Blak-blakan Bos KAI: Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak jadi Rp122 Triliun
Ilustrasi. (Foto: Dok. KCIC)

Bagikan:

JAKARTA - Biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membengkak. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT KAI Salusra Wijaya mengatakan bahwa manajemen PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) telah melakukan efisiensi pemangkasan biaya, pengelolaan TPOD dan stasiun guna menekan pembengkakan biaya proyek tersebut.

"Alhamdulilah bisa di-press menjadi 8 miliar dolar AS. Kalau dikurangi dengan budget awal 6,07 miliar dolar AS, maka tambahan cost overrun menjadi 1,9 miliar dolar AS dengan komposisi EPC 80 persen dan non-EPC 20 persen," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR,  Rabu, 1 September.

Salusra mengatakan bahwa anggaran awal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini sebesar 6,07 miliar dolar AS. Adapun rinciannya yakni 4,8 miliar dolar AS untuk biaya konstruksi atau engineering procurement construction (EPC), dan biaya di luar ECP yakni 1,3 miliar dolar AS.

"Porsi pembiayaan terbesar itu EPC 4,8 miliar dolar AS, biaya lahan 0,80 miliar dolar AS, financing cost sebesar 0,27 miliar dolar AS, dan biaya HRS manajemen dan konsultan 0,16 miliar dolar AS," ucapnya.

Lebih lanjut, Salusra mengatakan setelah dihitung pada November 2020, biaya tersebut ternyata melar menjadi 8,6 miliar dolar AS (sekitar Rp122 triliun). Selanjutnya, berdasarkan kajian yang melibatkan konsultan, biaya proyek itu kembali naik. Salah satunya karena pembebasan lahan.

"Setelah dilakukan kajian dengan bantuan konsultan, proyek ini berkembang setelah adanya perubahan biaya dan harga dan penundaan karena pembebasan lahan dan sebagainya, perkiraan dari konsultan PSBI berada di dalam skenario low and high. Low 9,9 miliar dolar AS, dan high 11 miliar dolar AS," tuturnya.

Setelah diketahui adanya pembengkakan, kata Salusra, manajemen KCIC dibantu konsultan melakukan efisiensi untuk menekan pembiayaan. Ia menekankan bahwa ke depannya KCIC akan terus melakukan review maupun negosiasi dengan konsorsium kontraktor HSRCC untuk bisa menekan estimasi nilai cost overrun.

Kata Salusra, berdasarkan kesepakatan awal bahwa tambahan biaya dalam keberjalanan proyek atau cost overrun akan dibebankan secara best endeavor sesuai masing-masing pemegang saham.

Sekadar informasi, pendanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dibiayai sebesar 75 persen atau 4,55 miliar dolar AS oleh pinjaman dari China Development Bank. Sementara itu, sebesar 25 persen kebutuhan proyek didanai dari ekuitas.