Bagikan:

JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa otoritas moneter akan tetap konsisten menjalankan kebijakan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen untuk beberapa waktu ke depan.

Menurut dia, kenaikan BI rate sebesar 225 basis points (bps) secara gradual sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023 sudah cukup untuk membendung laju inflasi dalam kisaran ekspektasi sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang terakhir sudah jelas, bahwa 225 basis points sudah memadai. Ini jelas sekali, tidak ada kata-kata yang lebih transparan (selain memadai) dengan arah kebijakan, forward guidance-nya jelas,” ujar dia saat peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 pada Senin, 30 Januari.

Perry mengatakan, interest rate sebesar 5,75 persen dapat mendorong inflasi inti turun ke level 3 persen plus minus 1 persen pada semester I 2023. Demikian juga dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diyakini mampu kembali ke angka normal 3 persen plus minus 1 persen di semester II 2023.

Sebagai informasi, inflasi IHK pada akhir 2022 diketahui sebesar 5,51 persen. Bukuan itu jauh lebih rendah dari proyeksi bank sentral yang memperkirakan bisa menembus 6,5 persen akibat pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada September sebelumnya.

Sementara untuk inflasi inti bertengger di level 3,36 persen atau lebih landai dari bacaan awal sebesar 4,61 persen. Atas dasar itulah otoritas moneter menilai ruang untuk kembali menaikan suku bunga acuan semakin terbatas pada tahun ini.

“Kalau tidak ada sesuatu yang bersifat extraordinary (luar biasa) atau di luar perkiraan, maka kata-kata memadai sudah bisa menjawab pertanyaan (soal kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan),” tegas Perry sebelumnya.