Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, insentif untuk tenaga kesehatan (nakes) di daerah baru mencapai 5,7 persen per 12 Juni 2021. Angka yang terbilang masih sangat minim, mengingat tahun 2021 sudah memasuki bulan keenam.

"Untuk insentif tenaga kesehatan dari total anggaran Rp7,6 triliun yang terealisasi baru Rp442 miliar atau 5,7 persen," ujarnya dalam Rapat Kerja Nasional ke-XIII Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), yang disiarkan secara virtual, dikutip Senin 21 Juni.

Sri Mulyani menjelaskan, dari 34 provinsi, persentase pencairan insentif terbesar berada di Nusa Tenggara Timur yakni 14,87 persen atau Rp32,4 miliar dari alokasi Rp218,03 miliar. Adapun persentase pencairan insentif terendah berada di Sulawesi Tenggara yakni 0,12 persen atau Rp320 juta dari alokasi Rp274,26 miliar.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut, eberapa daerah mulai menunjukkan kecepatan penyaluran insentif di atas rata-rata nasional. Meski demikian, lanjut dia, realisasi pencairan insentif belum ada yang mencapai 20 persen hingga tengah tahun 2021 ini.

Sri Mulyani pun meminta pencairan dipercepat untuk membantu para tenaga medis di berbagai daerah yang kini tengah menghadapi lonjakan kasus COVID-19.

"Ini sudah bulan Juni mendekati Juli, sudah hampir separuh tahun 2021. Tentu kita berharap anggaran-anggaran ini bisa segera diakselerasikan," tuturnya.

Tak hanya pencarian insentif, Sri Mulyani juga mencatat belanja dana alokasi umum/dana bagi hasil (DAU/DBH) khusus untuk dukungan vaksinasi masih rendah. Dari total Rp6,46 triliun yang dianggarkan, yang terealisasi baru sebesar Rp285,19 miliar atau 4,41 persen.

"Sampai hari ini realisasinya untuk dukungan vaksinasi baru Rp285 miliar atau 4,4 persen. Bervariasi tiap daerah-daerah ada daerah yang sangat kecil dalam hal ini Jawa Tengah, untuk belanja vaksinasi itu baru 0,91 persen. Sedangkan ada daerah cukup tinggi seperti DKI Jakarta sudah merealisasikan 18,9 persen," pungkasnya.

Sebagai informasi, total kasus kumulatif COVID-19 berjumlah 1.989.909 orang sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret. Kasus baru per hari Minggu 20 Juni mencapai 13.737 orang.