Virus COVID-19 Terus Bermutasi, Luhut: Tak Ada Waktu untuk Kita Berdebat
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa penyebaran COVID-19 varian delta, dan varian baru yang terus bermutasi masih menjadi ancaman bagi Indonesia di masa depan.

"WHO juga sudah mengumumkan, beberapa hari kemungkinan varian baru akan muncul dengan tingkat penularan yang lebih cepat lagi dan versi yang lebih kuat lagi. Nah, kita masih menghadapi ancaman di masa depan," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 19 Juli.

Karena itu, Luhut meminta agar semua pihak tidak menghabiskan waktu untuk berdebat. Menurut dia, saat ini hal terpenting dan mendesak yang perlu dilakukan adalah mendukung pemerintah untuk menangani kemungkinan-kemungkinan ke depannya.

"Kita tidak bisa habiskan waktu kita berdebat di sana, sini. Tapi yang penting kita bekerja untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan masih yang terburuk ke depan ini," ucapnya.

Di samping itu, Luhut juga mengapresiasi langkah Kementerian BUMN dan Kementerian Kesehatan yang sudah mengambil sejumlah inisiatif, salah satunya, menjadikan Asrama Haji sebagai RS darurat pasien COVID-19.

Pemerintah juga baru saja meresmikan Rumah Sakit Pertamina Jaya Extensi Arafah Asrama Haji Embarkasi Jakarta yang memiliki 150 tempat tidur ruang isolasi. Rumah sakit dengan 124 ICU dan HCU itu akan melayani pasien COVID-19 dengan gejala berat.

"Saya yakin rumah sakit exstensi yang dibangun ini akan sangat bermanfaat untuk perawatan pasien COVID-19 dan juga menghadapi ancaman mutasi-mutasi baru dari COVID-19 ini," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah dengan seluruh jajarannya terus bergotong royong menekan tingkat penyebaran COVID-19. Menurut dia, pemerintah juga banyak mendapat dukungan dari perusahaan swasta hingga tokoh masyarakat.

"Ini jadi bagian gimana kita memperlihatkan kepada dunia. Kalau Amerika bisa, China bisa, masa Indonesia enggak bisa," tutur Erick.