JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan Indonesia bisa menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dalam kurun waktu tiga hingga empat tahun ke depan. Hal ini lantaran Indonesia memiliki cadangan nikel yang besar. Seperti diketahui, nikel merupakan bahan baku utama baterai lithium.
Lebih lanjut, Jokowi menjelakan, upaya menjadikan Indonesia sebagai industri kendaraan listrik terbesar adalah agar bisa memberikan nilai tambah dari komditas tambang nikel. Menurut dia, hilirisasi industri nikel akan meningkatkan nilai tambah bijih nikel secara signifikan.
Kata Jokowi, jika nikel diolah menjadi sel baterai, nilainya bisa meningkat enam hingga tujuh kali lipat. Kemudian, apabila dikembangkan menjadi mobil listrik akan meningkat lagi nilai tambahnya yaitu 11 kali lipat.
"Indonesia memiliki cadangan nikel tebesar di dunia dengan potensi yang luar biasa. Itu saya yakin dalam tiga hingga empat tahun ke depan, melalui manajemen yang baik pengelolaan yang baik akan bisa menjadi produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel seperti baterai litium, baterai listrik, baterai kendaraan listrik," katanya dalam kegiatan peletakan batu pertama industri baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu, 15 September.
Tren ke depan, kata Jokowi, akan mulai meninggalkan kendaraan berbahan bakar minyak dan beralih ke kendaraan listrik. Hal ini ditandai dengan banyaknya investasi yang beralih ke industri-industri yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya yakni Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution yang menanamkan modalnya sebanyak 1,1 miliar dolar AS.
BACA JUGA:
Kata Jokowi, investasi tersebut merupakan sebuah keseriusan dari perusahaan untuk meninggalkan energi kotor dan beralih ke energi ramah lingkungan.
"Pembangunan pabrik ini merupakan wujud keseriusan pemerintah melakukan hilirisasi industri. Era kejayaan komoditas bahan mentah sudah berakhir dan kita harus berani mengubah struktur ekonomi yang selama ini berbasis komoditas untuk masuk ke hilirisasi masuk ke industrialisasi menjadi negara industri yang kuat," ujarnya.
Di samping itu, Jokowi mengatakan pemerintah akan terus berupaya secepatnya untuk keluar dari negara yang mengekspor bahan mentah. Termasuk pula melepaskan ketergantungan impor dari negara maju.
"Karena itu strategis bisnis besar negara adalah keluar secepatnya dari jebakan negara pengekspor bahan mentah dengan mempercepat revitalisasi industri pengolahan, sehingga bisa memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi," ucapnya.