JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan impor bahan baku dan barang modal pada Agustus 2021 sebesar masing-masing 8,39 persen dan 16,44 persen secara bulanan atau month-to-month (m-t-m). Adapun secara tahunan atau year-on-year tercatat sebesar 59,59 persen dan 34,56 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan struktur impor menurut penggunaan barang menjadikan kedua komoditas tersebut menyokong 74,20 persen dari total impor Indonesia pada Agustus 2021.
“Ini menggambarkan terjadinya kegiatan industri yang semakin bagus karena impor bahan bakunya meningkat, impor barang modalnya juga meningkat. Kondisi ini menandakan permintaan sektor industri cukup baik dan impor barang modal mencerminkan kebutuhan kapasitas produksi semakin bagus,” tuturnya.
Dalam penjelasannya, Margo mengungkapkan bahwa nilai impor Indonesia Agustus 2021 mencapai 16,68 miliar dolar AS, naik 10,35 persen dibandingkan Juli 2021 atau naik 55,26 persen dibandingkan Agustus 2020.
Secara terperinci, impor migas Agustus 2021 senilai 2,05 miliar dolar AS, naik 14,74 persen dibandingkan Juli 2021 atau naik 115,75 persen dibandingkan Agustus 2020.
Sementara impor nonmigas Agustus 2021 senilai 14,63 miliar dolar AS, naik 9,76 persen dibandingkan Juli 2021 atau naik 49,39 persen dibandingkan Juli 2020.
BACA JUGA:
“Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Agustus 2021 dibandingkan Juli 2021 adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya 318,5 juta dolar AS (16,99 persen). Sedangkan penurunan terbesar adalah ampas dan sisa industri makanan 96,4 juta dolar AS (23,65 persen),” katanya.
Lebih lanjut, menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari– Agustus 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi 2,82 miliar dolar AS (29,79 persen), bahan baku/penolong 25,00 miliar dolar AS (36,84 persen), dan barang modal 2,89 miliar dolar AS (19,60 persen).
Dalam kesempatan tersebut Kepala BPS juga menyampaikan jika nilai ekspor pada Agustus 2021 adalah sebesar 21,42 miliar dolar AS. Ini artinya terjadi surplus perdagangan 4,74 miliar dolar AS.
“Kondisi neraca perdagangan ini terutama berasal dari sektor nonmigas 5,72 miliar dolar AS. Sedangkan di sektor migas terjadi defisit 980 juta dolar AS,” tutup Margo.