Presdir BCA Soal Bisnis saat Pandemi: Jangan Selalu Berharap kepada Stimulus seperti Anak Cengeng
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja. (Foto: Dok. BCA)

Bagikan:

JAKARTA - Kasus COVID-19 di Tanah Air terus mengalami penambahan dalam beberapa waktu terakhir ini. Karena itu, pemerintah pun terpaksa harus mengambil tindakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Di tengah situasi ini, pengusaha dituntut untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas agar bisa bertahan.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA Jahja Setiaatmadja mengaku saat ini lebih siap dalam menghadapi hantaman pandemi COVID-19 dibandingkan pada awal kemunculannya di awal 2020. Sama seperti yang lainnya, ia juga mengaku sempat pesimistis saat itu.

"Tahun lalu waktu COVID-19 ini muncul saya termasuk yang pesimis banget. Tapi kok sekarang bisa lebih optimis, kenapa? Ibarat prajurit mau dikirim ke pertempuran pada saat itu tidak dipersiapkan dengan senjata, wah ngeri dong, mikir gimana nih ngelawannya," katanya dalam diskusi virtual, Selasa, 6 Juli.

Namun, kata Jahja, dengan berjalannya waktu, waktu prajurit-prajurit pun menemukan cara untuk membuat peralatan tempurnya sendiri dari apa yang ada di sekitar mereka untuk digunakan bertahan dari gempuran pandemi COVID-19.

Berkaca pada pelajaran itu, menurut Jahja, mestinya pembatasan kali ini tak banyak pengaruhi kegiatan ekonomi, termasuk kinerja perseroan utamanya. Sebab situasi seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya.

"Pada awal COVID-19 kita bingung bagaimana mempertemukan nasabah dengan bisnisnya. Ini sulit sekali pada saat itu. Akhirnya kami menemukan jalan. Tetapi pada saat 1,5 tahun COVID-19 ini harusnya mulai berpikir bagaimana mengembangkan bisnis dan keluar. Karena ini permasalahan ini adalah bagaimana bisnis bisa dikembangkan tanpa mobilitas, intinya itu," katanya.

Inovasi dan kreativitas dibutuhkan

Jahja mengatakan alih-alih hanya menunggu uluran tangan pemerintah, pengusaha harus aktif berinovasi dan mengembangkan kreativitasnya usahanya terus berjalan selama pandemi COVID-19.

Contohnya, kata Jahja, seperti bisnis rumah makan yang menyediakan layanan take away, dan beberapa lini bisnis lainnya yang mulai menggunakan jasa pengiriman lewat kurir untuk tetap bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19.

Menurut dia, hal ini merupakan inovasi dan kreativitas yang seharusnya dilakukan pengusaha di masa PPKM Darurat ini, ketimbang hanya menunggu pelanggan datang di masa PPKM Darurat.

"Jadi situasi ini memberikan pelajaran. Sehingga kita tidak boleh hanya bergantung pada stimulus. Seperti anak kecil yang cengeng. Kalau diberi stimulus terus dia tidak akan menjadi besar. Justru dia harus belajar diberikan keberanian menghadapi kenyataan dalam kehidupan," katanya.

Jahja mengakui itu bukanlah perkara mudah. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan, apalagi dalam situasi seperti ini. Untuk itu, ia tak henti memberikan semangat, utamanya kepada nasabah dan masyarakat lainnya untuk bisa bertahan dan nantinya segera keluar dari persoalan ini.

"Kami harus berikan semangat bagi nasabah dan masyarakat untuk survive. Tidak bisa dihindari. Tapi bagaimana nanti semuanya keluar dari permasalahan masing-masing. Jadi jangan minta-minta stimulus lagi. Sudah banyak stimulus dari pemerintah," ucapnya.

Digitalisasi keharusan di masa pandemi COVID-19 ini

Menurut Jahja, di era pandemi dimana mobilitas sangat dibatasi, digitalisasi menjadi keharusan. Namun, katanya, digitalisasi ini juga harus diimplementasikan ke dalam bisnis. Saat ini, kata Jahja, pembayaran menggunakan digital, bahkan belanja pun menggunakan platform digital.

"Semua serba digital kita harus ada willingness untuk mencoba, sesudah mencoba apa hanya selesai di situ? Enggak. Itu adalah alat sehingga kita bisa mendalami apa yang tersedia, lalu kami coba aplikasikan kepada apakah bisnis, usaha, apa yang bisa Anda alihkan menjadi digital, itu manfaatnya kita mengetahui digital," jelasnya.

"Satu, digital sendiri kita pakai bagus. Kedua, itu bisa menjadi pencerahan kreativitas kita berkembang, untuk menerapkan dalam usaha kita masing-masing, bahkan kehidupan kita sehari-hari. Jadi digital plus yang saya katakan, bukan hanya bisa mengoperasikan tetapi juga mengimplementasikan dalam bisnis masing-masing," sambungnya.