Sri Mulyani Umbar Rahasia RI untuk Keluar dari Negara Berpendapatan Menengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Foto: Tangkap layar Youtube CSIS Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan Indonesia saat ini merupakan salah satu negara yang masuk kategori berpendapatan menengah atau middle income country. Dalam catatan Menkeu, terdapat 190 negara seluruh dunia yang ikut tergabung di kelompok tersebut.

“Tetapi kita semua tahu, mayoritas negara berhenti berkembang pada level ini dan memunculkan fenomena middle income trap. Hanya sekitar 20 negara yang berhasil keluar dan berubah menjadi negara maju,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci pada webinar HUT ke-50 CSIS, Rabu, 4 Agustus.

Meski demikian, Menkeu menegaskan bahwa situasi middle income trap telah dipelajari dan bukan hal yang tidak mungkin untuk dihindari.

“Pertama adalah kemampuan sebuah negara untuk berinvestasi pada sumber daya manusia (SDM). Ini merupakan peranan utama yang dipercaya bisa membawa keluar dari middle income dan naik menjadi high income country,” tuturnya.

Menkeu menambahkan, penyelesaian masalah SDM pada situasi pandemi saat ini tidak lepas dari persoalan penanganan kesehatan.

“Reformasi di bidang pendidikan dan kesehatan adalah dua core utama yang bisa membawa kita keluar dari middle income trap,” katanya.

Kedua adalah peningkatan infrastruktur negara. Dalam hal ini, Menkeu melihat jika pengembangan sarana dan prasarana tidak melulu soal membangun fasilitas, tetapi bagaimana infrastruktur bisa hadiri dengan cara-cara yang tepat.

“Perlu diingat adalah bagaimana negara maju bisa mengembangkan infrastruktur yang berkelanjutan, di mana sumber pendanaan tidak hanya dari pemerintah tetapi bisa mengundang dari pihak swasta,” jelasnya.

Adapun yang ketiga adalah tanggap dan peduli dengan isu perubahan iklim atau climate change. Menurut Sri Mulyani, Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang berperan aktif untuk mengupayakan langkah pengendalian iklim.

Hal tersebut dibuktikan dengan komitmen meratifikasi Kesepakatan Paris atau Paris Agreement sebagai kontribusi terhadap kehidupan global.

“Dunia yang mengalami perubahan iklim pasti akan mengalami gejolak. Inilah pentingnya kontribusi kita bagi kehidupan global sesuai dengan amanat pendiri bangsa, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia,” ucap dia.

Sebagai informasi, cita-cita menjadi negara maju merupakan rencana jangka panjang pemerintah yang diharapkan bisa terwujud pada 2045 mendatang atau tepat pada peringatan HUT ke-100 Indonesia.

Namun, situasi pademi agaknya memperberat langkah RI untuk menggapai impian tersebut. Ini tercermin dari pendapatan perkapita Indonesia turun dari 4.050 dolar AS pada 2019 menjadi 3.870 dolar AS di 2020.

Bukuan itu membuat prestasi Indonesia melorot dari kategori negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) menjadi negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income country).

Sementara menurut Bank Dunia, negara dengan kategori maju memiliki pendapatan perkapita sekitar 11.000 dolar AS hingga 12.000 dolar AS.