Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah tengah bersiap menghadapi era transformasi digital yang berdampak pada peningkatan nilai ekonomi. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa ekonomi digital dapat memangkas jarak atau gap kesenjangan antara orang yang punya dengan yang tidak punya.

"Studi dari ADB menunjukkan bahwa dengan ekonomi digital akan terkikis antara yang punya dan yang tidak punya, gap antara yang kaya dengan yang miskin," ucapnya dalam acara 'Launching Produk Bersama Warung Pangan' secara virtual, Kamis, 16 September.

Kata Lutfi, melalui aplikasi Warung Pangan, gap tersebut bisa dipersempit. Menurut dia, aplikasi ini harus didukung karena ini merupakan terobosan yang dilakukan Kementerian BUMN. Apalagi, dengan aplikasi ini yang ditolong bukan hanya pelanggan tetapi juga penjual.

"Ini merupakan terobosan Kementerian BUMN yang mesti kita dukung karena ini yang ditolong bukan hanya customer-nya tetapi juga penjualnya dan ini juga memberikan nilai tambah kepada petani, pelaku usaha yang NTP-nya kadang-kadang untung, banyakan ruginya," katanya.

Namun, kata Lutfi, tak hanya berhenti pada pembuatan aplikasi, tetapi harus didukung dengan pengembangkan inovasi teknologinya. Tujuannya agar Warung Pangan ini bisa bersaing dengan e-commerce lainnya seperti Shopee dan Tokopedia.

"Karena ini kita berbasis pada teknologi jadi harus bersandar kepada inovasi. Jadi jangan bikin punya app terus sudah, kita mesti membangun inovasi teknologinya untuk bisa bersaing. Agar warnanya yang oranye ini, bisa mengalahkan oranye yang lain gitu loh," jelasnya.

Sekadar informasi, sumbangsih ekonomi digital Indonesia terus meningkat, utamanya dari e-commerce. Berdasarkan catatan Startup Ranking nilai transaksi ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat menjadi Rp4.531 triliun pada 2030 didominasi sektor e-commerce.

Pertumbuhan ekonomi digital itu didukung oleh pengguna internet yang terus meningkat. Menurut survei APJII pengguna internet Indonesia mencapai 202,6 juta orang sejak dua tahun lalu. Dari angka tersebut, 65,1 persen  menggunakan internet untuk mengakses jaringan sosial. Generasi dalam rentang usia 20-24 tahun dan 25-29 tahun memiliki angka penetrasi hingga lebih dari 80 persen pengguna internet di Indonesia.