersebut juga sama halnya dengan proyek infrastruktur berbasis rel lainnya.

"Coba aja cek di MRT (mass rapid transit). Berapa tahun? Mirip-mirip, enggak akan jauh nanti dari situ 40-an tahun juga. Jadi kalau dikatakan sampai kapanpun akan rugi, itu konyol. Itu Faisal Basri sangat-sangat konyol," ujarnya kepada wartawan, dikutip Jumat, 15 Oktober.

Lebih lanjut, Arya juga menjelaskan bahwa pembangunan proyek moda transportasi berbasis rel atau railway memang tidak akan mengembalikan biaya investasi dalam waktu singkat. Menurut dia, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga negara lain termasuk negara maju.

"Dan hampir semua di seluruh dunia namanya railway, investasi di kereta api, kereta seperti itu pasti panjang, enggak mungkin pendek. Dan ini umum seperti itu. Hampir semua negara yang low investasi untuk perusahaan khususnya untuk usaha kereta cepat kek, MRT, ya segitu," ucapnya.

Arya juga menyayangkan omongan Faisal Basri. Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) itu meyakini proyek tersebut mubazir dan tidak akan balik modal sampai kapanpun.

"Faisal Basri tuh salah total. Yang mengatakan sampai kapan pun enggak mungkin, sampai kapanpun pasti rugi. Ya mana ada investor mau masuk dengan kondisi nanti rugi. Itukan konyol. Faisal Basri konyol betul itu," katanya.

Arya juga menyayangkan pernyataan Faisal tidak berbasis data. Menurut Arya, apa yang disampaikan Faisal hanya bersifat subjektif sehingga tidak memiliki angka-angka pasti.

"Dan kelihatan beliau itu tidak pakai angka, tidak pakai analisa hanya subjektifnya aja yang muncul. Jadi itu kesalahan besar. Sayang sekali Faisal Basri itu ngomong seperti itu. Itu enggak benar," tuturnya.

Menurut Arya, belum ada angka pasti perihal pembengkakan biaya atau cost overrun pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Saat ini, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tengah melakukan audit atas perkara cost overrun tersebut.

Padahal, manajemen PT Kereta Api (Persero) sudah membeberkan pembengkakan KCJB mencapai 3,8 miliar hingga 4,9 miliar dolar AS atau setara Rp54 triliun hingga Rp 69 triliun.

"Ini perlu saya sampaikan bahwa memang kita masih menghitung. Tunggu dulu nih. Cost overrun itu muncul berapa angka yang sebenarnya. Setelah diaudit oleh BPKP baru kita bisa tahu angka yang sebenarnya," katanya.

Sebelumnya, Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritik sejumlah proyek infrastruktur transportasi yang dibangun pemerintah. Adapun proyek yang dimaksud yakni bandar udara (bandara), pelabuhan hingga kereta cepat.

Faisal mengatakan proyek-proyek infrastruktur tersebut dianggap mubazir karena tidak akan menguntungkan namun investasinya sangat besar. Karena itu, ia menilai, pemerintahan saat ini sangat boros, bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan negara.

"Dibangun proyek yang enggak karu-karuan proyek kereta cepat lah yang tadinya business to business sebentar lagi mau disuntik pakai APBN. Kertajati lebih baik barangkali jadi gudang ternak saja, pelabuhan Kuala Tanjung dibangun dekat Belawan, LRT Palembang, sekadar beberapa saja yang saya sampaikan, jadi ini menurut saya kesimpulannya sudah salah pucuk pimpinan," katanya dalam diskusi virtual, Rabu, 13 Oktober.