JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dijuluki 'King Of Angin Sorga' oleh Partai Rakyat Adil Makmur (Prima). Setelah sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga disematkan julukan 'The King of Lips Service' oleh BEM UI.
Julukan serupa juga diberikan ke Wakil Presiden Ma'ruf Amin sebagai 'King of Silent' oleh BEM UNS dan Ketua DPR Puan Maharani sebagai 'Queen of Ghosting' oleh BEM UNNES.
Menanggapi julukan baru tersebut, Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengapresiasi keberanian Partai Prima untuk mengkritik Luhut Binsar Pandjaitan.
"Itu penilaian mereka, objektif dan apa adanya," ujar Ujang, Selasa, 3 Agustus.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), menilai julukan dari Partai Prima bisa membuat telinga Luhut panas lantaran selama ini belum ada yang berani secara gamblang mengkritik komandan penanganan COVID-19 Jawa Bali itu.
"Raja Angin Sorga, julukan yang kelihatannya akan membuat LBP panas kupingnya. Dan kritik itu menyehatkan," kata Ujang.
Menurut Ujang, pihak-pihak yang dikritik tersebut tidak perlu marah. Sebab, kata dia, sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia telah menjamin setiap orang untuk memberi pendapat dan kritikan kepada pejabat negara.
"Tak usah marah-marah dan mencak-mencak. Karena di dalam demokrasi, kritik itu hal yang biasa. Dilakukan untuk saling mengingatkan satu sama lain," ucap Ujang.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai Rakyat Adil Makmur (Prima), Binbin Firman Tresnadi, Minggu, 8 Agustus, menyindir Luhut Binsar Pandjaitan diberi label sebagai 'The King of Angin Sorga.'
Binbin mengungkapkan, setelah pihaknya menelusuri di media massa, ternyata cukup banyak janji-janji kosong atau angin sorga yang pernah disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini.
"Kami dapat menyebut setidaknya terdapat 13 angin sorga dari Menko Luhut selama menjabat Menko Maritim sejak tahun 2016," ungkap Binbin.
Pertama, pada tahun 2016 Luhut mengatakan bahwa Aramco akan membangun kilang di Balongan. Ternyata akhirnya gagal, Pertamina jalan tanpa Aramco.
Kedua, tahun 2017, pernah janji untuk membantu Menteri KKP Susi Pudjiastuti memberantas maling ikan. Faktanya pada tahun 2019 Susi tidak lagi jadi menteri KKP, dan sampai tahun 2021 ini maling ikan masih ada dan terus bertambah banyak.
Ketiga, pada tahun 2017 juga, Luhut janji bahwa harga garam petani tidak akan lagi di bawah Rp 750/kg. Faktanya harga garam pada tahun 2019 masih di bawah Rp 500/kg dan Bahkan tahun 2020 terus anjlok ke Rp 150/kg hingga Rp 400/kg.
Keempat, tahun 2017 janjikan setop impor garam, tapi yang terjadi sampai sekarang (2021) Indonesia masih impor garam sebanyak 3 juta ton.
Kelima, pada tahun 2017 menjanjikan investasi Qatar di Mandalika, tapi hingga tahun 2021 tidak ada kabar lagi tentang rencana investasi itu.
Keenam, tahun 2018 pernah menjanjikan Sungai Citarum akan bersih, faktanya hingga kini masih dipandang merupakan yang paling tercemar di dunia. Ketujuh, tahun 2018 berjanji akan menyelesaikan masalah sampah plastik dan menjaga kebersihan laut.
Namun demikian, yang terjadi adalah sampah plastik semakin banyak dan pada tahun 2021 disebut sebagai masa darurat sampah plastik.
Catatan Prima yang kedelapan, tahun 2018 pernah menjanjikan tarif listrik tidak akan naik. Faktanya sejak tahun 2019, 2020, hingga 2021 tarif listrik setiap tahun selalu naik. Janji kesembilan yang ditemukan Prima, pada tahun 2019 menjanjikan investor dari UAE akan bangun kilang Bontang.
Faktanya, hingga kini tidak ada progress apapun, hingga di pertengahan 2021 Pertamina akhirnya memutuskan menghentikan pembangunan kilang Bontang.
Kesepuluh, tahun 2020 menjanjikan investasi 100 miliar Dolar AS dari Softbank untuk pembangunan ibukota baru. Ternyata beberapa hari kemudian langsung dibantah pihak Softbank.
Kesebelas, tahun 2020 meyakinkan bahwa kedatangan TKI China ke industri pengolahan nikel menguntungkan Indonesia. Tahun 2021 ekonom Faisal Basri menghitung bahwa ternyata 90 persen keuntungan industri nikel diboyong ke China.
Keduabelas, pada bulan Maret tahun 2021 Luhut menjanjikan pembangunan smelter Freeport-Tsinghan. Tapi faktanya sebulan kemudian deal gagal.
Terakhir, pada Bulan Februari tahun 2021 Luhut janjikan Tesla akan membangun pabrik di Indonesia. Ternyata beberapa minggu kemudian Tesla malah memutuskan investasi ke India.