JAKARTA - Indonesia bersiap untuk melakukan langkah mandiri dalam menciptakan produk inovasi di berbagai sektor. Langkah ini dilatarbelakangi karena pemerintah geram produk impor membanjiri pasar Tanah Air. Bahkan, digunakan untuk proyek-proyek pemerintah.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengisyaratkan jika tahun ini merupakan tahun terakhir Indonesia boleh melakukan impor bahan produksi.
"Saya lapor ke Pak Presiden Jokowi, Pak kita setahunan ini masih boleh impor, tahun depan kita enggak boleh impor lagi. Kita kejar sekarang kita bikin mesinnya," ungkap Luhut dalam Rakernas BPPT yang digelar secara daring, Selasa, 9 Maret.
Luhut menekankan kebiasaan impor harus dihilangkan. Sebab, kata dia, Indonesia bisa membuat apapun di dalam negeri. Terlebih saat dia melihat berbagai inovasi anak negeri di masa pandemi COVID-19. Jadi, apa yang bisa dibikin di dalam negeri, maka harus diupayakan.
Luhut berharap banyak kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Menurut dia, lembaga ini menjadi kunci dari lahirnya inovasi-inovasi di dalam negeri.
"Saya paling keras sekali untuk mendorong masalah riset ini, BPPT ini harus mainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan inovasi kita," tuturnya.
Dengan memanfaatkan BPPT, kata Luhut, maka secara bersamaan negara memperkecil ketergantungan impor. Sekaligus juga menciptakan lapangan kerja dan memajukan anak bangsa.
"Kita punya BPPT, kita harus pakai jadi andalan. Makanya saya lapor ke Presiden, apa yang bisa dibikin di dalam negeri, bikin dalam negeri," jelasnya.
Impor pipa untuk proyek pemerintah jadi pemicu
Larangan impor ini juga dipicu oleh impor pipa yang dilakukan oleh salah satu perusahaan pelat merah. Padahal, kata Luhut, bahan dan alat produksinya telah ada di Indonesia.
"Misal bikin pipa. Pertamina ngawurnya minta ampun itu, masih impor pipa. Padahal bisa dibuat di Indonesia. Saya sedih melihat anak muda itu hanya melacurkan profesionalismenya itu," tuturnya.
Luhut juga mengaku sudah pula menyampaikan kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi agar mengurangi kebiasaan impor di Indonesia.
"Saya bilang ke Mendag saya bilang dia paten. Saya bilang Fi (Lutfi), lu jangan mau itu impor-impor itu, tanya gue dulu," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan Indonesia tidak boleh jadi korban unfair practices dari perdagangan global. Dukungan terhadap produk dalam negeri harus segera dimulai. Kata dia, paling tidak dimulai dari proyek-proyek yang dikerjakan pemerintah dan BUMN.
BACA JUGA:
"Pipa sudah bisa produksi banyak, masih impor, untuk apa gitu. Pada dipakai proyek pemerintah, proyek BUMN. Saya ngomong enggak boleh dan itu harus dimulai. Kita harus benar-benar memulai paling tidak dari pemerintah dan BUMN, lalu ajak masyarakat untuk cinta produk Indonesia dan tidak suka produk luar," ucapnya, dalam pembukaan Rakernas HIPMI 2021 secara daring, Jumat, 5 Maret.
Jokowi menegaskan, Indonesia bukan negara yang menganut paham proteksionisme, tetapi keterbukaan ekonomi. Meski begitu, harus tetap membatasi diri dalam perdagangan global, contohnya dalam penggunaan produk impor atau asing.
Gaungkan cinta produk dalam negeri
Buntut dari maraknya barang impor, Jokowi mengajak untuk mencintai produk dalam negeri. Ajakan ini tercermin dalam program gerakan nasional (gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI). Seiring dengan itu, Jokowi juga menggaungkan untuk benci produk luar negeri atau asing.
Ajakan Jokowi untuk benci produk asing ini menuai reaksi dari berbagai pihak. Seban dinilai dapat membahayakan hubungan internasional dengan negara-negara mitra.
Menanggapi hal ini, Jokowi menilai ajakan tersebut merupakan tindakan yang wajar agar Indonesia tidak melulu ketergantungan produk impor. Sehingga masyarakat Indonesia bisa mengutamakan produk buatan dalam negeri.
"Kemarin saya sampaikan untuk cinta produk Indonesia, untuk bangga terhadap produk Indonesia dan boleh saja kita tidak suka terhadap produk asing. Masak tidak boleh kita tidak suka, kan boleh saja tidak suka pada produk asing. Saya ngomong benci produk asing, gitu aja ramai. Boleh kan kita tidak suka pada produk asing," tuturnya.