Belajar dari Euforia Naiknya Saham Bukalapak hingga Akhirnya Jatuh di Bawah Harga IPO, Ini Tips dari Manulife
Ilustrasi. (Foto: Dok. Bukalapak)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan Manajer Investasi (MI) PT Manulife Aset Manajemen Indonesia memberi kiat kepada investor saham pemula, terutama kaum milenial dan Gen Z, agar tak gampang tergiur memperoleh cuan yang besar dalam waktu singkat.

"Selalu ingat prinsip investasi dasar high risk-high return. Apabila ada tawaran investasi dengan potensi imbal hasil yang tinggi atau bahkan di luar nalar, kita harus selalu waspada. Di balik potensi return yang tinggi, terdapat potensi risiko yang tinggi pula," kata Chief Economist & Investment Strategist Katarina Setiawan dikutip dari Antara, Rabu 18 Agustus.

Selain itu Katarina menyarankan investor untuk membiasakan melakukan riset terhadap produk atau instrumen investasi sebelum membeli, sehingga dapat mengenal produk atau instrumen tersebut dan mengambil keputusan investasi dengan lebih baik.

Selain itu, lanjutnya, investasi harus disesuaikan dengan tujuan, jangka waktu, dan profil risiko masing-masing.

"Investor pemula yang baru mengenal investasi atau baru berinvestasi, idealnya mulai dari instrumen investasi yang risikonya rendah atau konservatif. Bertahap, setelah mengenal dan memahami investasi yang dipilih, silakan naik ke investasi yang risiko lebih tinggi," ujar Katarina.

Ia menjelaskan, investasi dan spekulasi adalah dua hal yang berbeda. Spekulasi lebih bersifat mencari keuntungan jangka pendek, sementara investasi lebih bersifat jangka panjang yang disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan finansial investor.

"Bayangkan spekulasi seperti sebuah lomba lari sprint 100 meter, sementara investasi adalah marathon 42 km. Keduanya memiliki strategi yang berbeda untuk bisa sukses," katanya.

Menurut Katarina, investasi yang baik sudah mengintegrasikan aspek perencanaan keuangan pribadi untuk menentukan keputusan investasi. Jadi berbagai faktor seperti tujuan finansial, jangka waktu investasi, kebutuhan likuiditas, dan profil risiko, menjadi faktor penting yang menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu tingkat risiko investasi dapat ditekan oleh perencanaan yang baik.

"Sementara itu spekulasi bersifat jangka pendek dan untung-untungan. Aksi spekulan biasanya didorong oleh rumor dan tanpa perencanaan atau riset yang baik. Oleh karena itu tingkat risiko spekulasi relatif tinggi, bisa untung besar dan sebaliknya juga bisa rugi besar," ujar Katarina.

Ia menilai,saat ini masih belum banyak masyarakat yang mengenal atau belum paham soal investasi sehingga rawan sekali adanya penipuan yang mengatasnamakan investasi, ataupun aksi spekulasi yang dianggap sebagai investasi.

"Kami memiliki modul edukasi yang kita sebut 3i yaitu insyaf, irit, invest, yang diluncurkan sejak 2013. Kami mengajarkan ke masyarakat dari berbagai lapisan, proses investasi. Dari mulai insyaf, dan sadar akan gaya hidup berlebih, kemudian berlanjut untuk lebih irit atau berhemat, sampai sisa dana kemudian diinvestasikan demi masa depan yang cerah," kata Katarina.

Naik turun saham Bukalapak

Saham yang masih ramai diperbincangkan saat ini yaitu saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang begitu banyak diminati oleh para investor di mana pada saat penawaran umum perdana saham atau IPO mengalami kelebihan permintaan hingga 8,7 kali lipat dengan pemesanan lebih dari 100.000 investor.

Bukalapak melepas 25,76 miliar lembar saham ke publik dengan harga penawaran sebesar Rp850 setiap sahamnya. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO mencapai sekitar Rp 21,9 triliun.

Saat pencatatan saham perdana di bursa pada 6 Agustus 2021 lalu, saham BUKA naik 210 poin atau 24,71 persen atau terkena batas Auto Rejection Atas (ARA) menjadi Rp1.060 per saham. Pada Senin 9 Agustus saham BUKA kembali terkena ARA di level Rp.1.325 per saham.

Setelah itu, saham BUKA terkoreksi dalam beberapa hari terakhir hingga menyentuh level Rp910 per saham seiring dengan aksi jual asing yang mencapai Rp1,94 triliun. Sejumlah investor ritel yang mayoritas merupakan kaum milenial dan Gen-Z yang berusia 20-39 tahun pun tampak panik dan merasa dirugikan, bahkan melontarkan protes di kolom ulasan aplikasi Bukalapak di Playstore.

Hari ini pun, saham BUKA turun 6,74 persen di bawah harga penawaran umumnya ke level Rp830 per saham. Saham BUKA pun kembali kena Auto Reject Bawah (ARB) untuk ke sekian kalinya.