Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) diketahui semakin dekat untuk terlibat dalam pendistribusian rupiah digital yang diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI). Nantinya, BCA akan menjadi salah satu bank penyalur (wholesaler) kepada masyarakat dalam skema transaksi berbasis teknologi 4.0 tersebut.

Kejelasan makin terang dengan konfirmasi langsung Presiden Direktur (Presdir) BCA Jahja Setiaatmadja pada awal pekan ini.

“Sudah dipanggil BI untuk pengarahan sebagai wholesaler,” kata Jahja kepada VOI usai acara peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022.

Jahja mengungkapkan pihaknya tertarik untuk bisa berpartisipasi dalam pemberlakuan mata uang digital di Indonesia. Walau begitu, dia enggan memberikan keterangan lebih lanjut terkait hasil pertemuan dengan otoritas moneter mengingat keputusan sepenuhnya ada di Bank Indonesia.

“Sejauh ini belum ada penunjukkan dari BI,” ujarnya.

Jahja menambahkan, perseroan siap berkontribusi aktif dalam penyaluran rupiah digital ke masyarakat. Pasalnya, BCA dikenal cukup mumpuni untuk memfasilitasi keuangan nasabah karena memiliki latar transaction banking yang kuat.

Selain itu dia berkeyakinan skema pembayaran melalui rupiah digital berpotensi mendongkrak kinerja bisnis di masa mendatang.

“Kalo sudah ditunjuk tentu akan kami kembangkan,” tegasnya.

Sebagai informasi, perkembangan penerbitan rupiah digital sudah sampai dalam tahap White Paper yang dirilis pada 30 November 2022. White Paper sendiri merupakan pemaparan awal dari Proyek Garuda berupa desain level atas (high-level design) rupiah digital sekaligus sebagai bentuk komunikasi kepada publik terkait rencana pengembangan transaksi baru ini.

Gubernur BI Perry Warjiyo rencananya akan mengemukakan progress teranyar dengan mengeluarkan Proof of Concept (PoC) yang memuat lebih detail transaksi keuangan masa depan sebagai landasan menuju negara maju.

“Sekitar Juli kami akan mengeluarkan Proof of Concept untuk rupiah digital,” tutur Perry.