Luhut Kaget, di Tengah Pandemi Ternyata Indonesia adalah Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap, Indonesia telah dinobatkan sebagai negara dengan penghasilan menengah ke atas oleh Bank Dunia atau World Bank.

"Saya ingin menyampaikan berita yang baik untuk kita, bahwa Indonesia diumumkan oleh World Bank telah naik dari lower middle income country menjadi upper middle country," katanya, dalam acara peluncuran kampanye 'Bangga Buatan Indonesia', Rabu, 1 Juli.

Luhut mengaku, agak terkejut dengan kabar tersebut. Sebab, status baru ini ditetapkan saat perekonomian dalam negeri sedang loyo di tengah pandemi COVID-19. Selama ini status ekonomi Indonesia yang ditetapkan World Bank adalah negara berpengahasilan menengah ke bawah.

"Saya juga cukup kaget melihat ini karena diumumkan pada saat keadaan seperti ini," tuturnya.

Adapun syarat menjadi negara dengan penghasilan menengah ke atas menurut World Bank harus memiliki pendapatan nasional atau gross national income (GNI) sebesar 3.896 dolar Amerika Serikat (AS) hingga 12.055 dolar AS atau setara Rp55 juta hingga Rp171 juta per tahun.

Sedangkan, negara dengan penghasilan tinggi yakni yang pendapatannya lebih dari 12.055 dolar AS dan negara dengan pendapatan menegah ke bawah dengan pendapatan 996 dolar AS hingga 3.895 dolar AS atau setara Rp14 juta hingga Rp55 juta.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2019 pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia per tahun mencapai 3.927 dolar AS atau setara Rp56 juta naik dari tahun sebelumnya 3.876 dolar AS atau setara Rp51,9 juta.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan tantangan perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun ke depan adalah melepaskan diri dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Pasalnya, Indonesia membutuhkan waktu 23 tahun untuk bisa masuk dalam kategori negara berpendapatan menengah ke atas atau upper middle income country dari kategori negara berpendapatan menegah ke bawah atau lower middle income country.

Sri Mulyani berujar, hanya sedikit negara yang berhasil lolos dari jebakan middle income trap, yaitu Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Untuk itu, menurut dia, Indonesia harus memerhatikan beberapa masalah terkait dengan produktifitas, daya saing, dan sumber daya manusia (SDM).

"Ini sudah disampaikan Bapak Presiden (Joko Widodo) sebelum COVID-19, kita harus fokus pada pembangunan SDM, infrastruktur, birokrasi, regulasi dan transformasi ekonomi untuk Indonesia jadi negara yang produktif, kompetitif, dan memiliki highly efficient institution," tutur Sri Mulyani.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis Indonesia dapat lolos dari jebakan pendapatan menengah pada 2045. Pada saat itu, Indonesia akan berada di jajaran negara dengan ekonomi terbesar. Produk domestik bruto (PDB) ditargetkan mencapai 7 triliun dolar AS.

Sekadar informasi, middle income trap adalah situasi ketika suatu negara sudah mampu mencapai kelas pendapatan menengah, tapi tidak dapat naik ke kelas negara maju.