Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah terus berupaya agar Indonesia membangun kemandirian lewat produksi barang kebutuhan sendiri. Apalagi, saat ini pemerintah juga terus gencar untuk melakukan kampanye gerakan nasional (Gernas) bangga buatan Indonesia (BBI).

Namun, langkah ini ternyata mendapat sorotan negara asing. Beberapa negara menilai Indonesia terkesan menjauhi produk asing.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengaku dirinya dikomplain oleh pihak asing lantaran terkesan menjauhi produk luar negeri.

"Beberapa negara asing hari ini komplain dan bertanya mengapa Indonesia terkesan menjauhi produk luar negeri di dalam e-katalognya," ujar Luhut seperti dikutip dari akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, Jumat, 27 Agustus.

Menanggapi keluhan tersebut, Luhut pun mengungkapkan bahwa ke depannya Indonesia memang akan fokus untuk pengembangan produk dalam negeri. Menurut dia, hal itu sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar produk lokal berdaya saing di pasar dalam negeri, bahkan hingga ke global.

"Saya tegaskan bahwa ke depan kami akan fokus untuk pengembangan produk dalam negeri. Ini berkat arahan dari Presiden Jokowi yang ingin agar produk dalam negeri berjaya di dalam negerinya sendiri bahkan kalau bisa berani bersaing hingga kancah global," ucapnya.

Upaya tersebut, kata Luhut, terbukti dengan alokasi anggaran sektor kesehatan yang sangat besar yakni hingga ratusan triliun.

"Saya kira sudah saatnya (sektor kesehatan) direformasi dengan mendorong penggunaan produk dalam negeri demi menciptakan multiplier effect yang tinggi, sehingga akan membawa kita menjadi suatu bangsa yang mandiri dan tidak tergantung pada produk luar negeri," katanya.

Lebih lanjut, Luhut mengungkap mengenai komplain tersebut usai menyaksikan pelepasan ekspor 200 kontainer atau 150 juta alat suntik sekali pakai atau senilai 10,5 juta dollar AS yang dilakukan PT Oneject Indonesia. Perusahaan ini diketahui menerima pesanan sebanyak 1,2 miliar alat suntik sekali pakai dari lembaga PBB, Unicef dan Kementerian Kesehatan Ukraina untuk pengadaan hingga tahun 2022.

"Lihat lah hari iki betapa kita sebagai orang Indonesia, bisa memproduksi alat kesehatan bahkan memasarkannya ke pasar global," ucapnya.