Ekonomi Tumbuh 7,07 Persen, Mendag Lutfi: Ditopang Konsumsi yang Lebih Tinggi dari Sebelum Pandemi
Menteri Perdagangan, M. Lutfi. (Foto: Dok. Kemendag)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia berhasil keluar dari resesi ekonomi imbas pandemi COVID-19. Keberhasilan ini ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 7,07 persen secara year on year (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini juga ditopang perbaikan perdagangan dan konsumsi.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengaku gembira atas kembali positifnya perekonomian Indonesia setelah sebelumnya mengalami kontraksi yang cukup panjang. Hal ini juga menunjukkan membaiknya kinerja sektor perdagangan.

"Pengumuman BPS dikatakan bahwa kuartal II tahun 2021 pertumbuhannya menggembirakan 7,07 persen yoy. Pertumbuhan ekonomi didukung pertumbuhan sektoral yang sangat menggembirakan terutama di bawah Kemendag yang banyak kita bisa hitung," tuturnya dalam acara 'Dialog Ekonomi tentang Kinerja Ekonomi Kuartal II 2021', secara virtual, Kamis, 5 Agustus.

Lebih lanjut, Lutfi mengatakan membaiknya kinerja ekonomi kuartal II tahun ini, juga selaras dengan tren mitra dagang Indonesia yang rata-rata tumbuh 7,9 persen. Di antaranya Amerika mengalami pertumbuhan 12,2 persen, Singapura yang tumbuh 14 persen serta Uni Eropa yang tumbuh 13,7 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi, kata Lutfi, dari sektor perdagangan ditopang konsumsi yang tumbuh 5,93 persen. Selanjutnya ekspor tumbuh 31,78 persen serta impor 22 persen, di mana 90 persen impor merupakan bahan baku industri.

"Pertumbuhan konsumsi sudah berada di level 5,93 persen datanya itu menunjukkan ini adalah level sudah kembali bahkan lebih baik dibanding sebelum masa pandemi," katanya.

Kemudian, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 25,1 persen. Sementara akomodasi makanan minuman mencatatkan kenaikan 21,58 persen. Kemudian, sektor perdagangan ritel tumbuh sebesar 9,44 persen serta industri pengolahan yang juga tumbuh 6,58 persen.

Menurut Lutfi, komposisi produk domestik bruto atau PDB kuartal ini juga didukung kenaikan pengeluaran rumah tangga sebesar 57,23 persen. Kemudian konsumsi non-rumah tangga tumbuh 1,32 persen, serta konsumsi pemerintah sebesar 8,7 persen.

"Artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh konsumsi besarnya 58,55 persen daripada perekonomian Indonesia," ucapnya.

Lalu, lanjut Lutfi, konsumsi bahan bakar pun mengalami peningkatan sebesar 46,6 persen. Sedangkan suku cadang dan aksesoris lainnya tumbuh 24 persen. 

"Begitu juga kalau kita lihat daripada pertumbuhan impor sudah jauh lebih membaik dibanding periode ketika belum terjadinya pandemi," katanya.