Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan produksi industri mineral dan logam tembus 6 juta ton per tahun pada tahun depan. Target tersebut akan dicapai dengan mengintegrasikan produksi di hulu.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berujar bahwa salah satu industri yang telah terbangun integrasi pada sektor hulu yakni stainless steel. Di mana produksinya mampu menghasilkan produk turunan nikel dengan kapasitas 4 juta ton per tahun.

"Kapasitas produksi ditargetkan pada tahun 2022 mencapai 6 juta ton per tahun. Pemerintah juga telah membangun fasilitas pengolahan bijih bauksit ke alumina dengan kapasitas produksi 3 juta ton per tahun," ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Rabu 18 Agustus.

Agus mengatakan agar hasil produksi mampu diterima pasar internasional, maka pemerintah akan meningkatkan daya saing secara global. Menurut dia, hal ini bakal menjadi perhatian penting pemerintah dalam membangun industri logam nasional beberapa tahun ke depan.

"Peningkatan daya saing global industri di Indonesia merupakan agenda penting yang juga menjadi perhatian pemerintah," ucapnya.

Kata Agus, salah satu cara untuk meningkatkan daya saing industri nasional adalah dengan memastikan ketersediaan energi. Sebab, dalam produksi manufaktur energi merupakan komponen terpenting. Termasuk pula harga listrik industri yang terus diturunkan secara bertahap oleh pemerintah.

Agus optimis target itu bisa tercapai dengan berbagai kebijakan yang telah diambil. Apalagi, katanya, peringkat daya saing industri nasional terus meningkat di kancah internasional.

"Laporan Competitiveness Industrial Performance (CIP) Index Tahun 2020 menunjukkan adanya perbaikan peringkat daya saing manufaktur Indonesia yang kini di peringkat 39 dunia. Salah satu faktor penting dalam daya saing industri manufaktur adalah ketersediaan energi," ujarnya.

Kemenperin capai 35 persen substitusi impor 2022

Agus mengungkap strategi kementerian perindustrian dalam mencapai target kebijakan substitusi impor 35 persen pada 2022 untuk mengurangi ketergantungan impor sekaligus mendorong penguatan struktur industri dalam negeri.

"Kemenperin telah mengeluarkan kebijakan substitusi impor 35 persen pada 2022 dengan prioritas pada industri-industri dengan nilai impor yang besar pada 2019 seperti mesin, kimia, logam, elektronika, makanan, peralatan listrik, tekstil, kendaraan bermotor, barang logam, serta karet dan bahan dari karet," ujar Agus.

Strategi yang ditempuh adalah dengan menurunkan impor guna merangsang pertumbuhan industri substitusi impor dalam negeri, peningkatan utilitas industri domestik, dan peningkatan investasi untuk produksi barang-barang substitusi impor.

Agus mengatakan semua negara pasti menggunakan berbagai instrumen untuk melindungi industrinya, membentengi sektor produksinya, serta menjaga tenaga kerja dan warganya. Keberpihakan dan dukungan pengamanan ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi industri dalam negeri untuk berkembang dan meningkatkan daya saing sampai mereka mapan dan mampu bertarung di persaingan global.

Jika tidak, impor akan semakin merajalela dan industri dalam negeri tidak akan pernah bisa berdaulat di wilayahnya sendiri. Selain itu, kemandirian dan kedaulatan industri dalam negeri juga harus didukung atau ditopang dengan perubahan pola pikir dan perilaku.