Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, Indonesia cukup siap untuk mengadaptasi gaya hidup kendaraan listrik.

Hal tersebut terlihat dari langkah Menko Airlangga Hartarto dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Mamit mengatakan, Airlangga banyak bertemu dengan pejabat produsen otomotif, baik dalam kunjungannya ke Jepang beberapa waktu lalu maupun di Jakarta.

Selain mendorong industri kendaraan listrik, yaitu ikut dalam peluncuran mobil listrik asal pabrikan Wuling, Airlangga juga menginisiasi penggunaan mobil listrik untuk delegasi G20, yakni Lexus UX 300e yang didatangkan dari Jepang.

“Langkah yang dilakukan Pak Airlangga adalah langkah yang bagus. Saya mengapresiasi apa yang dilakukan dengan adanya pertemuan ini. Mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan KTT G20 nanti dan pastinya dalam perkembangan ekosistem mobil listrik di Indonesia,” katanya di Jakarta, Rabu, 10, Agustus.

Meski terlihat Indonesia cukup siap mengadaptasi gaya hidup kendaraan listrik, kata Mamit, ada sejumlah kendala yang dihadapi. Seperti pada infrastruktur dan juga harga kendaraannya.

“Memang salah satu kendala kendaraan listrik terkait infrastruktur, bagaimana PLN terutama bisa meningkatkan SP KLU, sehingga masyarakat bisa lebih mudah untuk melakukan pengisian,” ungkap Mamit.

Tren otomotif global, lanjut Mamit, kini bergerak ke arah kendaraan ramah lingkungan. Ini juga sesuai dengan target Indonesia mencapai net zero emission (NZE) atau netral karbon pada tahun 2060.

“Kita tahu tren global ke depan sudah menuju kepada EV, baik itu mobil listrik maupun lainnya. Ini salah satu upaya kita mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai dengan komitmen penurunan emisi karbon 29 persen pada 2030 dan bahkan kita punya target zero emission di 2060,” jelas Mamit.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeklaim, saat ini sudah ada 101 unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di 73 lokasi yang tersebar di berbagai daerah.

Kata Mamit, sebagai produsen Nikel terbesar di dunia, Indonesia pasti akan mendapat untung bessr dari bisnis kendaraan listrik ini.

"Potensi nikel yang kita miliki sebisa mungkin kita bisa jadi pemain utama di EV. Jangan hanya jadi penonton, tetapi gimana jadi ekosistem yang memberikan multiple efek bagi perekonomian," kata Mamit.