Bagikan:

JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menduga adanya perilaku koruptif di balik utang Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) senilai Rp43 triliun. Menurut dia, utang tersebut ada karena korupsi secara terselubung.

Karena itu, Erick pun berjanji akan membuka kasus tersebut. Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Erick menjelaskan bahwa utang yang menggunung di BUMN kebanyakan adalah utang lama.

Erick meminta dukungan parlemen untuk memastikan restrukturisasi utang yang dijalankan oleh sejumlah perusahaan pelat merah, tidak hanya sekadar untuk menunda persoalan. Saat ini, kata Erick, pihaknya sedang memfasilitasi restrukturisasi utang PTPN III dengan 50 kreditur baik dalam dan luar. Skema yang dilalui berupa kesepakatan intercreditor atau Intercreditor Agreement (ICA) dengan seluruh anggota kreditur sindikasi dolar AS serta SMBC Singapore sebagai agen.

"Ketika PTPN punya utang Rp43 triliun dan ini merupakan penyakit lama yang kita sudah tahu dan ini suatu yang saya rasa korupsi yang terselubung, yang memang harus dibuka dan dituntut yang melakukan ini," katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, dikutip Kamis, 23 September.

Lebih lanjut, Erick mengingatkan bahwa restrukturisasi utang BUMN tidak sekadar memanjangkan cicilan bunga bank, namun ditransformasikan melalui refocusing ke program atau proyek yang mendatangkan profit bagi perusahaan.

"Setelah restrukturisasi PTPN harus melakukan efisiensi yang besar-besaran terhadap operasionalnya. Lalu kedua, corporate action, corporate action disitu salah satu, memang dituntut. Kita inisiasi, tadi, selain efisiensi, peningkatan daripada produksinya," katanya.

Sekadar informasi, salah satu hasil dari upaya perbaikan perkreditan itu akhirnya membuahkan hasil. Tercatat, hingga Agustus 2021 PTPN III mencatatkan untung sebesar Rp2,3 triliun dengan tingkat penjualan meningkat 37 persen. Padahal, tahun ini diproyeksikan perseroan mengalami rugi sebesar Rp1,4 triliun.

Selain itu, Erick mengaku juga akan melakukan refocusing anggaran PTPN III untuk beberapa program yang dinilai unggul, misalnya, budidaya kelapa sawit hingga meningkatkan produksi gula konsumsi.

"Dan, kalau kita benchmarking kelapa sawit BUMN dengan swasta lumayan tidak jauh seperti jaman dulu. Di situlah terjadi peningkatan revenue sebanyak 37 persen. Jadi, focusing daripada produk yang ada PTPN ini menjadi kunci," ucapnya.

Kinerja PTPN semester I 2021

Kinerja PTPN III membaik pada semester I 2021. Perusahaan berhasil mencetak laba bersih senilai Rp1,5 triliun. Perolehan tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat minus Rp1,1 triliun.

Dalam rapat dengan Komisi VI pada 20 September, Direktur Utama PTPN III Muhammad Abdul Ghani mengatakan sampai dengan Juni 2021 kinerja PTPN jauh melampaui tahun lalu, baik dari sisi operasional dan sisi finansial.

Selama paruh pertama tahun ini, induk holding perusahaan perkebunan milik negara ini mencatat penjualan Rp21,3 triliun atau melonjak 37 persen secara tahunan. Dari sisi produktivitas, berbagai komoditas yang dikelola perusahaan mencatatkan kenaikan.

Produktivitas kelapa sawit meningkat 112 persen menjadi 9,87 ton per hektar. Kemudian, produksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) mencapai 1,27 juta ton.

Menurut Ghani, kelapa sawit memiliki andil penting terhadap keuntungan yang diterima perusahaan pada semester lalu. Kemudian, produksi komoditas tebu juga naik hingga 73,3 ton per hektar.

Untuk produk turunan tebu seperti gula dan tetes menanjak masing-masing sebesar 0,27 juta ton dan 0,11 ton. Pada akhir tahun ini, perusahaan menargetkan untuk memproduksi gula hingga 800 ribu ton.