Luhut: Dari 5,9 Juta Warga yang Skrining Lewat Aplikasi PeduliLindungi, 12.459 di Antaranya Ditolak
ILUSTRASI/ANTARA FOTO

Bagikan:

JAKARTA - Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan selama pelonggaran PPKMlevel 4, jumlah warga yang melakukan skrining lewat aplikasi PeduliLindungi mencapai 5,9 juta.

Dari jumlah itu sebanyak 12.459 pengunjung di antaranya ditolak masuk lantaran tidak lolos protokol kesehatan. 

Ada pun aplikasi PeduliLindungi digunakan sebagai sarana skrining untuk mengurangi penularan COVID-19 di tempat-tempat publik dan keramaian, seperti mal atau pusat perbelanjaan, venue olahraga outdoor, dan pabrik-pabrik industri.

"Secara total yang melakukan skrinning di aplikasi PeduliLindungi mencapai 5,9 juta orang sampai kemarin. Dimana 12.459 tidak boleh masuk atau beraktivitas oleh sistem," kata Menko Luhut dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 23 Agustus.

Pemerintah, kata Luhut, saat ini terus melakukan segala cara agar dapat menurunkan angka penyebaran COVID-19 khususnya di wilayah Jawa dan Bali sebagai episentrum penyebaran wabah. Karena itu, sistem dan mekanisme skrining tersebut sangat penting untuk menekan laju penularan kasus.

Pemerintah juga akan melakukan uji coba protokol kesehatan dan penggunaan aplikasi PeduliLindungi dalam pertandingan Sepak Bola BRI Liga 1 yang akan dilakukan pada tanggal 27-29 Agustus 202 di DKI Jakarta dan akan digelar tanpa penonton dengan maksimal 3 pertandingan.

"Sama halnya dengan pusat perbelanjaan, mal dan industri, Protokol Kesehatan yang ketat akan diterapkan dan Penggunaan Aplikasi PeduliLindungi juga akan digunakan," ujarnya.

Tak hanya itu, kata Luhut, pemerintah juga akan mendorong penggunaan aplikasi PeduliLindungi bagi seluruh moda transportasi baik itu kereta api, bus umum, maupun kapal peenyeberangan. Sedangkan sektor penerbangan telah lebih dulu menggunakan aplikasi tersebut.

Luhut menyebut penyesuaian atau kelonggaran PPKM yang dilakukan dalam beberapa minggu belakangan telah berdampak pada kenaikan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Kata dia, hal tersebut terdeteksi dari Indeks Komposit dan Mobilitas Google yang mengalami peningkatan. 

Di satu sisi, kata dia, ini merupakan satu hal yang positif karena pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat berjalan dengan cepat.

"Namun di sisi lain peningkatan mobilitas masyarakat berpotensi meningkatkan penyebaran kasus. Jadi kita harus sangat berhati-hati," jelas Luhut.