Pangkas Direksi PTPN, Erick Thohir: Kondisi Berat Karena Punya Utang Rp48 Triliun
Menteri BUMN Erick Thohir, tengah bersama jajaran Kementerian BUMN (Foto: Humas BUMN)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melakukan perombakan besar-besaran pada perusahaan perkebunan pelat merah, mulai dari PTPN I hingga XIV. Transformasi dilakukan melalui holding perkebunan, yakni PT Perkebunan Nusantara III (Persero).

Menteri BUMN Erick Thohir menjelelaskan, pada perombakan itu dirinya terpaksa harus menghapus banyak jabatan direktur, termasuk semua direktur utama di 14 PTPN dan hanya menyisakan satu direksi.

"PTPN dalam kondisi berat, dengan segala hormat kami lakukan efisensi besar-besaran. Kemarin banyak sekali jumlah direksi harus kami pangkas, yang bukan holding akhirnya hanya satu direkturnya. Karena PTPN holding punya total utang Rp48 triliun," katanya, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Selasa, 9 Juni.

Efesiensi direksi tidak dilakukan di PTPN III. Sebagai induk holding, PTPN III masih memiliki direksi yang lengkap.

Sinergikan PTPN dan Perhutani

Selain efisiensi di tubuh holding PTPN, Erick memasukkan Perum Perhutani dalam klaster perkebunan. Dengan penggabungan ini nantinya ada 130 ribu hektare lahan perkebunan tebu yang dimiliki, per hektarenya akan ditambah plasma rakyat seluas 140 ribu.

Erick berujar, penggabungan PTPN dengan Perhutani akan meningkatkan produksi tebu 7 ton per hektare. Jika itu terealisasi, PTPN akan bertransformasi menjadi tulang punggung produksi gula nasional, khususnya untuk memenuhi kebutuhan 3,5 juta ton gula konsumsi agar tak perlu mengandalakan impor.

"Tapi gula industri saya rasa sampai kapanpun impor harus dijalankan. Tapi untuk konsumsi PTPN bersama Perhutani harus kami sinergikan supaya swasembada ke depan bisa dilakukan," jelasnya.

Selain itu, Erick mengungkap, pihaknya tak ingin utang yang membelit holding PTPN mengorbankan program inti plasma tebu rakyat dan perkebunan lainnya yang menyerap banyak padat karya. Karena itu, Erick berencana melakukan restrukturisasi utang besar-besaran di tubuh holding PTPN.

"Maka dari itu, mau tidak mau PTPN mendapat dana talangan supaya cashflow bisa tetap baik. Tetapi akan ada juga program restrukturisasi besar seperti Krakatau Steel," ucapnya.

Erick menjelaskan, Krakatau Steel telah menyelesaikan restrukturisasi utangnya yang mencapai 2,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 30,8 triliun pada awal tahun ini. Menurut dia, restrukturisasi utang ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah BUMN.

Perlu diketahui, PTPN grup merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia dengan luas konsesi perkebunan mencapai 1,17 juta hektar. Portofolio perkebunan beragam komoditas, antara lain kelapa sawit, tebu, karet, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing.